Informan Kunci III Dampak Pelayanan Rehabilitasi Sosial terhadap Kemandirian Penyandang Disabilitas Tubuh Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara Pasca Terminasi pada tahun 2014

74 berjalannya waktu, Legi kembali ke rumah, ia membuka usaha service elektronik di rumah dengan bermodalkan mesin dan alat perlengkapan servive elektronik yang telah di berikan oleh PSBD. Ibu melihat Legi mengalami banyak perubahan, ia lebih semangat untuk melakukan pekerjaannya, ia juga lebih bertanggung jawab untuk membantu ekonomi keluarga. Pernyataan tersebut dengan hasil wawancara peneliti dengan informan yaitu: “Ibu bersyukur sama Allah, sekarang Legi jauh lebih baiklah dari yang sebelumnya, dulu dia kan dirumah-rumah aja, udah dari PSBD itu dia udah bisa kerja cari duit. Ibu pun liat dia makin semangat kerja, kalo ada yang manggil perbaiki TV, dia di jemput orangnya buat perbaiki kerumah orangnya langsung. Trus uang penghasilan kerjanya itu pun selalu dikasi sama ibu sebagian, kadang Rp20.000 kadang Rp25.000, katanya buat belanja besok. Senang lah ibu pokoknya nengoknya, setidaknya Legi udah bertanggung jawab bantu kakaknya untuk ekonomi keluarga, kan dirumah kami bertiga aja, jadi kan lumayan uangnya bantu-bantu untuk belanja makan kami sehari-hari”. Sekarang Legi banyak dipercaya lingkungan sekitar untuk memperbaiki barang elektronik mereka karena Legi semangat untuk dipanggil kerumah mereka untuk bekerja.

e. Informan Kunci III

1. Nama : Racha Cahaya 2. Jenis kelamin : Laki-laki 3. Status di Keluarga : Anak 1 dari 2 bersaudara Universitas Sumatera Utara 75 4. Usia : 21 tahun 5. Agama : Islam 6. Suku : Jawa 7. Alamat : Jln. Nusa Indah Gang. Kenanga 8. Pendidikan : 6 SD 9. Pekerjaan : Berjualan Sembako 10. Pekerjaan Orang tua: a. Ayah : Almarhum b. Ibu : Wiraswasta Racha Cahaya atau Raka yang kerap dipanggil oleh teman-temannya merupakan seorang anak laki-laki yang memiliki cacat saat ia duduk dibangku kelas 6 SD. Awal mulanya Raka cacat disebabkan oleh sakit demam yang sangat tinggi. Ketika Raka duduk dibangku kelas 6 SD ia mengalami shock berat karena tidak lulus UN. Saat itu Raka shock berat dan juga demam tinggi. Pada saat ia sakit demam, ia masih bisa berjalan akan tetapi tidak seperti biasanya, ia berjalan dengan meyeret-nyeret kaki kirinya. Saat itu ibu Raka tidak mencurigai hal tersebut, karena ia merasa hal tersebut pasti sembuh sebentar lagi. Suatu hari ada jalur Paket C untuk pelajar yang tidak lulus UN, pelajar ujian lagi dan agar bisa melanjutkan sekolah ke jenjang selanjutnya. Raka pun mendaftarkan diri ditemani oleh ibunya. Namun, beberapa hari kemudian pada saat Raka mau mengikuti ujian Paket C tersebut, Raka sudah tidak bisa lagi untuk berjalan. Kedua kakinya lemah untuk bisa menopang tubuhnya. Hal tersebut membuat Raka harus menggunakan Universitas Sumatera Utara 76 kursi roda. Raka pun merasa malu dan sangat minder untuk berjumpa dengan teman-temannya ataupun orang lain. Ia hanya dirumah saja dan selalu dikamar ketika ada orang lain atau keluarga bertamu kerumah Raka. Ada kutipan wawancara antara peneliti dengan informan, yaitu: “Kalo ada datang keluarga atau orang lain lain bertamu kerumah ku kak, aku pasti langsung nyuruh mamaku untuk ngantar aku ke kamar. Karna malu kali aku kak nengok keadaan ku yang cacat kek gini kak, yang dulunya bisa jalan trus gak bisa jalan lagi kak. Malu aku kak ditengok-tengok orang lain kak. Trus aku malas kali keluar rumah kak, karna pernah sekali aku keluar rumah, tetangga- tetangga trus nanya-nanya aku sakit apa kak, kok bisa tiba-tiba kek gini aku”. Seiring berjalannya waktu teman-teman Raka yang laki-laki pun menjauh dari Raka. Mereka tidak pernah lagi bermain kerumah Raka, justru yang sering datang untuk melihat Raka adalah teman-teman perempuan yang kompak dengan Raka ketika masih kecil. Hal tersebut memang sangat menyakitkan hati Raka, namun sang ibu selalu mendukungnya. Tak henti-hentinya ibu Raka selalu memberikan motivasi kepada Raka. Seiring dengan berjalannya waktu, Raka pun mulai menjalani aktivitasnya. Ia mulai termotivasi untuk sedikit percaya diri. Ia mengisi waktunya dengan memelihara ayam dan membuat kandang ayam. Kegiatan sehari-hari Raka adalah beternak ayam dan membuat kandang ayam kemudian menjualnya. Suatu hari Raka dan ibunya pergi ke kantor lurah untuk, mengurus KTP Raka. Disitu ada seorang ibu parubaya yang meilhat kondisi Raka dan mengajak Raka dan ibunya untuk berbincang-bincang. Si ibu parubaya tersebut memberikan Universitas Sumatera Utara 77 suatu informasi tentang PSBD, ia menjelaskan semua mengenai PSBD. Si ibu ini mengetahui tentang PSBD karena salah satu keluarganya ada yang masuk PSBD pada tahun 2010. Kemudian mereka pun saling bertukar nomor ponsel. Suatu hari ibu Raka dan Raka membahas informasi yang diberikan oleh si Ibu parubaya tersebut, mereka merasa tertarik agar Raka mengikuti bimbingan di PSBD tersebut. Ibu Raka pun setuju agar Raka mengikuti pelatihan di PSBD tersebut. Ia menghubungi ibu parubaya tersebut untuk bisa menemani Raka dan ibu Raka untuk mendaftar ke PSBD. Raka memilih keterampilan service ponsel. Setelah itu Raka pun mulai mengikuti pelatihan di PSBD. Di PSBD Raka dikenal anak yang baik dan disiplin. Raka tidak pernah ada masalah dengan pegawai di PSBD, dan dengan teman-teman lainnya. Dalam mengikuti PBK, ia slalu disiplin mengikuti PBK. Ia merasa tidak mau untuk membuang kesempatan- kesempatan yang dijalankannya. Raka selalu mengikuti kelas bimbingan psikososial dan kelas bimbingan keterampilan, begitu seterusnya sampai Raka terminasi dan kembali kerumahnya. Namun, Raka mengatakan bahwa ia sangat kecewa terhadap pelayanan makan PSBD terhadap mereka. Ada kutipan wawancara antara peneliti dengan informan, yaitu: “Pernah kak waktu kami makan pagi, pernah ada di ikan Raka itu ulatnya kak, udah gitu sering kali nasi yang kami makan itu mentah kak, pernah juga basi nasinya kak. Ngeri kali lah pokoknya kak, kadang itu yangn buat awak malas makan kak. Pernah juga Raka waktu sakit kak hampir seminggu cuma dikasi obat aja kak, gak dibawa ke rumah sakit kak. Makanya karna itu lah mama datang trus permisikan Raka untuk dibawa pulang kak”. Universitas Sumatera Utara 78 Setelah kembali kerumah, Raka memulai kegiatannya dengan membuka usaha service ponsel. Kemudian usaha tersebut memiliki kendala seperti jarak yang jauh antara rumah Raka dan pusat penjualan sparepart ponsel yang dibutuhkan Raka untuk memperbaiki ponsel yang rusak. Hal tersebut membuat ibu Raka mengambil tindakan membuka usaha warung sembako kecil-kecilan di depan rumah Raka. Ada kutipan wawancara antara peneliti dengan informan, yaitu: “Pertamanya Raka buka service ponsel dulu kak, Raka buka usahanya dirumah. Memperbaiki hp kan butuh sparepart kak, jadi buat belinya, Raka suruh mama yang belanja ke plaza millenium kalo gak ke pakam kak. Tapi karna bolak- balik, trus jaraknya jauh, udah gitu sparepart yang dibeli cuma seperlunya aja, dan untungnya pun cuma dikit kak. Ibu bilang udahlah gak usah lagi lah perbaiki hp itu, biar ibu buka aja kios untuk Raka jualan. Yodahlah Raka gak service hp lagi, karna ibu udah bangun kios buat Raka jualan sembako gitu kak. Di kios itu Raka tinggal, tempat tidur Raka dibuat dekat dengan kamar mandi, tujuannya biar Raka gak capek harus jauh untuk buang air kecil atau BAB kak. Jadi tiap hari kerjaan Raka jualan lah kak. Dulu jualan Raka dikit masih kak, tapi lama- lama udah bisa bermacam-macam sembako yang Raka jual kak. Harapan Raka mudah-mudahan kios Raka makin besar biar bisa bukak grosir kak. Sekarang Raka udah bisa nafkahi hidup Raka sendiri kak, udah gak minta-minta sama mama lagi kak, udah mandiri lah istilahnya kak”. Universitas Sumatera Utara 79

f. Informan Utama III

Dokumen yang terkait

Pengaruh Program Bimbingan Keterampilan Terhadap Kemandirian Penyandang Disabilitas Tubuh di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara

5 72 112

Pengaruh Program Bimbingan Keterampilan Terhadap Kemandirian Penyandang Disabilitas Tubuh di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara

0 0 16

Pengaruh Program Bimbingan Keterampilan Terhadap Kemandirian Penyandang Disabilitas Tubuh di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara

0 0 2

Pengaruh Program Bimbingan Keterampilan Terhadap Kemandirian Penyandang Disabilitas Tubuh di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara

0 0 11

Dampak Pelayanan Rehabilitasi Sosial terhadap Kemandirian Penyandang Disabilitas Tubuh Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara Pasca Terminasi pada tahun 2014

0 0 8

Dampak Pelayanan Rehabilitasi Sosial terhadap Kemandirian Penyandang Disabilitas Tubuh Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara Pasca Terminasi pada tahun 2014

0 0 3

Dampak Pelayanan Rehabilitasi Sosial terhadap Kemandirian Penyandang Disabilitas Tubuh Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara Pasca Terminasi pada tahun 2014

0 0 10

Dampak Pelayanan Rehabilitasi Sosial terhadap Kemandirian Penyandang Disabilitas Tubuh Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara Pasca Terminasi pada tahun 2014

0 0 32

Dampak Pelayanan Rehabilitasi Sosial terhadap Kemandirian Penyandang Disabilitas Tubuh Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara Pasca Terminasi pada tahun 2014

0 0 3

Dampak Pelayanan Rehabilitasi Sosial terhadap Kemandirian Penyandang Disabilitas Tubuh Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara Pasca Terminasi pada tahun 2014

0 0 6