Analisis Dampak Pelayanan Rehabilitasi Sosial terhadap

95 sementara disisi lain perangkat perlindungannya masih lemah sehingga masalah penyandang disabilitas tubuh semakin luas terjadi. Pelaksanaan dari pembinaan suatu lembaga terhadap penyandang disabilitas tubuh sangat penting. Contohnya, pelaksanaan pembinaan dari Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara dapat membantu keberfungsian sosial penyandang disabilitas tubuh dan dapat memberikan penyandang disabilitas tubuh peluang kerja yang baik, seperti membuka usaha dan bekerja di tempat kerja lainnya yang sesuai dengan skill yang telah dilatih di PSBD.

5.2.1 Analisis Dampak Pelayanan Rehabilitasi Sosial terhadap

Kemandirian Penyandang Disabilitas Tubuh Sebelum dan Setelah pembinaan di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara. Pada awalnya penyandang disbilitas tubuh dianggap tidak bisa melakukan aktivitasnya. Penyandang disabilitas tubuh dibiarkan begitu saja karena kondisi cacat mereka. penyandang disabilitas tubuh menggantungkan hidup kepada orang tua mereka, bahkan dalam melakukan sesuatu mereka bergantung kepada orang lain. Penyandang disabilitas tubuh yang diteliti melakukan kegiatan mereka dengan membantu orang tua, jika orang tua meminta tolong untuk dibantu. Sebagiannya lagi melakukan pekerjaan, namun pekerjaan yang dilakukan berhenti begitu saja sehingga mereka hanya dirumah saja tanpa melakukan kegiatan. Keberfungsian sosial adalah kemampuan orang untuk menangani tugas- tugas dan aktivitasnya yang penting dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan melaksanakan peranan sosial utamanya sebagaimana yang diharapkan oleh Universitas Sumatera Utara 96 kebudayaan dari suatu komunitas yang khusus. Dapat disimpulkan bahwa penyandang disabilitas tubuh yang belum melakukan pembinaan di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” tidak memiliki keberfungsian sosial, penyandang disabilitas tubuh hanya dirumah-rumah saja dan terkadang mereka membantu keluarga jika disuruh membantu. Setelah diteliti, keempat informan utama bukan cacat bawaan lahir, akan tetapi karena kecelakaan dan sakit mereka menjadi cacat. Pernyataan tersebut didukung oleh Informan Kunci I yaitu Sukma Ayu Lestari yang mengatakan bahwa “Sebenarnya dari SD Ayu udah sakit polio kak tapi masih bisa aku jalan kak, trus pernah lah Ayu tinggal kelas di kelas 3 SD, pas waktu itu aku kecelakaan kak. Pas sakit karna kecelakaan itu, aku ditempat tidur baring-baring trus aku duduk-duduk. Karna aku duduk-duduk aja, kaki ku lama-lama jadi bengkok dua-duanya kak. Tapi yang paling parah kaki kiri ku kak, kaki kiri ku lemah kali, kadang dia mau ngiluh. Trus karna itu aku gak bisa jalan, terpaksa aku harus pakek kursi roda lah kak. Aturan gak cacat, jadi cacat lah Ayu kak”. Ditambah oleh pernyataan dari Informan Kunci II yaitu Legi Arianto “Waktu itu, kerjalah aku di bengkel las. Udah begitu lama lah aku kerja di bengkel las itu, tibalah pas aku berumur 23 tahun lah itu mbak kejadiannya, dipanggil kerja kami buat kanopi dikantor perusahaan. Aku dan 2 orang kawanku, kami kerja di bagian atas untuk masang kanopinya, tiba lah pas mau ngelas, aku mencolok tali wayar ke penyambungan listrik yang di kantor, pas mencolok itulah kesetrum kami semua. Kami 3 pingsan, dan gak tau lagi apa yang terjadi setelah itu. Setelah dirumah sakit, aku harus memilih diamputasi Universitas Sumatera Utara 97 atau gak, kalo gak diamputasi kaki sama tanganku, nanti lukanya pasti nyebar dan membusuk kata dokternya, terpaksa aku milih untuk diamputasi. Tempat kerjaku cuma bayar uang rumah sakit dan gak ada aku sedikitpun dikasi pesangon atau santunan gitu pun gak ada. Sejak itulah aku cacat mbak, dan aku merasa minder kali dengan orang lain. Kawan-kawanku yang kecelakaan itu gak parah, orang itu masih bisa kerja dan gak cacat kayak aku. Sejak itu aku gak kerja lagi mbak”. Ditambah oleh pernyataan dari Informan IV yaitu Suhendri yang mengatakan bahwa “Kejadiannya pas ditempat kerjaku kak, pas aku motong kayu, tanganku terpotong trus tercampak 5 meter dari tempat aku diri kak. Trus darahnya muncrat ke muka ku, aku ngerasa takut kali. Teriak-teriak aku minta tolong sama kawan-kawan kerjaku yang ada disitu juga, tapi oang itu gak ada yang berani nolong aku. Mungkin orang itu juga ngerasa takut nengok apa yang terjadi samaku. Trus lari-lari lah aku ke kantor administrasi, disitulah baru ada pertolongan sama ku. Dibawalah aku kerumah sakit, biaya rumah sakitku pun orang itu yang biayai. Tapi aku udh gak bisa kerja lagi kak dengan kondisiku yang udah cacat gini. Pihak kerja cuma ngasi aku pesangon ajalah kak”. Kejadian yang terjadi pada mereka memberikan efek yang buruk dan sulit untuk melakukan suatu hal, berbeda dengan penyandang disabilitas tubuh bawaan lahir. Mereka lebih mudah untuk melakukan aktivitas karena sejak dini mereka sudah bisa belajar melakukan aktivitas dengan kondisi cacat bawaan mereka. Informan kunci yang diteliti tidak memiliki kegiatan atau pekerjaan. Mereka bergantung hidup kepada orang tua atau kepada keluarga. Akan tetapi, setelah Universitas Sumatera Utara 98 penyandang disabilitas tubuh melakukan pembinaan keterampilan di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” mereka memiliki potensi atau skill yang mereka latih menjadi pedoman untuk bekerja atau membuka usaha sendiri. Penyandang disabilitas tubuh yang telah melakukan bimbingan keterampilan membuka usaha sesuai dengan keterampilan yang mereka bina selama di PSBD. Akan tetapi setelah diteliti ada satu informan kunci yang pada awalnya membuka usaha sesuai dengan keterampilan yang dibinanya di PSBD. Namun karena ada hambatan ia berpaling untuk membuka usaha warung sembako. Pernyataan tersebut didukung oleh Informan Kunci III yaitu Racha Cahaya yang mengatakan bahwa “Pertamanya Raka buka service ponsel dulu kak, Raka buka usahanya dirumah. Memperbaiki hp kan butuh sparepart kak, jadi buat belinya, Raka suruh mama yang belanja ke plaza millenium kalo gak ke pakam kak. Tapi karna bolak-balik, trus jaraknya jauh, udah gitu sparepart yang dibeli cuma seperlunya aja, dan untungnya pun cuma dikit kak. Ibu bilang udahlah gak usah lagi lah perbaiki hp itu, biar ibu buka aja kios untuk Raka jualan. Yodahlah Raka gak service hp lagi, karna ibu udah bangun kios buat Raka jualan sembako gitu kak. Di kios itu Raka tinggal, tempat tidur Raka dibuat dekat dengan kamar mandi, tujuannya biar Raka gak capek harus jauh untuk buang air kecil atau BAB kak. Jadi tiap hari kerjaan Raka jualan lah kak. Dulu jualan Raka dikit masih kak, tapi lama-lama udah bisa bermacam-macam sembako yang Raka jual kak. Harapan Raka mudah-mudahan kios Raka makin besar biar bisa bukak grosir kak. Sekarang Raka udah bisa nafkahi hidup Raka Universitas Sumatera Utara 99 sendiri kak, udah gak minta-minta sama mama lagi kak, udah mandiri lah istilahnya kak”. Dari hasil penelitian dan wawancara tersebut dapat kita lihat bahwa ketika mereka telah membuka usaha sendiri, mereka tidak bergantung hidup kepada orang tua atau keluarga lagi, melainkan mereka sudah bisa menanggung kebutuhan hidup mereka dan sudah bisa bertanggung jawab atas hidup mereka. mereka juga sudah bisa membantu ekonomi keluarga walau masih dalam nominal kecil. Dalam hal ini Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” memberikan dampak yang sangat baik kepada penyandang disabilitas tubuh, mereka mengalami perkembangan hidup dan dapat melakukan fungsi sosial mereka. Strategi bertahan hidup dapat digolongkan menjadi 3 kategori yaitu srategi aktif, strategi pasif dan strategi jaringan. Berikut penjelasan dari masing-masing strategi bertahan hidup Ibu tunggal di Desa Namo Bintang. Dampak pelayanan rehabilitasi sosial terhadap kemandirian penyandang disabilitas tubuh Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: 1. Dampak bimbingan sosial dan keterampilan terhadap sikap yang mampu memimpin diri sendiri penyandang disabilitas tubuh Sikap yang mampu memimpin diri sendiri adalah salah satu sikap dari kemandirian. Mampu untuk mengambil keputusan dan mampu untuk melakukan suatu hal yang diinginkan tanpa selalu bertanya kepada orang- orang dan tahu membedakan salah atau benar tindakan yang dilakukan. Sikap ini jarang dimiliki oleh penyandang disabilitas tubuh karena mereka Universitas Sumatera Utara 100 kurang memahami diri mereka sendiri. Mereka lebih merasa rendah diri serta merasa mengalami kesialan karena cacat yang mereka alami. Penyandang disabilitas tubuh yang diteliti awalnya merasa kehilangan pendirian dan selalu minder dengan orang-orang yang ada disekitar mereka. Pernyataan tersebut didukung oleh Informan Kunci III yaitu Racha Cahaya yang mengatakan bahwa “Kalo ada datang keluarga atau orang lain lain bertamu kerumah ku kak, aku pasti langsung nyuruh mamaku untuk ngantar aku ke kamar. Karna malu kali aku kak nengok keadaan ku yang cacat kek gini kak, yang dulunya bisa jalan trus gak bisa jalan lagi kak. Malu aku kak ditengok-tengok orang lain kak. Trus aku malas kali keluar rumah kak, karna pernah sekali aku keluar rumah, tetangga-tetangga trus nanya-nanya aku sakit apa kak, kok bisa tiba-tiba kek gini aku”. Setelah penyandang disabilitas tubuh melakukan bimbingan motivasi, psikologi dan psikososial selama di PSBD, penyandang disabilitas tubuh mengalami banyak perubahan yang lebih baik. Pernyataan tersebut didukung oleh Informan Utama III yaitu Ibu Kristin yang mengatakan bahwa “Yah ibu tengok Raka banyak mengalami perubahan setelah balek dari PSBD. Dia lebih kelihatan semangat untuk jualan, dulu kan isi jualannya masih sedikit, sekrang udah lumayan banyak dan udah bermacam-macam. Ibu tengok dia udah pintar nyimpan- nyimpan uang hasil jualannya”. Universitas Sumatera Utara 101 Dalam hasil wawancara tersebut dapat kita lihat bahwa penyandang disabilitas sudah mampu untuk memimpin diri merek sendiri, mereka sudah tahu apa yang terbaik untuk diri mereka sendiri. Penyandang disabilitas tubuh tersebut juga sudah memiliki sikap yang bijaksana untuk setiap tindakan mereka. 2. Dampak bimbingan sosial dan keterampilan terhadap sikap rasa tidak bergantung pada orang lain penyandang disabilitas tubuh Kondisi penyandang disabilitas tubuh tidak memungkinkan mereka bisa bekerja mencari nafkah, hal tersebut membuat mereka harus bergantung kepada orang lain. Dalam memenuhi segala keperluan dan suatu hal yang tidak bisa mereka kerjakan membuat mereka harus bergantung kepada orang yang ada disekitarnya. Contohnya dalam menyelesaikan pekerjaan tanpa dibantu oleh orang lain, dan dalam memenuhi kebutuhan hidup seperti memenuhi kebutuhan sandang dan pangan. Hal tersebut membuat para penyandang disabilitas tubuh tidak dapat hidup mandiri, akan tetapi setelah mereka melakukan bimbingan keterampilan di PSBD mereka jadi memiliki potensi atau skill untuk bekerja. Berdasarkan hasil penelitian dengan wawancara mendalam di lapangan, menunjukkan bahwa mereka membuka usaha sendiri dengan bermodalkan skill dan tulkit yang mereka terima dari PSBD. Penyandang disabilitas tubuh yang diteliti tersebut sudah bisa mencari nafkah sendiri Universitas Sumatera Utara 102 dan tidak bergantung dengan orang lain. Pernyataan tersebut didukung oleh Informan Kunci III yaitu Racha Cahaya atau Raka yang mengatakan bahwa “Dulu jualan Raka dikit masih kak, tapi lama-lama udah bisa bermacam-macam sembako yang Raka jual kak. Harapan Raka mudah- mudahan kios Raka makin besar biar bisa bukak grosir kak. Sekarang Raka udah bisa nafkahi hidup Raka sendiri kak, udah gak minta-minta sama mama lagi kak, udah mandiri lah istilahnya kak”. Ditambah oleh pernyataan dari Informan Kunci IV yaitu Suhendri yang mengatakan bahwa “ Kadang aku kerja dipanggil sama orangnya langsung untuk kerumahnya kak, untuk perbaiki barang elektroniknya yang rusak. Intinya awak merasa lebih rajin dan semangat lah kak. Disisi lain uang hasil kerjaku sebagian ku kasi sama mamak buat belanja kak, aku masu ngasih Rp15.000 atau Rp20.000 kak, aku pengen membantu keuangan keluarga juga kak”. Dalam hasil penelitian dan wawancara yang dilakukan peneliti telah mendapatkan hasil bahwa penyandang disabilitas tubuh sudah mampu untuk hidup mandiri atau tidak bergantung hidup dengan orang tua mereka lagi, melainkan sudah mampu untuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. informan kunci yang diteliti justru membantu perekonomian kleuarga dengan memberikan sebagian uang hasil kerja mereka kepada keluarga atau orang tua mereka. Universitas Sumatera Utara 103 3. Dampak bimbingan sosial dan keterampilan terhadap sikap rasa bertanggung jawab penyandang disabilitas tubuh Sikap rasa bertanggung jawab merupakan salah satu sikap yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Sikap rasa bertanggung jawab tersebut sebelumnya belum dimiliki oleh penyandang disabilitas tubuh namun setelah mereka melakukan bimbingan di PSBD mereka mengalami banyak perubahan yang positif. Penyandang disabilitas tubuh yang telah diteliti banyak mengalami perubahan yang signifikan, keluarga mereka mengatakan mereka lebih semangat, lebih percaya diri, tidak minder dan sudah bertanggung jawab atas diri mereka sendiri maupun bertanggung jawab untuk membantu keluarga. Pernyataan tersebut didukung oleh Informan Kunci I yaitu Sukma Ayu Lestari mengatakan bahwa “Trus selama ini, uang hasil kerja udah bisa kadang Ayu kasi sebagian sama bude, kadang Ayu kasi uang jajan adek trus Ayu tabung kak. Karna harapan Ayu, Ayu bisa bukak kios usaha counter hp kak”. Ditambah oleh pernyataan Informan Utama II yaitu Ibu Sangsang yang mengatakan bahwa “Senang lah ibu pokoknya nengoknya, setidaknya Legi udah bertanggung jawab bantu kakaknya untuk ekonomi keluarga, kan dirumah kami bertiga aja, jadi kan lumayan uangnya bantu- bantu untuk belanja makan kami sehari-hari”. Ditambah oleh pernyataan Informan Utama III yaitu Ibu Kristin yang mengatakan bahwa “Yah ibu tengok Raka banyak mengalami Universitas Sumatera Utara 104 perubahan setelah balek dari PSBD. Dia lebih kelihatan semangat untuk jualan, dulu kan isi jualannya masih sedikit, sekrang udah lumayan banyak dan udah bermacam-macam. Ibu tengok dia udah pintar nyimpan- nyimpan uang hasil jualannya. Dari situ ibu perhatikan dia udah bertanggung jawablah dengan kerjanya. Raka juga bertanggung jawab dengan ngebantu ekonomi keluarga. Dia mau kasi ibu uang buat belanja, dia mau ngasi ibu Rp15.000 kalo gak Rp18.00”. Kemudian ditambah oleh pernyataan Informan Utama IV yaitu Ibu Damiem yang mengatakan bahwa “Padahal ibu pikir lepas untuk beli rokoknya aja pun udah lumayanlah. Gak nyangka ibu, uang untuk belanja pun mau dia kasi sama ibu. Liat dia yang kek gitu ibu pun senang, karna udah bisa dia mandiri, udah bertanggung jawab juga sebagai anak bantu ekonomi keluarga. Yah, harapan ibu dia bisa lebih maju lagi lah usahanya”. Dalam hasil penelitian dan wawancara tersebut dapat kita lihat bahwa penyandang disabilitas tubuh yang diteliti sudah memiliki sikap bertanggung jawab terhadap diri sendiri maupun terhadap keluarga mereka. Penyandang disabilitas sudah bisa membantu perekonomian keluarga mereka. dalam hal ini Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara telah memberikan dampak baik terhadap perkembangan sikap penyandang disabilitas tubuh melalui program bimbingan psikologi, psikososial dan bimbingan motivasi yang dilakukan. Universitas Sumatera Utara 105 BAB VI PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang didapat dari hasil penelitian dilapangan. Kesimpulan yang terdapat di bab ini merupakan hasil yang dicapai

Dokumen yang terkait

Pengaruh Program Bimbingan Keterampilan Terhadap Kemandirian Penyandang Disabilitas Tubuh di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara

5 72 112

Pengaruh Program Bimbingan Keterampilan Terhadap Kemandirian Penyandang Disabilitas Tubuh di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara

0 0 16

Pengaruh Program Bimbingan Keterampilan Terhadap Kemandirian Penyandang Disabilitas Tubuh di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara

0 0 2

Pengaruh Program Bimbingan Keterampilan Terhadap Kemandirian Penyandang Disabilitas Tubuh di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara

0 0 11

Dampak Pelayanan Rehabilitasi Sosial terhadap Kemandirian Penyandang Disabilitas Tubuh Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara Pasca Terminasi pada tahun 2014

0 0 8

Dampak Pelayanan Rehabilitasi Sosial terhadap Kemandirian Penyandang Disabilitas Tubuh Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara Pasca Terminasi pada tahun 2014

0 0 3

Dampak Pelayanan Rehabilitasi Sosial terhadap Kemandirian Penyandang Disabilitas Tubuh Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara Pasca Terminasi pada tahun 2014

0 0 10

Dampak Pelayanan Rehabilitasi Sosial terhadap Kemandirian Penyandang Disabilitas Tubuh Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara Pasca Terminasi pada tahun 2014

0 0 32

Dampak Pelayanan Rehabilitasi Sosial terhadap Kemandirian Penyandang Disabilitas Tubuh Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara Pasca Terminasi pada tahun 2014

0 0 3

Dampak Pelayanan Rehabilitasi Sosial terhadap Kemandirian Penyandang Disabilitas Tubuh Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara Pasca Terminasi pada tahun 2014

0 0 6