4. Alur
Pengertian alur dalam cerpen atau dalam karya fiksi pada umumnya adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahap-tahap peristiwa sehingga menjalin suatu
cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita. Alur berdasarkan tema cerita disebut alur tematik. Setiap karya sastra tentu
saja mempunyai kekhususan rangkaian ceritanya. Namun demikian, ada beberapa unsur yang ditemukan pada hampir semua cerita. Unsur-unsur tersebut merupakan
pola umum alur cerita. Pola umum alur cerita adalah 1 bagian awal, terdiri atas a paparan exposition, b rangkasangan inciting moment, dan c gawatan
rising action. 2 Bagian tengah, terdiri atas a tikaian conflict, b rumitan complication, dan c klimaks. Dan 3 bagian akhir, terdiri atas a leraian
falling action, b selesaian denouement. Secara garis besar struktur alur sebagai cerita rekaan dibagi menjadi tiga
bagian yaitu bagian awal, tengah, dan akhir. Namun urutan itu tidak selamannya seperti itu, setiap pengarang dapat secara bebas memulainya.
Menurut Kenney dalam Rahmanto 2004:2- 11 “pada bagian awal
biasanya mengandung tiga hal penting, yakni pemaparan eksposition, ketidakmantapan instability, dan klimaks climax. Pada bagian akhir kisah
cerita terdiri atas segala sesuatu yang berawal dari klimak menuju pemecahan maslah yang disebut sebagai pelerai”.
Pengertian alur dalam cerpen atau dalam karya fiksi pada umumnya adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin
suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita. Istilah alur 26
dalam hal ini sama dengan istilah plot maupunstruktur cerita. Tahapan peristiwa yang menjalin suatu cerita bisa terbentuk dalam rangkaian peristiwa yang
berbagai macam Aminudin 2002:83. Suharianto 2005:18 menyebutkan bahwa alur atau plot terdiri atas lima
bagian yaitu, 1 pemaparan atau pendahuluan, yakni bagian cerita tempat pengarang mulai melukiskan suatu keadaan yang merupakan awal cerita. 2
Penggawatan, yakni bagian yang melukiskan tokoh-tokoh yang terlibat dalam cerita, mulai bergerak. Mulai bagian ini secara bertahap terasakan adanya konflik
dalam cerita tersebut. Konflik itu dapat terjadi antartokoh, antartokoh dengan masyarakat sekitar atau antartokoh dengan hati nurani sendiri. 3 Penanjakan,
yakni bagian cerita yang melukiskan konflik seperti disebutkan di atas mulai memuncak. 4 Puncak atau klimaks, yakni bagian yang melukiskan peristiwa
mencapai puncaknya. Bagian ini dapat berupa bertemunya dua tokoh yang sebelumn
ya saling mencari, atau dapat pula berupa terjadinya “perkelahian” antara dua tokoh yang sebelumnya digambarkan saling mengancam. dan 5
peleraian, yakni bagian cerita tempat pengarang memberikan pemecahan dari semua peristiwa yang telah terjadi dari cerita atau bagian-bagian sebelumnya.
Selanjutnya Suharianto 2005: 18-19 mengatakan bahwa cara menyusun bagian-bagian plot tersebut, plot atau alur cerita dapat dibedakan menjadi alur
lurus, alur sorot balik flash back, serta alur campuran. Menurut Suyoto 2009: 16-17 alur adalah urutaan atau rangkaian peristiwa
dalam cerita rekaan. Urutan peristiwa dapat tersusun berdasarkan tiga hal, yaitu 1 Berdasarkan urutan waktu terjadinya. Alur dengan susunan peristiwa
27
berdasarkan kronologis kejadian disebut alur linear, 2 Berdasarkan hubungan kausalnyasebab akibat. Alur berdasarkan hubungan sebab-akibat disebut alur
kausal, dan 3 Berdasarkan tema cerita. Fantasi pengarang dalam menyusun alur cerita juga berbeda-beda, ada
yang memulai dari awal menuju klimaks dan selesai, tetapi ada juga yang sebaliknya. Contohnya alur sorot balik flash back, yaitu pengarang pada awal
cerita memulai dengan pelukisan situasi kemudian di tengah menyela atau disisipi dengan peristiwa yang terjadi sebelumnya. Peristiwa sorot balik ini dapat
dilukiskan melalui dialog, mimpi atau lamunan tokoh yang menelusuri kembali jalan hidupnya, atau teringat kembali pada suatu peristiwa masa lalu.
Apapun bentuk alur yang digunakan pengarang masih ada hal yang tidak boleh dilupakan, yaitu kemasukakalan dan keutuhan. Suatu cerita dikatakan
masuk akal apabila cerita itu memiliki kebenaran bagi cerita itu sendiri, sedangkan alur itu dikatakan utuh apabila alur itu menyimpang tetapi terjalin erat
dengan alur utamanya. Hubungan antara peristiwa, kasus atau berbagai persoalan yang
diungkapkan dalam sebuah cerita, belum tentu ditunjukkan secara eksplisit dan langsung oleh pengarang. Oleh karena itu, pembaca diharapkan mampu
menemukan sendiri hubungan-hubungan peristiwa dalam cerpen yaitu dimulai dari tahap pemaparan atau pendahuluan, penggawatan, penanjakan, puncak atau
klimaks, dan peleraian. Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa yang dimaksud
alur cerita atau plot adalah rangkaian peristiwa yang disusun pengarang melalui 28
tahapan-tahapan peristiwa sehingga terjalin suatu cerita masuk akal dan utuh yang dihadirkan oleh pelaku cerita dengan memperhatikan hubungan sebab dan akibat.
5. Sudut Pandang