36
2.2.10.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Make A Match
Beberapa hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan model make a match adalah kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut terdiri dari
kartu berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu-kartu lainnya berisi jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut. Berikut merupakan langkah model make a match
menurut Suprijono 2011: 94: Langkah model make a match yaitu: 1 Guru membagi kelas
menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu pertanyaan. Kelompok kedua merupakan kelompok
yang membawa jawaban dari pertanyaan yang ada di kartu pertanyaan. Kelompok tiga sebagai kelompok penilai; 2 Atur
posisi kelompok tersebut berbentuk huruf U. Kelompok pertama dan kedua berjajar saling berhadapan; 3 Guru memberikan tanda,
misal dengan menggunakan peluit sebagai tanda agar kelompok pertama dan kedua saling bergerak mereka bertemu dan mencari
pasangan jawaban yang cocok. 4 Berikan waktu pada kelompok pertama dan kedua untuk saling berdiskusi; 5 Hasil diskusi
ditandai oleh pasangan-pasangan antara anggota kelompok pembawa kartu pertanyaan dengan anggota kelompok pembawa
kartu jawaban; 6 Pasangan-pasangan yang sudah terbentuk wajib menunjukkan pertanyaan dan jawaban kepada kelompok penilai. 7
Penilai menilai jawaban pasangan-pasangan yang terbentuk; 8 Pelaksanaan make a match dapat diulangi hingga semua anak dalam
kelas mengalami menjadi berada dalam ketiga kelompok di atas.
2.2.10.2 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make A
Match pada Materi Pemahaman Pantun
Penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match pada materi pemahaman pantun di kelas IV A semester 2 di SD Negeri 2 Karangjati
sesuai dengan langkah-langkah menurut Suprijono. Berikut merupakan uraian penerapan langkah model make a match dalam pembelajaran pemahaman pantun.
1 Guru memberikan materi pemahaman pantun kepada siswa.
2 Guru menyiapkan kartu-kartu, diantaranya kartu yang berisi soal materi
pemahaman pantun dan kartu jawaban soal tersebut.
37 3
Guru membagi siswa dalam satu kelas yang berjumlah dua puluh siswa menjadi tiga kelompok.
Kelompok pertama beranggotakan lima siswa merupakan kelompok pembawa kartu berisi pertanyaan. Kelompok kedua beranggotakan lima
siswa merupakan kelompok pembawa kartu berisi jawaban. Kelompok ketiga beranggotakan sepuluh siswa merupakan kelompok penilai.
4 Guru mengatur posisi kelompok-kelompok tersebut membentuk huruf U.
Kelompok pertama dan kedua berjajar saling berhadapan. 5
Guru memberikan tanda dengan menggunakan peluit sebagai tanda agar kelompok pertama maupun kelompok kedua saling bergerak mereka
bertemu, mencari pasangan jawaban-jawaban yang cocok. 6
Guru memberikan kesempatan mereka untuk berdiskusi. 7
Hasil diskusi ditandai oleh pasangan-pasangan antara anggota kelompok pembawa kartu jawaban. Pasangan-pasangan yang sudah terbentuk wajib
menunjukkan jawaban kepada kelompok penilai. 8
Setelah penilaian dilakukan, kelompok pertama dan kelompok kedua bersatu kemudian memosisikan diriya menjadi kelompok penilai.
9 Kelompok penilai pada sesi pertama dipecah menjadi dua, sebagian
memegang kartu pertanyaan dan sebagian lainnya memegang kartu jawaban.
10 Guru kembali memposisikan mereka dalam bentuk huruf U. Kelompok
pertama dan kedua berjajar saling berhadapan. Sedangkan kelompok ketiga berjajar diantara kelompok pertama dan kelompok kedua, sehingga
membentuk huruf U.
38 11
Guru kembali membunyikan peluitnya menandai kelompok pemegang kartu pertanyaan dan jawaban bergerak untuk mencari, mencocokkan, dan
mendiskusikan pertanyaan-jawaban. 12
Masing-masing pasangan pertanyaan-jawaban menunjukkan hasil kerjanya kepada kelompok ketiga sebagai penilai.
13 Kelompok ketiga sebagai penilai memeriksa jawaban masing-masing
pasangan. Jadi, penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match pada
materi pantun menuntut siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Siswa terlibat aktif mencari penyelesaian dari kartu soal dan kartu jawaban materi
pantun yang ada di hadapannya dan menilai hasil jawaban temannya sehingga siswa mengalami pembelajaran yang bermakna.
2.3 Kerangka Berpikir
Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran non eksak pada pembelajaran di SD. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar
siswa. Demikian pula halnya dengan hasil belajar Bahasa Indonesia. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yaitu penerapan
model pembelajaran. Proses pembelajaran dikatakan sulit mencapai tujuan manakala guru tidak
menerapkan model yang tepat sesuai karakteristik masing-masing pelajaran. Model pembelajaran konvensional dengan metode ceramah, penugasan, dan
diskusi kelompok dalam pembelajaran Bahasa Indonesia seringkali digunakan