produksinya melalui adanya seminar atau musyawarah yang diadakan oleh kelurahan ataupun lembaga lainnya.
a. Volume dan nilai ekspor
Menurut informasi yang diperoleh dari para pemimpin lembaga pemerintahan, stakeholder dan pengusaha ikan setempat, bahwa
sebagian hasil perikanan yang didaratkan di Kota Sibolga diekspor melalui Dumai dan Tanjung Balai Asahan dengan tujuan Singapura
dan Malaysia. Data tentang besarnya volume ekspor ikan dari Kota Sibolga ke
Singapura dan Malaysia sulit diperoleh, karena pintu pelabuhan ekspornya bukan di Kota Sibolga dan para pengusaha eksportir
daerah ini cenderung tertutup. Untuk kedepannya diharapkan eksportir ikan tersebut lebih terbuka memberikan data ikan yang diekspor
dengan cara lebih melakukan pendekatan kepada para pengusaha tersebut dan memberikan kemudahan dalam proses pengurusan IUP
dan SPI.
b. Kontribusi sektor perikanan terhadap PDRB
Berdasarkan data yang diperoleh melalui wawancara terhadap Badan Pengelola Perikanan Tangkap di Kota Sibolga, maka kontribusi
perikanan terhadap PDRB Kota Sibolga pada tahun 2012 sebesar 40- 50 yang berasal dari perikanan tangkap, perikanan budidaya, dan
industri pengolahan hasil perikanan. Masalah penangkapan ikan secara ilegal di laut juga masih menjadi
persoalan yang terkadang dapat menghalangi besarnya kontribusi
Universitas Sumatera Utara
sektor perikanan. Pemerintah Kota Sibolga harus serius dan mengerahkan segala upaya untuk memberantas illegal fishing, karena
akan memberikan dampak yang signifikan pada sektor perikanan. Penguatan armada penangkapan perlu dilakukan dengan pengadaan
kapal-kapal, alat, dan perlengkapan tangkap yang bersaing ramah lingkungan, serta meningkatkan pengetahuan penangkapan ikan.
Pemenuhan BBM dengan melakukan subsidi khusus kepada nelayan juga bisa dilakukan.
Solusinya, Pemerintah Kota Sibolga harus lebih mencurahkan serta memfokuskan perhatian mereka terhadap nasib nelayan, termasuk
nelayan bagan pancang. Misalnya, memberikan modal pada nelayan untuk pengadaan kapal. Dengan demikian kapal yang besar, hasil
tangkapan ikannya pun akan semakin besar.
c. Pendapatan nelayan Tabel 4.10 Pendapatan Nelayan
No. Pendapatan Nelayan
Rp Jumlah
Nelayan KK
Persentase
1. 300.000
9 8,18
2. 500.000
20 18,18
3. 700.000
31 28,18
4. 750.000
12 10,90
5. 800.000
19 17,27
6. 1.000.000
10 9,09
7. 1.500.000
4 3,63
8. 2.000.000
5 4,57
110 100
Sumber: Kuesioner, 2012
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.10 di atas menguraikan bahwa jumlah nelayan yang paling banyak adalah nelayan yang menghasilkan pendapatan sebesar Rp.
700.000,- setiap bulannya. Berdasarkan informasi yang diperoleh, jumlah pendapatan tergantung dengan jumlah bagan pancang yang
dimiliki oleh nelayan. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1.
1 bagan pancang = Rp. 300.000 – Rp. 700.000,- per bulan. 2.
2 bagan pancang = Rp. 700.000 – Rp. 1.000.000,- per bulan. 3.
3 bagan pancang = Rp. 1.000.000 – Rp. 2.000.000,- per bulan. 4.
4 bagan pancang = Rp. 2.000.000,- per bulan. Akan tetapi faktor lain yang dapat mempengaruhi jumlah
pendapatan nelayan bagan pancang adalah musim, bulan gelap dan pasang surut air laut.
d. Nilai investasi dalam bentuk kapal ikan dan pabrik pengolahan