Program dan Kegiatan Kelurahan Sibolga Ilir Kebijakan Kelurahan Sibolga Ilir Konsep Volume dan nilai ekspor

b. Tugas Pokok dan Fungsi Kelurahan Sibolga Ilir

Tugas Pokok Kelurahan Sibolga Ilir terdiri dari 1. Menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan dan ketertiban umum. 2. Melaksanakan urusan pemerintahan yang dilimpahkan oleh walikota. 3. Merumuskan dan melaksanakan kerjasama kelurahan dengan kelurahan lain dalam satu wilayah kecamatan. Sedangkan fungsi Kelurahan Sibolga Ilir adalah: 1. Melaksanaan kegiatan pemerintahan kelurahan 2. Melaksanakan kegiatan ekonomi dan pembangunan 3. Melaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat 4. Menyelenggarakan ketenteraman dan ketertiban umum 5. Melaksanakan kegiatan ketatausahaan.

c. Program dan Kegiatan Kelurahan Sibolga Ilir

1. Pembinaan Sadar Wisata Kelurahan Sibolga Ilir sebagai Kelurahan Percontohan PKK Kota Sibolga Tahun 2012 yang dilaksanakan berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Sibolga Nomor: 1734DKPPO2012 tanggal 11 Juni 2012 yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat Kota Sibolga umumnya dan pemahaman masyarakat kelurahan Percontohan khususnya Universitas Sumatera Utara mengenai Sadar Wisata, sehingga akan dapat menunjang keberlangsungan pembangunan kepariwisataan di Kota Sibolga. 2. Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri - Kelautan dan Perikanan PNPM Mandiri - KP melalui dana bergulir yang dilaksanakan di Kota Sibolga. Pemberdayaan Masyarakat Mandiri-Kelautan Perikanan PNPM Mandiri-KP dimana program ini berjalan sejak tahun 2009, dapat dilakukan melalui penggunaan dana bergulir bagi nelayan. Dana bergulir merupakan pinjaman yang diberikan PNPM Mandiri-KP kepada nelayan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan dan kesempatan kerja bagi masyarakat kelautan dan perikanan yang miskin.

d. Kebijakan Kelurahan Sibolga Ilir

1. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul kelurahan. 2. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten kota yang diserahkan pengaturannya kepada kelurahan, yakni urusan pemerintahan yang secara langsung dapat meningkatkan pelayanan masyarakat. 3. Tugas pembantuan dari pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten Kota. 4. Urusan pemerintahan lainnya yang diserahkan kepada kelurahan. Universitas Sumatera Utara

e. Konsep

Pengelolaan Bagan Pancang Nelayan Secara Berkelanjutan Kelurahan Sibolga Ilir 1. Membantu menyalurkan Dana Bergulir yang dilaksanakan oleh PNPM-Mandiri setiap tahunnya kepada nelayan bagan pancang. 2. Membantu mengatasi setiap permasalahan yang dihadapi oleh nelayan bagan pancang kepada pihak lain termasuk pemerintah sendiri dalam operasional alat tangkap bagan pancang. 3. Sebagai pendamping dalam melakukan musyawarah atau seminar dengan beberapa lembaga-lembaga yang terkait.

4.4 Bagan Pancang Nelayan

Tak bisa dipungkiri dalam kehidupan sehari-hari, nelayan tradisional lebih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan sendiri. Dalam arti hasil tangkapan yang dijual lebih banyak dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, khususnya pangan, dan bukan diinvestasikan kembali untuk pengembangan skala besar. Alat tangkap bagan pancang merupakan salah satu alat tangkap yang banyak digunakan oleh nelayan Kota Sibolga, khususnya Kelurahan Sibolga Ilir sebagai salah satu sumber mata pencariannya. Bagan pancang adalah salah satu jenis alat tangkap yang digunakan nelayan di Kota Sibolga untuk menangkap ikan, pertama kali diperkenalkan oleh nelayan Kota Sibolga sekitar tahun 1980-an. Selanjutnya dalam waktu relatif singkat bagan pancang tersebut sudah dikenal di seluruh wilayah Kota Sibolga. Bagan pancang dalam perkembangannya telah banyak mengalami perubahan baik bentuk maupun ukuran yang dimodifikasi sedemikian rupa sehingga sesuai Universitas Sumatera Utara dengan daerah penangkapannya. Berdasarkan cara pengoperasiannya, bagan pancang dikelompokkan dalam jaring angkat liftnet, namun karena menggunakan cahaya lampu mengumpulkan ikan maka disebut juga light fishing. Bagan pancang merupakan bagan yang dipasang secara menetap di perairan, terdiri dari rangkaian bambu atau kayu yang dipasang secara membujur dan melintang. Bambu atau kayu merupakan komponen utama dari bangunan bagan pancang. Jumlah bambu atau kayu yang digunakan semakin banyak karena bambu atau kayu tersebut harus disambung. Secara umum jumlah bambu atau kayu bervariasi antara 100-200 batang. Bambu atau kayu tersebut merupakan komponen utama dalam menopang berdirinya alat tangkap bagan pancang di perairan. Hasil tangkapan dari bagan pancang yang sasaran utamanya adalah ikan- ikan yang mempunyai sifat fototaksis positif yaitu ikan teri, ikan pelagis, serta avertebrata yaitu cumi-cumi atau udang. Namun tidak jarang bagan pancang juga sering menangkap hasil sampingan seperti ikan kembung, layang, selar dan lain- lain. Sumberdaya ikan teri merupakan sumberdaya yang penyebarannya di perairan dekat pantai, di daerah-daerah dimana terjadi proses penaikan air upwelling dan sumberdaya ini dapat membentuk biomassa yang sangat besar. Sumberdaya ikan teri merupakan suatu sumberdaya yang poorly behafed, karena makanan utamanya adalah plankton, sehingga kelimpahannya sangat tergantung kepada faktor-faktor lingkungan. Hal tersebut menyebabkan sumberdaya ini akan berbeda kelimpahannya pada setiap wilayah perairan. Universitas Sumatera Utara Ketersediaan ikan pada suatu wilayah akan berubah seiring dengan perubahan lingkungan, yang menyebabkan ikan akan memilih tempat yang sesuai dengan kondisinya dan perubahan itu dapat terjadi dalam waktu yang pendek maupun panjang. Pada umumnya daerah penangkapan ikan tidak ada yang bersifat tetap, selalu berubah seiring dengan pergerakan ikan yang menyesuaikan diri terhadap perubahan kondisi lingkungan. Ikan selalu mencari tempat yang sesuai dengan tempat hidupnya. Berdasarkan observasi yang dilakukan, bagan pancang memiliki beberapa jenis ikan hasil tangkapan. Ikan hasil tangkapan tersebut digolongkan menjadi tiga macam yaitu: Tangkapan utama primary catch, dimana tangkapan utama adalah tangkapan yang dipasarkan oleh nelayan karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi, seperti jenis ikan selar, teri, kembung, cumi-cumi, biji nangka dan lain- lain. Tangkapan sampingan by catch, seperti jenis-jenis ikan peperek yang dikeringkan lalu dijual sebagai bahan baku makanan ternak, sebagian lagi dibawa oleh nelayan kerumahnya sebagai lauk pauk untuk keluarganya. Tangkapan lainnya adalah tangkapan buangan discard catch. Ikan-ikan tersebut biasanya dibuang ke laut. Jenis-jenis ikan yang tergolong discard pada bagan pancang adalah jenis-jenis ikan buntal dan ubur-ubur. Informasi tentang keberadaan sumberdaya ikan pada suatu perairan sangat penting dalam upaya mengefisiensikan operasi penangkapan yang dilakukan. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara yang memiliki perairan laut yang luas. Disepanjang pantai tersebut terdapat berbagai jenis alat penangkapan ikan yang dioperasikan oleh nelayan untuk memanfaatkan Universitas Sumatera Utara sumberdaya ikan yang ada diperairan tersebut. Termasuk juga pada wilayah Kota Sibolga, salah satu jenis alat tangkap yang umum digunakan oleh masyarakat Kelurahan Sibolga Ilir adalah jenis bagan pancang. Bagan pancang merupakan salah satu alat tangkap yang digunakan oleh para nelayan diseluruh perairan Sibolga. Alat tangkap ini menggunakan alat bantu cahaya untuk menarik perhatian ikan agar mendekati alat tangkap atau masuk ke areal penangkapan atau catchable area. Berdasarkan cara pengoperasiannya bagan pancnag dapat dikelompokkan ke dalam jaring angkat. Bagan pancang yang menggunakan cahaya sebagai alat bantu berkembang terus dan dapat diklasifikasikan mulai dari bagan pancang dan bagan apung. Bagan apung dapat dibagi ke dalam 2 kelompok yaitu bagan rakit dan bagan perahu. Menurut klasifikasi Statistik Perikanan Indonesia, bagan termasuk kategori jaring angkat. Jaring angkat ini terdiri dari beberapa jenis yaitu bagan perahu, bagan pancang, serok, dan jaring angkat lainnya. Klasifikasi menurut Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan BPPI 2007, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, bagan termasuk ke dalam golongan jaring angkat, yang terdiri dari beberapa jenis yaitu, Jaring Angkat Menetap Anco Tanpa Kapal dan Bagan Tancap, Jaring Angkat Tidak Menetap Bagan Rakit, Bagan Perahu, Anco Berkapal Bouke Ami dan jaring angkat lainnya.

4.4.1 Deskripsi Bagan Pancang

Penerimaan masyarakat terhadap alat tangkap bagan pancang terbagi atas dua pendapat. Bagi yang berkepentingan dengan pelayaran maka bagan pancang dianggap mengganggu keberadaan kapal yang beroperasi di perairan. Sebaiknya Universitas Sumatera Utara para nelayan yang berdomisili di wilayah pesisir, keberadaan bagan pancang tersebut sangat bermanfaat. Bagan pancang adalah alat penangkap ikan yang terdiri dari susunan bambu atau kayu berbentuk persegi empat yang ditancapkan dengan konstruksi tetap sehingga berdiri kokoh di atas perairan dan pada bagian tengah bangunan dipasang jaring yang berfungsi sebagai alat untuk menangkap ikan, dioperasikan dengan cara diangkat. Bagan pancang ditancapkan ke dasar perairan, yang berarti kedalaman laut tempat beroperasinya alat ini menjadi sangat menentukan hasil dari tangkapan ikan. Pada dasarnya alat ini terdiri dari bangunan bagan yang terbuat dari bambu atau kayu, jaring yang berbentuk segi empat yang diikatkan pada bingkai yang terbuat dari bambu atau kayu. Pada keempat sisinya terdapat bambu atau kayu menyilang dan melintang yang dimaksudkan untuk memperkuat berdirinya bagan. Diatas bangunan bagan di bagian tengah terdapat bangunan rumah yang berfungsi sebagai tempat istirahat, pelindung lampu dari hujan dan tempat untuk melihat ikan. Diatas bangunan ini terdapat roller yang terbuat dari bambu yang berfungsi untuk menarik jaring. Umumnya alat tangkap ini berukuran 8x8 m atau 10x12 m, sedangkan tinggi dari dasar perairan rata-rata 8- 30 m. Jaring yang biasa digunakan pada alat tangkap ini adalah jaring yang terbuat dari waring dengan mesh size 0,4 cm. Posisi jaring dari bagan ini terletak dibagian bawah dari bangunan bagan yang diikatkan pada bingkai bambu atau kayu yang berbentuk segi empat. Bingkai bambu atau kayu tersebut dihubungkan dengan tali pada ke empat sisinya yang berfungsi untuk menarik jaring. Pada ke empat sisi jaring ini diberi pemberat yang berfungsi untuk memberikan posisi Universitas Sumatera Utara jaring yang baik selama dalam air. Ukuran jaring biasanya satu meter lebih kecil dari ukuran bangunan bagan.

4.4.2 Teknik Operasi Penangkapan

Gambar 4.2 Lampu Pemanggil Ikan Sumber: Dinas Kelautan, Perikanan dan Peternakan Kota Sibolga, 2012 Dalam mengoperasikan bagan pancang, terdapat juga nelayan yang menggunakan lampu pemanggil ikan. Lampu Pemanggil Ikan dirancang sebagai alat daya tarik untuk mengumpulkan ikan sekaligus untuk meningkatkan hasil tangkapan bagi para nelayan bagan pancang di laut. Bagi nelayan atau para pencari ikan, mendapatkan hasil tangkapan yang melimpah merupakan tujuan Universitas Sumatera Utara utama. Tetapi bila hanya mengandalkan peralatan yang biasa-biasa saja, sungguh mustahil tujuan tersebut akan tercapai. Untuk tercapainya hasil tangkapan yang baik, nelayan harus memahami benar tentang karakteristik atau perilaku ikan yang akan ditangkap. Bila karakteristik tersebut sudah diperoleh atau diketahui, maka persoalannya hanya masalah waktu yaitu kapan ikan tersebut akan ditangkap. Salah satu karakter ikan adalah sensitifitas respon mereka terhadap cahaya. Karena itulah nelayan membuat suatu alat bantu yang dapat membantu dalam menangkap ikan. Dan alat bantu tersebut berupa sebuah lampu khusus. Bermacam-macam lampu pemanggil ikan: Gambar 4.3 Lampu Celup Dasar Air LACUDA dan Sumber Arus AC Genset Universitas Sumatera Utara Spesifikasi Teknis Lacuda a. Jenis Lampu : Bohlam Pijar 500 Watt b. Dudukan Lampu : Resin BQTN c. Kerangka Stainles Steel : Delta Ǿ diameter 5 mm d. System Kedap Air : Sela Silikon Rubber e. Stabilisator Pemberat : Besi Tebal 10 mm Dilapisi Chrom f. Kabel : 12 Meter g. Dimer : Kapasitas 600 Watt h. Tali Penggulung tambang : 10 meter Tiang Pancang Kayu Tiang pancang kayu dibuat dari batang pohon yang cabang-cabangnya telah dipotong dengan hati-hati, biasanya diberi bahan pengawet dan didorong dengan ujungnya yang kecil sebagai bagian yang runcing. Kadang-kadang ujungnya yang besar didorong untuk maksud-maksud khusus, seperti dalam tanah yang sangat lembek dimana tanah tersebut akan bergerak kembali melawan poros. Kadang kala ujungnya yang runcing dilengkapi dengan sebuah sepatu pemancangan yang terbuat dari logam atau bahan yang keras bila tiang pancang harus menembus tanah keras atau tanah kerikil. Pemakaian tiang pancang kayu ini adalah cara tertua dalam penggunaan tiang pancang sebagai pondasi. Tiang kayu akan tahan lama dan tidak mudah busuk apabila tiang kayu tersebut dalam keadaan selalu terendam penuh di bawah muka air tanah. Tiang pancang dari kayu akan lebih cepat rusak atau busuk apabila dalam keadaan kering dan basah yang selalu berganti-ganti. Universitas Sumatera Utara Pengawetan serta pemakaian obat-obatan pengawet untuk kayu hanya akan menunda atau memperlambat kerusakan dari pada kayu, akan tetapi tetap tidak akan dapat melindungi untuk seterusnya. Pada pemakaian tiang pancang kayu biasanya tidak diijinkan untuk menahan muatan lebih besar dari 25 sampai 30 ton untuk setiap tiang. Keuntungan pemakaian tiang pancang kayu adalah: • Tiang pancang dari kayu relatif lebih ringan sehingga mudah dalam pengangkutan. Kekuatan tarik besar sehingga pada waktu pengangkatan untuk pemancangan tidak menimbulkan kesulitan. • Mudah untuk pemotongannya apabila tiang kayu ini sudah tidak dapat masuk lagi ke dalam tanah. • Tiang pancang kayu ini lebih baik untuk friction pile dari pada untuk end bearing pile sebab tegangan tekanannya relatif kecil. • Karena tiang kayu ini relatif fleksibel terhadap arah horizontal di bandingkan dengan tiang-tiang pancang selain dari kayu, maka apabila tiang ini menerima beban horizontal yang tidak tetap, tiang pancang kayu ini akan melentur dan segera kembali ke posisi setelah beban horizontal tersebut hilang. Kerugian pemakaian tiang pancang kayu adalah: • Karena tiang pancang ini harus selalu terletak di bawah muka air tanah yang terendah agar dapat tahan lama, maka kalau air tanah yang terendah itu letaknya sangat dalam, hal ini akan menambah biaya untuk penggalian. Universitas Sumatera Utara • Tiang pancang yang di buat dari kayu mempunyai umur yang relatif kecil di bandingkan dengan tiang pancang yang di buat dari baja atau beton, terutama pada daerah yang muka air tanahnya sering naik dan turun. • Pada waktu pemancangan pada tanah yang berbatu gravel ujung tiang pancang kayu dapat dapat berbentuk berupa sapu atau dapat pula ujung tiang tersebut hancur. Apabila tiang kayu tersebut kurang lurus, maka pada waktu dipancangkan akan menyebabkan penyimpangan terhadap arah yang telah ditentukan. • Tiang pancang kayu tidak tahan terhadap benda-benda yang agresif dan jamur yang menyebabkan kebusukan. Bagan pancang adalah alat tangkap yang dipasang menetap di daerah penangkapan. Prinsip penangkapannya adalah menjebak gerombolan ikan dalam bagan dengan batuan cahaya lampu. Bagan pancang merupakan salah satu jaring angkat yang dioperasikan di perairan pantai pada malam hari. Bagan yang digunakan di lokasi penelitian ada dua jenis yaitu: a. Pada bagan pancang yang jauh dari wilayah pesisir merupakan bagan pancang yang terletak sekitar 2 - 2,5 mil dari garis pantai dengan keadaan dasar perairan yang berlumpur, tinggi bagan 30 meter dari dasar perairan dan luas 10x12 meter. Jumlah bamboo atau kayu yang digunakan adalah sebanyak 100 - 200 batang yang diikat dan dihubungkan antara satu dengan yang lain. Sedangkan untuk jaringnya digunakan jenis waring berwarna hitam dengan mezh size 0,5 cm. Dimana panjang jaring 10,25 meter, lebar jaring 10,25 meter dan tinggi jaring 3,5 meter. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.4 Bagan Pancang Yang Jauh Dari Wilayah Pesisir b. Pada bagan pancang yang dekat dari wilayah pesisir merupakan bagan yang terletak sekitar 0,5 - 1,25 mil dari garis pantai dengan keadaan dasar perairan yang berlumpur, tinggi bagan 10 meter dari dasar perairan dan luas bagan 8x8 meter. Jumlah bambu yang digunakan sebanyak 70 - 100 batang yang diikat dan dihubungkan antara satu dengan yang lain. Untuk jaringnya digunakan jenis waring berwarna hitam dengan mezh size 0,5 cm. Dimana panjang jaring 8,25 meter, lebar jaring 8,25 meter dan tinggi jaring 2,5 meter. Bambu atau kayu yang digunakan dapat bertahan dalam kurung waktu kurang lebih 1 tahun. Jika mencapai 1 tahun maka akan dilakukan renovasi atau pergantian bambu-bambu yang telah rapuh. Kemudian pada bagian atas bagan terdapat bangunan yang menyerupai bentuk atap rumah di bagian tengah yang berfungsi sebagai tempat berteduh dan melindungi lampu dari air hujan, dan sebagai tempat peristirahatan nelayan. Bagan pancang yang dekat dari wilayah pesisir dapat dilihat pada Gambar berikut: Universitas Sumatera Utara Gambar 4.5 Bagan Pancang Yang Dekat Dari Wilayah Pesisir Perahu yang digunakan pada bagan pancang yang jauh dari wilayah pesisir adalah perahu fiber dengan ukuran panjang 7,5 meter, lebar 0,9 meter, dan tinggi 0,44 meter. Mesin penggerak merek Honda dengan daya 6,5 PK yang menggunakan bahan bakar bensin. Gambar Perahu bagan jauh dari wilayah pesisir dapat dilihat dibawah ini. Gambar 4.6 Perahu Bagan Pancang Yang Jauh Dari Wilayah Pesisir Sedangkan pada bagan pancang yang dekat dari wilayah pesisir adalah perahu kayu jati dengan ukuran panjang 6 meter, lebar 0,7 meter, dan tinggi 0,65 meter. Mesin penggerak merek Yamaha dengan daya 5,5 PK dengan menggunakan bahan bakar bensin. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.7 Perahu Bagan Pancang Yang Dekat Dari Wilayah Pesisir Perahu ini digunakan sebagai alat transportasi menuju ke lokasi penangkapan dan mengangkut hasil tangkapan ke darat. Alat Bantu Penangkapan Alat bantu yang digunakan oleh nelayan bagan pancang yang jauh dari wilayah pesisir adalah lampu merkuri 500 watt dengan pemberat batu dibawahnya dan lampu 150 watt yang sudah dimodifikasi kedalam wadah lampu strongking. Gambar 4.8 Lampu Merkuri 500 watt dan 150 watt Sedangkan lampu yang digunakan pada bagan pancang yang dekat dari wilayah pesisir adalah lampu merkuri 500 watt dan neon 150 watt. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.9 Lampu Merkuri 500 Watt dan Neon 150 Watt Alat bantu yang lain yaitu serok dengan panjang 3,5 meter dan jaring waring yang menyerupai kantong berfungsi sebagai alat bantu dalam proses penangkapan dimana serok digunakan dalam mengambil hasil tangkapan tangkapan yang berada didalam jaring. Serok dapat lebih mempermudah nelayan dalam pengambilan hasil tangkapan didalam jaring. Gambar serok dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 4.10 Serok Alat bantu yang lain yaitu roller yang berfungsi menarik jaring, dimana keempat tali jaring dihubungkan ke roller tersebut sehingga pada saat roller diputar secara bersamaan keempat tali tersebut akan terangkat. Roller ini terbuat Universitas Sumatera Utara dari 2 buah balok kayu sebagai tiang dan sebatang bambu yang berukuran panjang 9 meter dan diameter 10 cm, pada bagian tengah bambu dipasang kayu yang berukuran 1 meter yang berfungsi untuk mempermudah dalam proses penarikan hauling. Gambar 4.11 Roller Alat bantu lainnya yaitu genset yang berfungsi sebagai sumber tenaga listrik untuk menyalakan lampu dengan menggunakan bahan bakar bensin. Gambar 4.12 Genset Pada Bagan Pancang Yang Jauh Dan Dekat Dari Wilayah Pesisir Universitas Sumatera Utara

4.4.3 Daerah Pengoperasian Jalur Bagan Pancang

Bagan pancang dioperasikan pada perairan dangkal dan dalam sekitar pantai. Konstruksi dasar perairannya harus berupa pasir atau lumpur karena sebagai penancap tiang pancang dari bagan tersebut. Kedalaman perairan itu sendiri berkisar antara 8 hingga 30 meter dari permukaan laut . Permasalahan perikanan tangkap baik berupa permasalahan sosial ataupun kerusakan lingkungan dan menurunnya stok sumberdaya ikan sebenarnya telah lama timbul sejak manusia menggunakan laut atau perairan umum sebagai sumber untuk mendapatkan bahan pangan. Namun saat itu bobot permasalahan yang timbul tidak seberat apa yang dihadapi pada saat sekarang ini, dimana konflik sosial yang timbul akibat kompetisi besar-besaran dalam memperebutkan ikan yang menjadi tujuan penangkapan, ataupun kerusakan lingkungan serta punahnya beberapa spesies ikan yang diakibatkannya telah menunjukkan indikator yang sangat memprihatinkan bagi kelangsungan hidup generasi mendatang. Hasil tangkapan bagan pancang setiap harinya tidak dapat disamaratakan. Sebagai gambaran bagan pancang yang beroperasi di perairan laut Sibolga, khususnya Kelurahan Sibolga Ilir menunjukkan bahwa total tangkapan per trip bervariasi dengan kisaran 5-30 kg, bahkan jika musim terang bulan tiba, maka hasil tangkapan bisa mencapai 50-100 kg per hari. Faktor lain yang menyebabkan perbedaan hasil tangkapan nelayan bagan pancang adalah musim yang terjadi pada daerah tersebut. Hasil tangkapan menurun apabila cuaca ekstrim terjadi dan adanya badai musim barat atau selatan. Ikan-ikan yang mencari makan, apabila tersedia makanan akan tinggal lama di daerah iluminasi cahaya untuk makan dan sebaliknya akan segera Universitas Sumatera Utara meninggalkan daerah tersebut jika tidak tersedia makanan. Ikan-ikan yang pototaksis positif akan memilih cahaya yang disenanginya dan berenang diatas atau di bawah jaring dan berdiam lama di sekitar iluminasi cahaya. Ikan pototaksis positif dan mencari makan akan melakukan keduanya jika berada di daerah iluminasi sambil melakukan aktivitas makan feeding activity.

4.4.4 Metode Penangkapan

Proses penangkapan pada bagan pancang sangat sederhana. Ketika malam mulai gelap, jaring mulai diturunkan. Seiring dengan penurunan jaring, lampu penarik perhatian ikan mulai dinyalakan. Selang waktu 2-3 jam, jaring ditarik dengan menggunakan roller. Waktu yang dibutuhkan untuk penarikan hanya 10 menit. Setelah itu ikan diangkat ke atas bagan. Selanjutnya jaring kembali diturunkan untuk menunggu operasi selanjutnya. Dalam semalam pengangkatan jaring dilakukan 4-5 kali. Pada saat nelayan tiba di bagan maka yang pertama dilakukan adalah menurunkan jaring dan memasang lampu yaitu pada bulan gelap. Setelah beberapa jam kemudian sekitar 4 jam atau dianggap sudah banyak ikan yang terkumpul di bawah bagan maka penarikan jaring mulai dilakukan. Penarikan dilakukan dengan memutar roller, sehingga jaring akan terangkat ke atas. Setelah jaring terangkat maka pengambilan hasil tangkapan dilakukan dengan menggunakan scoop net. Dalam satu malam operasi penangkapan bisa dilakukan empat sampai lima kali tergantung umur bulan. Pemberangkatan ke lokasi penangkapan dilakukan pada sore hari pukul 17.00 wib. Pada bagan pancang yang jauh dari wilayah pesisir, saat sampai di bagan lampu 500 watt dan 150 watt dinyalakan dengan menggunakan sumber Universitas Sumatera Utara tenaga mesin genset merk Power One PO2200 DX, GE 120, 2,5 PH. Kemudian lampu diturunkan dan lampu dipasang ditengah bagan pancang. Lampu dipasang ditengah bagan dengan cara digantung sekitar ½ meter diatas permukaan laut, dimana pada waktu pasang surut lampu disetel sesuai yang nelayan tentukan. Setelah beberapa jam kemudian atau sudah dianggap banyak ikan yang terkumpul di bawah bagan maka penarikan lampu 500 watt ditarik naik diatas bagan, setelah beberapa menit jaring mulai diangkat. Penarikan dilakukan dengan memutar roller, sehingga jaring akan terangkat keatas. Dimana roller akan berhenti saat tali rem pegangan roller dikaitkan. Setelah jaring terangkat, maka pengambilan hasil tangkapan dilakukan dengan menggunakan alat bantu serok. Jika operasi penangkapan ingin dilakukan, maka jaring diturunkan kembali. Sedangkan pada bagan pancang yang dekat dari wilayah pesisir, saat sampai di bagan kedua lampu 500 watt dan neon 150 watt dinyalakan dengan menggunakan sumber tenaga mesin genset merk Honda EP 3000 LX. Kemudian lampu diturunkan dan lampu dipasang ditengah bagan pancang. Lampu dipasang ditengah bagan dengan cara digantung sekitar ½ meter diatas permukaan laut, dimana pada waktu pasang surut lampu disetel sesuai yang nelayan tentukan. Setelah beberapa jam kemudian atau sudah dianggap banyak ikan yang terkumpul di bawah bagan maka penarikan lampu 500 watt ditarik naik diatas bagan, setelah beberapa menit jaring mulai diangkat. Penarikan dilakukan dengan memutar roller, sehingga jaring akan terangkat keatas. Dimana roller akan berhenti saat tali rem pegangan roller dikaitkan. Setelah jaring terangkat, maka pengambilan hasil tangkapan dilakukan dengan menggunakan alat bantu serok. Jika operasi penangkapan ingin dilakukan, maka jaring diturunkan kembali. Universitas Sumatera Utara Faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi banyak tidaknya hasil jumlah tangkapan seperti kedalaman, semakin dalam suatu perairan maka semakin banyak jumlah spesies yang dapat tertangkap. Faktor lainnya yaitu tingkah laku ikan yang senang dengan cahaya phototaksis dimana banyak terdapat ikan yang bersifat phototaksis seperti ikan teri. Banyaknya jumlah hasil tangkapan juga dipengaruhi oleh banyak tidaknya makanan di suatu perairan. Ikan-ikan yang mencari makan, apabila tersedia makanan akan tinggal lama di daerah iluminasi cahaya untuk makan dan sebaliknya akan segera meninggalkan daerah tersebut jika tidak tersedia makanan. Menurut Ayodhya 1989 ikan bersifat phototaksis. Cahaya merangsang ikan dan menarik ikan untuk berkumpul pada sumber cahaya itu atau juga karena rangsangan cahaya stimulus, ikan kemudian memberikan responnya. Dan ada juga ikan berkelompok yang sedang mencari makan di bawah cahaya. Dimana ketersediaan makanan merupakan salah satu faktor yang menentukan kelimpahan populasi serta kondisi ikan yang ada pada suatu perairan. Ikan-ikan pototaksis positif akan memilih cahaya yang disenanginya. Berenang di atas atau di bawah jaring dan berdiam lama disekitar iluminasi cahaya. Ikan yang pototaksis positif dan mencari makan akan melakukan keduanya berada didaerah iluminasi sambil melakukan aktifitas makan feeding activity. Universitas Sumatera Utara

4.5 Konsep Pengelolaan Bagan Pancang Nelayan Secara Berkelanjutan

Suatu kegiatan dikatakan keberlanjutan, apabila kegiatan pembangunan secara ekonomis, ekologis dan sosial bersifat berkelanjutan. Berkelanjutan secara ekonomi berarti bahwa suatu kegiatan pembangunan harus dapat membuahkan pertumbuhan ekonomi, pemeliharaan kapital capital maintenance, dan penggunaan sumberdaya serta investasi secara efisien. Berkelanjutan secara ekologis mengandung arti, bahwa kegiatan dimaksud harus dapat mempertahankan integritas ekosistem, memelihara daya dukung lingkungan, dan konservasi sumber daya alam termasuk keanekaragaman hayati biodiversity, sehingga diharapkan pemanfaatan sumberdaya dapat berkelanjutan. Sementara itu, berkelanjutan secara sosial mensyaratkan bahwa suatu kegiatan pembangunan hendaknya dapat menciptakan pemerataan hasil pembangunan, mobilitas sosial, kohesi sosial, partisipasi masyarakat, pemberdayaan masyarakat dekratisasi, identitas sosial, dan pengembangan kelembagaan Wiyana, 2004. Dalam pembangunan berkelanjutan terdapat tiga komponen utama yang sangat diperhitungkan yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan lihat Gambar 4.13. Setiap komponen tersebut saling berhubungan dalam satu sistem yang dipicu oleh suatu kekuatan dan tujuan. Sektor ekonomi untuk melihat pengembangan sumberdaya manusia, khususnya melalui peningkatan konsumsi barang-barang dan jasa pelayanan. Sektor lingkungan difokuskan pada perlindungan integritas sistem ekologi. Sektor sosial bertujuan untuk meningkatkan hubungan antar manusia, pencapaian aspirasi individu dan kelompok, dan penguatan nilai serta institusi Munasinghe, 2002. Munasinghe 2002 menyatakan konsep pembangunan berkelanjutan harus berdasarkan pada empat faktor, yaitu: 1 Universitas Sumatera Utara terpadunya konsep equity lingkungan dan ekonomi dalam pengambilan keputusan; 2 dipertimbangkan secara khusus aspek ekonomi; 3 dipertimbangkan secara khusus aspek lingkungan; dan 4 dipertimbangkan secara khusus aspek sosial budaya. Dahuri 2001 menyatakan ada tiga prasyarat yang dapat menjamin tercapainya pembangunan berkelanjutan yaitu: keharmonisan spasial, kapasitas asimilasi, dan pemanfaatan berkelanjutan. Gambar 4.13 mengindikasikan bagaimana menggabungkan kerangka sustainomics, dan dasar hubungan pengetahuan trans-disiplin, yang akan mendukung pendugaan komprehensif dan keseimbangan trade-off dan sinergi yang mungkin terjadi dalam pembangunan berkelanjutan antara dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan. Keseimbangan juga diperlukan dalam pembangunan secara tradisional. Pendekatan dalam pembangunan berkelanjutan terus berkembang seiring kemajuan zaman, sehingga perlu adanya perubahan-perubahan yang disesuaikan dengan tempat. Secara ideal pembangunan berkelanjutan tujuannya sangat tidak tersentuh. Oleh karena itu, berdasarkan konsep-konsep pembangunan berkelanjutan, pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan harus memperhatikan dimensi ekonomi, sosial, lingkungan, dan hukum. Hal ini berguna untuk menjamin keberlanjutan sumberdaya pesisir dan lautan yang efisien dan efektif Munasinghe, 2002. Munasinghe 2002 lebih lanjut menyatakan bahwa perkembangan dimensi ekonomi seringkali dievaluasi dari makna manfaat yang dihitung sebagai kemauan untuk membayar willingnes to pay terhadap barang dan jasa yang dikonsumsi. Konsep modern dari keberlanjutan ekonomi adalah mencari untuk memaksimalkan aliran pendapatan atau konsumsi yang dapat menghasilkan. Efisiensi ekonomi memainkan peranan dalam memastikan alokasi Universitas Sumatera Utara sumberdaya alam dalam aspek produksi, dan efisiensi pada aspek konsumsi untuk memaksimalkan pemanfaatan sumberdaya alam. Pembangunan berkelanjutan sustainable development didefinisikan sebagai pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan generasi yang akan datang untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa pembangunan berkelanjutan pada dasarnya merupakan suatu strategi pembangunan yang memberikan semacam ambang batas limit terhadap laju pemanfaatan ekosistem alamiah serta sumberdaya alam yang terdapat di dalamnya. Pada tingkat yang minimum, pembangunan berkelanjutan tidak boleh membahayakan ekosistem alam dan lingkungan yang mendukung semua kehidupan yang ada di muka bumi. Menurut Charles 2001 konsep pembangunan perikanan berkelanjutan mengandung empat aspek keberlanjutan yaitu: a. Keberlanjutan ekologi: memelihara keberlanjutan stok dan biomass perikanan sehingga tidak melewati daya dukungnya, serta meningkatkan kapasitas dan kualitas ekosistem yang menjadi perhatian utamanya. b. Keberlanjutan sosio-ekonomi: memperhatikan keberlanjutan kesejahteraan pelaku perikanan pada tingkat individu. Mempertahankan atau mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat yang lebih tinggi merupakan perhatian keberlanjutan. c. Keberlanjutan komunitas: keberlanjutan kesejahteraan dari sisi komunitas atau masyarakat haruslah menjadi perhatian pembangunan perikanan yang berkelanjutan. Universitas Sumatera Utara d. Keberlanjutan kelembagaan: menyangkut pemeliharaan aspek finansial dan administrasi yang sehat dalam sistem pengelolaan sebagai prasyarat dari ketiga pembangunan perikanan . Gambar 4.13 Bentuk pembangunan berkelanjutan yang didukung dengan kerangka trans-disiplin Munasinghe, 2002 Dalam kaitan dengan kebijakan pemerintah, agar segenap tujuan pembangunan berkelanjutan ini dapat tercapai, maka dalam konteks hubungan antara tujuan sosial dan ekonomi diperlukan kebijakan ekonomi dalam hal ini Universitas Sumatera Utara kebijakan perikanan tangkap yang meliputi intervensi pemerintah secara terarah, pemerataan pendapatan, penciptaan kesempatan kerja, dan pemberian subsidi bagi kegiatan pembangunan yang memerlukannya. Dalam konteks hubungan antara tujuan sosial dan ekologi, strategi yang perlu ditempuh adalah partisipasi masyarakat dan swasta. Jumlah penduduk Kelurahan Sibolga Ilir yang bekerja sebagai nelayan adalah sebanyak 828 kk. Tetapi berdasarkan identifikasi yang dilakukan peneliti terhadap informan yang menjadi informan biasa yang terdiri dari nelayan yang menggunakan bagan pancang dengan kriteria nelayan sebagai berikut: 1. Nelayan yang minimal telah 5 tahun menjadikan nelayan sebagai mata pencahariannya. 2. Menetap di lokasi penelitian minimal selama 5 tahun. 3. Memahami seluk beluk masalah pesisir dan laut serta kaitannya dengan kehidupannya sebagai nelayan. Maka jumlah nelayan yang memenuhi kriteria di atas hanya terdapat 110 kk nelayan bagan pancang. Oleh karena itu yang menjadi informan biasa dalam penelitian ini sebanyak 110 nelayan.

4.5.1 Konsep Keberlanjutan Secara Ekonomi a. Volume dan nilai produksi

Produksi perikanan Kota Sibolga tahun 2010 sejumlah 52.694,34 ton, sedangkan pada tahun 2011 mencapai 53.902,38 ton. Terjadi peningkatan jumlah produksi sebesar 1.208,04 ton 2,29 dan hasil tangkapan tersebut didominasi ikan pelagis kecil seperti: Teri, Layang, Selar, Tongkol dan lain-lain. Kenaikan produksi pada tahun 2011 Universitas Sumatera Utara didukung oleh adanya penambahan armada penangkapan ikan dan bertambahnya bagan pancang serta adanya rekondisi alat tangkap nelayan dengan adanya bantuan-bantuan alat tangkap yang disalurkan oleh Pemerintah Kota Sibolga. Data tentang perkembangan produksi sebagaimana diutarakan, dapat dilihat pada tabel 4.7 di bawah ini: Tabel 4.7 Jumlah Produksi Perikanan Kota Sibolga 2007-2011 No. Tahun Jumlah Ton Persentase 1. 2007 31.620,00 5,43 2. 2008 40.956,10 22,80 3. 2009 52.217,51 27,50 4. 2010 52.694,34 0,91 5. 2011 53.902,38 2,29 Sumber: Dinas Kelautan, Perikanan dan Peternakan Kota Sibolga, 2012 Jumlah produksi ikan dari tahun 2010 ke tahun 2011 meningkat sebesar 1.208,04 ton 2,29. Hal ini hendaknya dapat dipertahankan, bahkan ditingkatkan produksinya menjadi 55.000 ton hingga akhir tahun 2013 mendatang. Jumlah produksi ikan 5 lima tahun kedepan serta jumlah ikan yang dikonsumsi masyarakat pertahun dari tahun 2011 sd 2015 dapat dilihat pada Tabel 4.8: Universitas Sumatera Utara Tabel 4.8 Data Produksi Perikanan dan Jumlah Konsumsi Ikan 2011-2015 No. Jenis Kegiatan 2011 2012 2013 2014 2015 1. Produksi Perikanan: Jumlah Produksi Ikan ton Target Daerah ton ×100 97,41 98,29 99,07 99,74 99,91 2. Konsumsi Ikan Jumlah Konsumsi Ikan kg Target Daerah kg ×100 81,18 81,90 82,56 83,12 83,26 Sumber: Dinas Kelautan, Perikanan dan Peternakan Kota Sibolga, 2012 Sedangkan untuk Kelurahan Sibolga Ilir jumlah produksi perikanan adalah sebagai berikut: Tabel 4.9 Jumlah Produksi Perikanan Kelurahan Sibolga Ilir 2007-2011 No. Tahun Jumlah Ton Persentase 1. 2007 1.860 5,42 2. 2008 2.409,18 22,9 3. 2009 3.071,61 27,5 4. 2010 3.099,66 0,91 5. 2011 3.170,72 2,24 Sumber: Kelurahan Sibolga Ilir, 2012 Sama halnya dengan produksi perikanan di Kota Sibolga, jumlah produksi perikanan di Kelurahan Sibolga Ilir juga mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini disebabkan oleh peningkatan jumlah nelayan termasuk juga bagan pancang. Selain itu nelayan mampu meningkatkan potensi penangkapan ikan dalam meningkatkan Universitas Sumatera Utara produksinya melalui adanya seminar atau musyawarah yang diadakan oleh kelurahan ataupun lembaga lainnya.

a. Volume dan nilai ekspor

Menurut informasi yang diperoleh dari para pemimpin lembaga pemerintahan, stakeholder dan pengusaha ikan setempat, bahwa sebagian hasil perikanan yang didaratkan di Kota Sibolga diekspor melalui Dumai dan Tanjung Balai Asahan dengan tujuan Singapura dan Malaysia. Data tentang besarnya volume ekspor ikan dari Kota Sibolga ke Singapura dan Malaysia sulit diperoleh, karena pintu pelabuhan ekspornya bukan di Kota Sibolga dan para pengusaha eksportir daerah ini cenderung tertutup. Untuk kedepannya diharapkan eksportir ikan tersebut lebih terbuka memberikan data ikan yang diekspor dengan cara lebih melakukan pendekatan kepada para pengusaha tersebut dan memberikan kemudahan dalam proses pengurusan IUP dan SPI.

b. Kontribusi sektor perikanan terhadap PDRB