3. Memampatkan endapan-endapan tak berkohesi yang bebas lepas melalui
kombinasi perpindahan isi tiang pancang dan getaran dorongan. Tiang pancang ini kemudian dapat ditarik keluar.
4. Mengontrol lendutan atau penurunan bila kaki-kaki yang tersebar atau
telapak berada pada tanah tepi atau didasari oleh sebuah lapisan yang kemampatannya tinggi.
5. Membuat tanah dibawah pondasi menjadi kaku untuk mengontrol
amplitudo getaran dan frekuensi alamiah dari sistem tersebut. 6.
Sebagai faktor keamanan tambahan dibawah tumpuan jembatan dan atau pir, khususnya jika erosi merupakan persoalan yang potensial.
7. Dalam konstruksi lepas pantai untuk meneruskan beban-beban diatas
permukaan air melalui air dan kedalam tanah yang mendasari air tersebut. Hal seperti ini adalah mengenai tiang pancang yang ditanamkan sebagian
dan yang terpengaruh oleh baik beban vertikal dan tekuk maupun beban lateral.
2.7 Paradigma dan Pendekatan Pembangunan Daerah
2.7.1 Pergeseran Paradigma
Pergeseran paradigma pembangunan dari paradigma pemerataan dan penanggulangan kemiskinan menuju paradigma pembangunan partisipasi pelaku
ekonomi masyarakat, menuntut kerangka perencanaan pembangunan spasial. Dalam pembangunan masa depan dimana pemerintah dan bangsa Indonesia
menghadapi tantangan ekonomi, sosial dan politik yang berat dan
Universitas Sumatera Utara
berkepanjangan, maka partisipasi masyarakat sangat diperlukan sebagai kekuatan dinamisasi dan perekat masyarakat Adisasmita, 2006.
2.7.2 Pendekatan Pembangunan Daerah a. Partisipasi Masyarakat
Partisipasi anggota masyarakat adalah keterlibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan
implementasi program atau proyek pembangunan yang dikerjakan di dalam masyarakat lokal. Partisipasi atau peran serta masyarakat dalam pembangunan
merupakan aktualisasi dari kesediaan dan kemampuan anggota masyarakat untuk berkorban dan berkontribusi dalam implementasi program atau proyek yang
dilaksanakan. Peningkatan partisipasi masyarakat merupakan salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat secara aktif yang berorientasi pada pencapaian hasil
pembangunan yang dilakukan dalam masyarakat. Dengan partisipasi masyarakat, perencanaan pembangunan diupayakan
menjadi lebih terarah, artinya rencana atau program pembangunan yang disusun itu adalah sesuai dengan yang dibutuhkan oleh masyarakat, berarti dalam
penyusunan rencana atau program pembangunan dilakukan penentuan prioritas urutan berdasarkan besar kecilnya tingkat kepentingannya, dengan demikian
pelaksanaan program pembangunan akan terlaksana pula secara efektif dan efisien Adisasmita, 2006.
b. Perencanaan Partisipatif Perencanaan partisipatif merupakan paradigma yang relevan. Masyarakat
sebagai sumber daya pelaku pembangunan di suatu daerah harus diberdayakan dalam penyusunan rencana program pembangunan, karena mereka adalah yang
Universitas Sumatera Utara
paling mengetahui berbagai persoalan yang dihadapi, potensi yang dimiliki, dan kebutuhan menurut kelompok-kelompok dalam masyarakat. Untuk menjaring dan
menyaring program-program pembangunan yang dibutuhkan masyarakat ditempuh melalui FDG Focus Group Discussion atau Diskusi Kelompok
Terfokus. Bukan suara terbanyak yang menjadi kriteria, dan tidak menjamin prioritas peringkat pertama dari suatu program.
Tahapan perencanaan partisipatif dapat digambarkan sebagai berikut: 1.
Analisis masalah dan penentuan prioritas masalah 2.
Analisis potensi dan kendala yang dihadapi 3.
Analisis kepentingan kebutuhan kelompok dalam masyarakat 4.
Perumusan rencana program pembangunan swadaya 5.
Lokakarya membicarakan implementasi program Adisasmita, 2006. Jika pada masa yang lalu anggota masyarakat bersifat pasif, maka dalam
pembangunan masa depan sifat tersebut perlu dimotivasi dan didinamisasi secara lebih kreatif dan mampu untuk memanfaatkan peluang, dengan demikian
masyarakat berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan. Keberhasilan pembangunan dalam masyarakat tidak selalu ditentukan oleh tersedianya
sumberdana keuangan dan manajemen keuangan, tetapi lebih banyak dipengaruhi oleh peran serta dan respons masyarakat terhadap pembangunan atau dapat
disebut dengan partisipasi masyarakat. Untuk mencapai keberhasilan partisipasi masyarakat dalam pembangunan diperlukan kepemimpinan lokal yang cakap,
berwibawa dan diterima oleh masyarakat dan mampu mensinergikan tradisi sosial budaya dengan proses manajemen modern.
Universitas Sumatera Utara
2.8 Model Pembangunan Pedesaan Nelayan di Wilayah Pesisir