Hasil tangkap per satuan upaya Tabel 4.16 Hasil Tangkap per Satuan Upaya Kelimpahan relatif spesies target

Sedangkan untuk hasil tangkapan udang dan kepiting, nelayan bagan pancang tidak setiap hari mampu menghasilkannya. Hal tersebut dikarenakan pada wilayah yang menjadi lokasi penangkapan, ketersediaan makanan untuk udang dan kepiting sedikit atau tidak adanya populasi udang dan kepiting pada wilayah tersebut.

b. Hasil tangkap per satuan upaya Tabel 4.16 Hasil Tangkap per Satuan Upaya

No. Hasil Tangkap Kghari Jumlah Nelayan KK Persentase 1. 0-10 17 15,45 2. 11-20 12 10,90 3. 21-30 10 9,09 4. 31-40 9 8,18 5. 41-50 20 18,18 6. 51-60 14 12,72 7. 61-70 9 8,18 8. 71-80 11 10,00 9. 81-90 6 5,45 10. 91-100 2 1,85 110 100 Sumber: Kuesioner, 2012 Berdasarkan data pada tabel di atas maka dapat dijelaskan bahwa jumlah hasil tangkapan paling sedikit yang mampu dihasilkan nelayan adalah 10 kg per harinya. Sedangkan untuk hasil tangkapan nelayan bagan pancang dalam jumlah yang besar mampu mencapai 91-100 kg per hari. Hal ini menunjukkan bagaimana nelayan bagan pancang tersebut secara efektif mampu menggunakan bagan pancang setiap hari sehingga menghasilkan hasil tangkapan ikan. Universitas Sumatera Utara Perbedaan jumlah hasil tangkapan setiap harinya oleh nelayan bagan pancang dikarenakan beberapa faktor, yaitu: adanya musim bulan gelap serta kondisi perairan laut. Data di lapangan menyebutkan bahwa jumlah hasil tangkapan ikan yang dihasilkan nelayan bagan pancang adalah dari bermacam-macam jenis ikan. Semua jenis tangkapan ikan tersebut sangat bermanfaat bagi nelayan, diantaranya sebagai sumber ekonomi dalam bentuk penjualan, bahan makanan setiap harinya, bahkan sebagai umpan ikan untuk nelayan yang memancing ikan di luar penggunaan bagan pancang.

c. Kelimpahan relatif spesies target

Dalam setiap spesies terdapat anggota kelompok populasi dengan ciri-ciri yang berbeda satu sama lain. Bahkan antara dua individu, meskipun antara dua individu dalam spesies yang sama, keduanya berbeda karena variasi faktor. Termasuk faktor-faktor ini antara lain genetik, umur, jenis kelamin, makanan, stadium daur hidup, bentuk tubuh, habitat dan lain-lain. Secara genetik saja tidak ada dua individu dalam satu spesies yang persis sama, apalagi faktor-faktor lingkungan juga ikut berpengaruh dalam munculnya ciri-ciri sebagai fenotip. Perbedaan ciri yang tampak pada anggota tiap spesies ini menyebabkan adanya keanekaragaman dalam spesies. Keanekaragaman spesies mengacu kepada spesies yang berbeda- beda. Aspek-aspek keragaman spesies dapat diukur melalui beberapa cara. Sebagian besar cara tersebut dapat dimasukkan ke dalam tiga Universitas Sumatera Utara kelompok pengukuran, yaitu: kekayaan spesies, kelimpahan spesies dan keragaman taksonomi atau filogenetik. Pengukuran kekayaan spesies adalah menghitung jumlah spesies pada suatu area tertentu. Pengukuran kelimpahan spesies mengambil contoh jumlah relatif dari spesies yang ada. Contoh yang biasanya diperoleh sebagian besar terdiri dari spesies yang umum, beberapa spesies yang tidak terlalu sering dijumpai dan sedikit spesies yang jarang sekali ditemui. Di Kelurahan Sibolga Ilir kelimpahan relatif spesies target terhadap penggunaan bagan pancang setiap tahunnya semakin meningkat. Hal ini dikarenakan tidak adanya penurunan jumlah hasil tangkapan secara drastis, hanya dikarenakan faktor lingkungan dan musim. Oleh sebab itu, untuk menjaga spesies target agar tetap berlimpah maka perlu dilakukan adalah: 1. Selektifitas terhadap pendirian bagan pancang. 2. Mengatur musim penangkapan ikan. 3. Pelarangan terhadap alat tangkap tertentu yang dapat merusak lingkungan.

d. Dampak tidak langsung alat tangkap terhadap struktur tropik