120
nilai F
hitung
= 1,58 lihat lampiran 16 dan F
tabel
= 2,10 pada taraf signifikansi 05
, =
α dengan derajat kebebasan pembilang 29 dan derajat kebebasan
penyebut 29. Untuk lebih jelasnya hasil dari uji homogenitas dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 7 Hasil Uji Homogenitas
F
05 ,
= α
Kelompok Jumlah
Sampel Varians
s
2
Hitung Tabel Kesimpulan
Eksperimen 30
331,57 Kontrol
30 210,51
1,58 2,10
Terima H
Karena F
hitung
kurang dari F
tabel
1,58 2,10 maka H diterima, artinya
kedua kelompok sampel berasal dari populasi yang sama homogen.
C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
Berdasarkan hasil uji persyaratan analisis untuk kenormalan distribusi dan kehomogenan varians populasi ternyata keduanya terpenuhi, selanjutnya
dilakukan pengujian hipotesis atau H yang menyatakan rata-rata kemampuan
koneksi matematika siswa yansg diajarkan dengan strategi pembelajaran PQ4R sama dengan rata-rata kemampuan koneksi matematika siswa yang
diajarkan dengan menggunakan strategi pembelajaran ekspositori. Analisis yang digunakan adalah statistik uji-t.
Setelah melakukan perhitungan dengan menggunakan uji-t maka diperoleh t
hitung
= 8,38 lihat lampiran 17. Dengan menggunakan tabel distribusi t pada taraf signifikan 5, derajat kebebasan dk = 58 diperoleh
t
tabel
= 2,00 yang dapat dilihat pada tabel berikut:
121
Tabel 8 Hasil Uji-t
dk t
hitung
05 ,
= α
t
tabel
05 ,
= α
Kesimpulan
58 8,38
2,00 Tolah H
Dari tabel diatas terlihat bahwa t
hitung
lebih dari atau sama t
tabel
8,38 ≥ 2,00 maka H
ditolak, artinya kemampuan koneksi matematika kelompok siswa yang menggunakan strategi pembelajaran PQ4R lebih tinggi daripada
kelompok siswa yang menggunakan strategi ekspositori. Perbedaan rata-rata kemampuan koneksi matematika antara kedua
kelompok tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan strategi PQ4R lebih baik daripada pembelajaran dengan menggunakan strategi
ekspositori. Hal tersebut didukung oleh hasil pengamatan selama berlangsungnya pembelajaran. Dalam enam tahap pembelajaran pada strategi
PQ4R, siswa diberikan kesempatan untuk lebih meningkatkan kemampuan koneksi matematika mereka.
Jika kita perhatikan hasil kemampuan koneksi matematika kedua kelompok lihat lampiran 11 dan 13 dan kita bandingkan dengan KKM yang
bernilai 60, maka dikelompok eksperimen yang menggunakan strategi pembelajaran PQ4R hanya terdapat 9 siswa 30 yang memiliki kemampuan
koneksi matematika rendah sedangkan 21 siswa 70 memiliki kemampuan koneksi matematika tinggi. Untuk siswa kelompok kontrol yang menggunakan
strategi pembelajaran ekspositori, seluruh siswa memiliki kemampuan koneksi matematika yang rendah atau dibawah KKM. Jika kita lihat dari segi
persentase, maka siswa yang memiliki kemampuan koneksi matematika tinggi atau diatas KKM dikelompok eksperimen jumlahnya lebih banyak daripada
dikelompok kontrol. Hal ini juga terlihat dari perolehan nilai rata-rata kedua kelompok, yaitu 71,53 untuk kelompok eksperimen dan 35,90 untuk
122
kelompok kontrol. Artinya nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol.
Dari uraian di atas, jelas terlihat bahwa strategi PQ4R yang diterapkan pada proses pembelajaran mampu meningkatkan kemampuan koneksi
matematika siswa. Selain dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika yang meliputi: penurunan miskonsepsi, peningkatan hasil belajar,
peningkatan motivasi dan prestasi belajar matematika seperti hasil penelitian yang telah dilakukan oleh: Gst Ayu Mahayukti, I Gusti Ngurah Pujawan, serta
Ahmad Yani dan Zubaidah, ternyata strategi PQ4R juga dapat dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa.
D. Keterbatasan Penelitian