Kebijakan Pengelolaan Kualitas Air

dibangun di kota Binjai dengan pertimbangan dampak lingkungan sosial dan ekonomi. 48

4. Kebijakan Pengelolaan Kualitas Air

Air kita perlukan untuk proses hidup dalam tubuh kita, tumbuhan dan hewan. Sebagian besar tubuh kita, tumbuhan dan hewan terdiri atas air. Air juga kita perlukan untuk berbagai macam keperluan rumah tangga, pengairan pertanian, industri, rekreasi dan lain-lainnya. Karena itu air kita perlukan dalam kuantitas dan kualitas yang memadai dan pada waktu yang tepat. Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan, terutama penyakit. Melalui penyediaan air bersih baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya di suatu daerah, maka penyebaran penyalat menular dapat ditekan seminimal mungkin. Disadari bahwa air merupakan salah satu mata rantai penularan penyakitt. Agar seseorang menjadi tetap sehat dipengaruhi oleh adanya kontak manusia tersebut dengan makanan dan minuman. Air merupakan salah satu diantara pembawa penyakit yang berasal dari tinja untuk sampai kepada manusia. Supaya air yang masuk ketubuh manusia baik berupa minuman ataupun makanan tidak menyehatkanmerupakan pembawa bibit penyakit, maka pengolahan air baik berasal dari sumber, jaringan 48 Hasil Wawancara dengan Bapak Drs. Forkas Lubis, Kepala Bapedaldako Binjai, Tanggal 21 Mei 2007. Elyuzar Siregar: Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Di Kota Binjai, 2007. USU e-Repository © 2008 transmisi atau distribusi adalah mutlak diperlukan untuk mencegah terjadinya kontak antara kotoran sebagai sumber penyakit dengan air yang sangat diperlukan. Kebanyakan maupun kekurangan air akan menyebabkan masalah. Apalagi kalau kebanyakan air itu sampai menyebabkan banjir. Kualitas air juga sangat penting. Apabila kualitas air tidak memadai untuk suatu peruntukan tertentu, misalnya minum, haruslah air itu diolah dulu sehingga memakan biaya yang tinggi. Kualitas air menurun disebabkan pencemaran,dimana pencemaran yang terbesar adalah disebabkan karena limbah rumah tangga. 49 Pencemaran air dapat terjadi pada berbagai sumber air seperti mata air, air tanah dalam, danau, waduk, sungai dan saluran buatan. Demikian pula perairan pantai dan laut yang merupakan penampung air dari semua sumber pembuangan air limbah dapat pula tercemar. Air merupakan bagian dari sumber daya alam, juga sebagai bagian dari ekosistem secara keseluruhan. Mengingat keberadaannya di suatu tempat dan di suatu waktu tidak tetap artinya bisa berlebih atau kurang maka air harus dikelola dengan bijak dengan pendekatan terpadu dan menyeluruh. Terpadu mencerminkan keterikatan dengan berbagai aspek, berbagai pihak stakehoiders dan berbagai disiplin ilmu. Menyeluruh mencerminkan cakupan yang sangat luas broad coverage, melintas batas antar sumber daya, antar lokasi, hulu dan hilir, antar pihak-pihak. Dengan kata lain pendekatan pengelolaan sumber daya air harus secara holistik dan 49 Chafid Fandeli, Op Cit, hal. 9. Elyuzar Siregar: Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Di Kota Binjai, 2007. USU e-Repository © 2008 berwawasan lingkungan. Semua aspek dan ilmu antara lain : sosial, budaya, politik, teknik, lingkungan, hukum, bahkan politik terlibat dan saling bergantung. Semua pihak harus terlibat dan diperhitungkan baik langsung maupun tidak langsung. Peningkatan kualitas air minum dengan jalan mengadakan pengelolaan terhadap air yang akan diperlukan sebagai air minum dengan mutlak diperlukan terutama apabila air tersebut berasal dari air permukaan. Pengolahan yang dimaksud bisa dinilai dari yang sangat sederhana sampai yang pada pengolahan yang mahirlengkap, sesuai dengan tingkat kotoran dari sumber asal air tersebut. Semakin kotor semakin berat pengolahan yang dibutuhkan, dan semakin banyak ragam zat pencemar akan semakin banyak pula teknik-teknik yang diperlukan untuk mengolah air tersebut, agar bisa dimanfaatkan sebagai air minum. Oleh karena itu dalam praktek sehari - hari pengolahan air adalah menjadi pertimbangan yang utama untuk menentukan apakah sumber tersebut bisa dipakai sebagai sumber persediaan atau tidak. Peningkatan kuantitas air adalah merupakan syarat kedua setelah kualitas, karena semakin maju tingkat hidup seseorang, maka akan semakin tinggi pula tingkat kebutuhan air dari masyarakat tersebut. Wilayah kota Binjai dilalui oleh 3 tiga buah sungai yaitu Sungai Bangkatan Sungai Mencirim, dan Sungai Bingei, ketiga sungai ini sangat dibutuhkan untuk kegiatan sehari-hari masyarakat kota Binjai dan digunakan sebagai salah satu sumber air minum bagi Perusahaan Daerah Air Minum PSAM Tirta Sari Kota Binjai. Oleh karena itu untuk mencegah dan mengantisipasi Elyuzar Siregar: Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Di Kota Binjai, 2007. USU e-Repository © 2008 terjadinya pencemaran yang menyebabkan kondisi air menjadi tidak sehat atau tercemar, maka Pemerintah Kota Binjai dalam hal ini diwakilkan oleh Bapedalda Kota Binjai melakukan kegiatan bimbingan dan sosialisasi yang terpadu terhadap masyarakat yang berdomisili secara langsung pada daerah aliran sungai tersebut. 50 Hal ini dilakukan dengan maksud untuk menggugah kesadaran masyarakat akan pentingnya memelihara, merawat dan melestarikan sungai sebagai sumber kehidupan. Kemudian Pemerintah Kota Binjai juga telah berupaya mengawasi sekaligus berupa menjaga kualitas air dalam program kali bersih Prokasih. Pencegahan sedini mungkin lebih mengoptimalkan guna menghindari pencemaran dimasa mendatang. Sebagai hasil dari itu semua hingga kini semua sungai di Kota Binjai belum mengalami pencemaran yang cukup mengkhawatirkan atau dalam artian melampaui ambang batas. Dengan adanya Prokasih kualitas air sungai berhasil dipulihkan dengan mengurangi beban pencemaran karena pengusaha industri serta mau tidak mau wajib memenuhi baku mutu limbah cair. Pemerintah Kota Binjai telah pula melahirkan Peraturan Daerah Perda Kota Binjai Nomor 26 Tahun 2001 tentang Pemeriksaan Limbah Cair Industri, tentunya dalam hal ini merupakan terobosan tersendiri dalam upaya menciptakan 50 Hasil Wawancara dengan Bapak Drs. Forkas Lubis, Kepala Bapedaldako Binjai, Tanggal 21 Mei 2007. Elyuzar Siregar: Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Di Kota Binjai, 2007. USU e-Repository © 2008 lingkungan yang bersih, lestari dan asri di Kota Binjai. Yang terpenting dalam menjaga serta melestarikan dari kualitas air tersebut adalah secara kontiniu memberikan kesadaran bagi masyarakat berupa penyuluhan dan bimbingan bagi masyarakat secara keseluruhan serta secara khusus bagi masyarakat yang berada pada daerah aliran sungai, dengan memanfaatkan aliran sungai sebagai tempat pembuangan limbah bagi industri, sampah rumah tangga, ternak bangkai, clan penebangan liar didaerah aliran sungai DAS. Program kali bersih Prokasih di Kota Binjai juga dibarengi dengan program pemberdayaan daerah hijau pada daerah aliran sungai, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi degradasi pengikisan tebing-tebing sungai yang berada disekitarnya serta terpeliharanya baku mutu air yaitu batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemaran untuk dibuang dari sumber pencemaran ke dalam air pada sumber air, sehingga tidak mengakibatkan dilampauinya baku mutu air.

5. Kebijakan Pengelolaan Kawasan Hutan