Kebijakan Pengelolaan Kawasan Hutan

lingkungan yang bersih, lestari dan asri di Kota Binjai. Yang terpenting dalam menjaga serta melestarikan dari kualitas air tersebut adalah secara kontiniu memberikan kesadaran bagi masyarakat berupa penyuluhan dan bimbingan bagi masyarakat secara keseluruhan serta secara khusus bagi masyarakat yang berada pada daerah aliran sungai, dengan memanfaatkan aliran sungai sebagai tempat pembuangan limbah bagi industri, sampah rumah tangga, ternak bangkai, clan penebangan liar didaerah aliran sungai DAS. Program kali bersih Prokasih di Kota Binjai juga dibarengi dengan program pemberdayaan daerah hijau pada daerah aliran sungai, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi degradasi pengikisan tebing-tebing sungai yang berada disekitarnya serta terpeliharanya baku mutu air yaitu batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemaran untuk dibuang dari sumber pencemaran ke dalam air pada sumber air, sehingga tidak mengakibatkan dilampauinya baku mutu air.

5. Kebijakan Pengelolaan Kawasan Hutan

Hutan merupakan paru-paru dunia karena banyak ditumbuhi oleh berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang menghasilkan oksigen sebagai pernafasan makhluk hidup. Hutan selain sebagai paru-paru dunia, hutan juga berfungsi antara lain : a. Sebagai tempat hidup hewan, dan tumbuhan yang telah diuji keberadaannya; b. Penyaring udara dari pencemaran karbon dioksida atau C02; Elyuzar Siregar: Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Di Kota Binjai, 2007. USU e-Repository © 2008 c. Hutan merupakan sumber gen atau plasma nutfah; d. Pengatur suhu lingkungan; e. Pelindung terhadap angina; f. Penyangga penyakit dan hama tanaman; g. Pengatur tata air lingkungan; h. Sebagai sumber perekonomian. Permasalahan yang sering muncul di kota-kota adalah kurangnya tingkat kenyamanan penduduk kota. Kondisi ini lebih disebabkan oleh karena tidak sehatnya lingkungan akibat polusi udara, air dan tanah serta suhu udara yang relatif tinggi. Kota merupakan suatu ekosistem yang unik ditandai oleh tingginya tingkat hunian dan aktivitas manusia baik dalam bentuk transportasi, industri dan palayanan jasa, sehingga ciri-ciri ekosistem alami menjadi sangat menipis. Tingginya suhu udara di kota disebabkan oleh beberapa hal seperti : koefesien pantulan yang tinggi, sifat fisik dari bahan pembentuk permukaan, perbedaan medan angin, tegasnya bawah aras dari golak paksa sempurna terangkat jauh ke atas sehingga pemindahan bahan energi gelombang panjang bumi melalui golak hanya terbatas pada pemindahan oleh golak bebas yang terjadi di dekat permukaan. Hal ini membuat iklim kota cenderung menjadi tidak sehat dan tidak nyaman bagi penduduk kota. Aktivitas manusia akan terganggu oleh kondisi lingkungan yang tidak sehat. Kondisi ini diharapkan dapat diperkecil atau bahkan Elyuzar Siregar: Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Di Kota Binjai, 2007. USU e-Repository © 2008 dihilangkan jika hutan kota dapat berperan dalam pengendalian iklim kota. Aktivitas manusia cenderung terpusat di perkotaan, sehingga sejumlah besar manusia yang tinggal di daerah yang sempit berperan penting dalam merubah iklim kota. Hutan kota adalah segala bentuk komunitas vegetasi berkayu pohon yang memililfl fungsi ekologi dan atau sosial ekonomi bagi masyarakat perkotaan. Termasuk dalam defenisi ini adalah pepohonan jalan road side trees, disepanjang sungai, danau atau jalur hijau. Hutan kota dapat memberikan manfaat lingkungan dalam kegunaan proteksi, estetika, rekreasi dan kegunaan lainnya. Hutan kota memiliki fungsi ekologis yang tidak ternilai secara ekonomi. Hutan kota diwajibkan untuk semua dalam penilaian adipura dimana kota Binjai telah mempunyai Hutan kota seluas 15.000 m 2 yang terletak di Binjai Barat yang ditanami oleh beberapa jenis pohon-pohon langka yang pada statu saat lokasi hutan kota ini dapat menjadi tempat pembelajaran dan penelitian bagi siswa dan mahasiswa yang membutuhkannya. 51 Untuk mencegah terjadinya kerusakan hutan, khususunya hutan kota di wilayah kota Binjai maka Pemerintah Kota Binjai melakukan Upaya rehabilitasi Hutan dan Lahan RHL melalui Gerakan Nasional Gerakan Hutan dan Lahan Gerhan dimaksudkan sebagai antisipasi terhadap dampak kerusakan hutan serta kritisnya fungsi lahan yang telah melalui tahap mengkhawatirkan. Gerakan Hutan dan Lahan Gerhan penyelenggaraannya dilaksanakan secara 51 Hasil Wawancara dengan Bapak Drs. Forkas Lubis, Kepala Bapedaldako Binjai, Tanggal 21 Mei 2007. Elyuzar Siregar: Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Di Kota Binjai, 2007. USU e-Repository © 2008 smergi, terkoordinasi dan terintegrasi, merupakan upaya yang sangat strategis bagi kepentingan nasional, sehingga kegiatan tersebut diarahkan sebagai gerakan berskala nasional yang terencana dan terpadu, melibatkan berbagai pihak terkait, baik pemerintah, swasta dan masyarakat luas melalui suatu perencanaan, pelaksanaan serta pemantauan dan evaluasi yang efektif dan efesien. Di samping itu pelaksanaan Gerhan diharapkan sebanyak mungkin melibatkan masyarakat dan mendorong masyarakat untuk dapat berpartisipasi secara nyata. Sehingga perlu pengembangan dan penguatan kelembagaan masyarakat melalui upaya pengembangan kelembagaan aparatur pelaksana, penyuluhan dan pendampingan kepada kelompok tani serta pengembangan kemitraan. Dalam pelakanaannya Pemerintah Kota Binjai telah melakukan penanaman bibit pohon sebanyak 48.000 bibit pohon. Adapun jenis bibit tersebut antara lain : Pohon Rambutan, Mangga, Mahoni, Meranti, Melinjo, Asam Glugur, Jati, Jengkol, Pete, Mindi dan sebagainya.

6. Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Dalam Rangka Penataan Lingkungan Adipura