Bentuk-bentuk sastra itu hanya sedikit hubungannya dengan kaum bangsawan berpangkat tinggi atau dengan keluarga samurai berpangkat tinggi,
tetapi mewakili pandangan rakyat biasa dan karenanya tersebar kemana-mana. Dalam bidang kesenian, aliran Kanô menjadi sumber pelukis-pelukis resmi bagi
lembaga shogun, dan oleh karena itu hanya mengerjakan penerusan corak dan gaya tertentu secara turun-temurun, tetapi gaya baru yang menarik muncul di
antara pelukis-pelukis ‘tidak resmi’ di masa itu. Salah satu contoh adalah lukisan dekoratif oleh Hon’ami Koetsu, Tawaraya Sotatsu, dan Ogata Korin. Seni
mencetak gambar dengan cukilan kayu yang disebut ukiyo-e mengalami kemajuan dalam segi teknis yang menuju kepada zaman emas nishiki-e gambar cetak
polychrome. Baik dalam tema maupun pada pribadi senimannya, nishiki-e merupakan hasil karya murni yang berasal dari kelas pedagang, yang
kebudayaannya menemukan perwujudan paling lengkap dan bebas dalam bentuk ini.
2.2.5 Pendeta dan Ajaran Agama Zaman Edo
Dalam bahasa maupun agama, Jepang telah membuka diri dan mau mengambil dari luar, kemudian diintegrasikan dengan miliknya sendiri dan
membentuk sesuatu yang baru sebagai hasil sintesa itu. Pengaruh kebudayaan Cina terhadap Jepang, selain dalam perkembangan bahasa dan agama, juga
terdapat dalam sikap hidup. Di antara ajaran-ajaran yang dibawa pulang ke Jepang, yang terpenting adalah ajaran Konfusius atau Kongfutse. Meskipun ajaran
Konfusius masuk ke Jepang lama sebelumnya, namun perkembangan
Universitas Sumatera Utara
pengaruhnya terbesar di Jepang adalah selama masa isolasi Tokugawa 1616- 1868.
Sebelum masa Tokugawa, kaum samurai banyak terlibat pada peperangan, maka mereka lebih menaruh perhatian pada hal-hal yang memberikan
kepercayaan pada diri sendiri yang memperkuat rasa batinnya dengan menekankan konsep meditasi, kesederhanaan, dan keakraban dengan alam. Sebab
itu agama Buddha Zen sangat digemari oleh kaum samurai. Tetapi dalam masa isolasi, Jepang berada dalam keadaan damai selama 250 tahun. Selama itu kaum
samurai menjalankan fungsi administrator. Untuk itu, para shogun dari keluarga Tokugawa melihat manfaat dari ajaran Konfusius yang mengajarkan agar
bawahan setia dan tunduk sepenuhnya kepada atasannya, sehingga tercipta suatu keutuhan organisasi. Tetapi sebaliknya, pihak atasan atau yang berkuasa harus
menunjukkan kecakapan dan keunggulan moralnya. Ajaran Konfusius juga mengajarkan pentingnya keteraturan dan kestabilan yang sesuai dengan keperluan
masa isolasi jepang Sayidiman , 1982: 200. Pembesar-pembesar negri menyukai agama Buddhisme dan
melindunginya. Tetapi mereka tidak menaikkan Buddhisme menjadi agama negara, yang menjadi agama negara adalah Konfusianisme. Karena shogunat
Tokugawa lebih mengutamakan agama Buddha dan Konfusianisme dibandingkan Shinto, berarti bahwa para shogun Tokugawa mementingkan hal-hal yang datang
dari Cina untuk memperkuat bangsa Jepang Sendiri. Tokugawa Ieyasu mengangkat seorang sarjana Konfusianisme menjadi
filsuf resmi di istananya untuk mengajarkan kitab-kitab klasik Cina, diantaranya Fujiwara Seika dan Hahashi Doshun.
Universitas Sumatera Utara
Filsafat Konfusianistis yang diakui oleh shogun Tokugawa adalah sebagaiman yang ditafsirkan oleh Chu Hsi 1130-1200, seorang filsuf zaman
Sung, yang mengajarkan bahwa orang bijaksana harus memberi pelajaran kepada rakyat bagaimana harus bersikap. Doktrin ini memberi tunjangan yang
menyenangkan pada shogunat dan oleh karena itu dipuji oleh semua pembesar feodal. Tetapi ada juga yang mengikuti ajarannya filsuf Wang Yang-Ming 1472-
1529, yang dalam bahasa Jepang disebut O Yomei, dari zaman Ming. Menurut O Yomei, pengetahuan sendiri self knowledge adalah bentuk tertinggi pengetahuan.
Orang dapat menemukan asas kelakuanyang tepat dengan memahami sifat sendiri tanpa membuang-buang waktu dengan menebak-nebak undang-undang alam.
Rational Empiricism disukai oleh golongan tinggi kauam samurai karena berdasarkan intuisi dan self control. Sarjana-sarjana yang telah biasa dengan
pemikiran merdeka, condong pada O Yomei. Beberapa diantara sarjana yang tidak menyembunyikan pemikiran mereka, ditegur dan dihukum oleh bakufu. Nio Joe
Lan, 1962: 101-102. Pengikut-pengikut pertama dari ajaran O Yomei adalah Nakae Toju, yang
meninggal dalam tahun 1648, dan Kumazawa Banzan, yang wafat dalam tahun 1691 ketika masa pembuangan. Hukuman yang didapatnya karena mencela
pemerintah dalam sejumlah ceramah dihadapan kaum ningrat istana. Maka menjelang akhir abad ke-18, bakufu atas anjuran filsuf-filsuf resmi mereka
melarang dibicarakannya doktrin-doktrin yang bukan doktrin Chu Hsi, yang diakui dengan resmi oleh shogun dan sekolah-sekolah Nio Joe Lan, 1962: 108.
Ogyu Sorai 1666-1728 adalah satu diantara pemimpin-pemimpin sekte filsafat yang menyebut dirirnya sekolah kuno kerena menolak untuk menerima
Universitas Sumatera Utara
tafsiran modern doktrin Cina dan berpaling balik sehingga sampai kepada Konfusius dan Mensius dengan mengambil juga pikiran-pikiran baru. Adanya
berbagai pikiran Konfusianistis di Jepang memperbesar perhatian pada sastra Cina klasik.
Dalam agama Shinto, pada pertengahan pertama abad ke-19 dibangun sekte-sekte baru. Wanita juga mengambil bagian aktif pada kegiatan-kegiatan
mengenai agama Shinto. Beberapa sekte dibangun oleh mereka. Salah satunya dalam tahun 1838 seorang wanita, Nakayama Miki, membangun sebuah sekte
Shinto yang dinamakan Tenrikyo.
2.2.6 Kehidupan Masyarakat Jelata Pada Zaman Edo