Seniman dan Kesusastraan Zaman Edo

pada saat itu orang Jepang juga mulai mempelajari “ilmu-ilmu Barat” melalui orang-orang Belanda yang ada di Deshima.

2.2.4 Seniman dan Kesusastraan Zaman Edo

Pada awal zaman Edo keadaan kehidupan rakyat dalam bidang ekonomi dan masyarakat cukup kuat dan stabil. Oleh karena itu keharmonisan kedua factor tersebut banyak menunjang lahirnya bentuk-bentuk kesusastraan rakyat yang menggambarkan segi-segi kehidupan mereka. Selain itu juga sebagai akibat meluasnya pendidikan rakyat sehingga arus pembaca bertambah besar dan bersamaan dengan itu percetakan sebagai sarananya mulai terbentuk. Dengan demikian menyebabkan bidang ilmu pengetahuan dan bidang kesenian lainnya yang selama ini hanya terbatas pada golongan bangsawan saja mulai menyebar ke segenap lapisan masyarakat biasa. Kesusastraan pada zaman ini yang disebut kesuasastraan pramodern dibagi dalam dua bagian: pertama, Kamigata, yang berpusat di Kyoto merupakan masa awal, yaitu masa yang terdiri dari masa pencerahan dari Keicho sampai tahun Kanbun 1906-1666 dan masa perkembangan sekitar zaman Genroku 1688- 1703. Kedua, masa akhir, yang terbagi atas masa kebangkitan dari tahun An-ei sampai tahun Tenmei 1773-1782 dan masa kematangan dari tahun Bunka sampai tahun Bunsei 1804-1819. Dengan muncul dan mengalirnya buku bacaan rakyat, percetakan maju dengan pesatnya sehingga banyak diterbitkan buku-buku yang bersifat pencerahan yang sesuai dengan selera rakyat biasa. Karena buku-buku tersebut ditujukan untuk pembaca yang berpendidikan rendah, maka huruf yang dipakai adalah huruf Universitas Sumatera Utara hiragana, buku yang ditulis dengan hiragana ini disebut Kanazoushi. Diantaranya yang terkenal adalah Kashouki kisah tawa oleh Nyoraishi, yang didalam kelucuannya diselipkan sindiran dan ajaran, Seisuisho dan Chikusai oleh Asai Ryooi Isoji Asoo, 1983: 114. Keberhasilan novel-novel Kanazoushi hanya dalam ide cerita yang berwujudkan tema yang membawa semangat zaman baru pramodern. Isinya bernacam-macam tetapi belum bernilai sastra. Walaupun demikian, buku-buku ini telah menyebar luas pada lapisan pembaca rakyat biasa. Setelah Kanazoushi, timbul buku Ukiyozoushi yang berbobot sastra dan ternyata ikut mengambil peranan dalam mempengaruhi perkembangan sastra berikutnya. Ukiyozoushi adalah sejenis novel yang menceritakan cara kehidupan para chounin pedagang berekonomi kuat yang suka berfoya-foya. Dalam Isoji Asoo 1983: 115, pada tahun Tenna 2 1682 terbit buku Koshoku Ichidai Otoko kisah laki-laki penggemar wanita karangan Ihara Saikaku yang mencerminkan realitas keborosan hidup para chounin. Saikaku mula-mula terkenal sebagai penulis puisi uatama dari aliran Danrin. Novel-novel Saikaku yang lain diantaranya Koshokumono tentang mata keranjang, Bukemono tentang kehidupan masyarakat samurai, Chouninmono tentang kehidupan masyarakat pedagang, dan Zatsumono tentang sumber macam-macam cerita lain. Setelah Saikaku meninggal, banyak terbit novel-novel yang meniru karyanya. Bentuk atau ide novel itu diperbarui sesuai dengan selera masyarakat, sehingga bila dibandingkan dengan karya Saikaku kurang objektif dalam pengamatan dan pengungkapan gejala-gejala masyarakat. Diantara novel-novel tersebut yang terbaik adalah Katagimono tentang sifat dan karakter orang oleh Ejima Kiseki. Katagimono Universitas Sumatera Utara adalah sejenis novel yang menceritakan orang yang memiliki karakter, kebiasaan, dan kegemaran stereotip yang berdasarkan kedudukan sosial dan pekerjaan, kemudian dilebih-lebihkan sehingga menimbulkan ekspresi lucu dan berwujud fatal. Karena buku-buku Ukiyozoushi ini diterbitkan oleh perusahaan hachimonjiya di Kyoto, maka disebut Hachimonjiyabon. Dalam bidang seni drama di zaman Edo salah satunya adalah Joruri drama boneka. Pada permulaan tahun Keicho kira-kira 1600, boneka Joruri berkembang dengan pesatnya di Kyoto. Pada tahun Kan-ei 1624 juga popular di Edo. Pada tahun Jokyo 1684-1687 di Osaka muncul orang yang bernama Takemoto Gidayu. Berkat usaha kerjasama yang baik antara Takemoto Gidayu sebagai pemetik samisen dan Chikamatsu Monzaemon sebagai penulis skenario terbentuklah teater boneka Joruri. Joruri sebelum ini disebut Kojoruri joruri tua dan pada masa itu bahannya diambil dari Kowaka drama Noh dan yokyoku nyanyian pada zaman Noh yang sedikit mengalami perbaikan. Kemudian, drama joruri mengalami kemajuan dalam bidang boneka, perlengkapan alat-alat dan penampilan, tetapi setelah tahun Meiwa 1772 dikalahkan oleh Kabuki yang berakibat Joruri mengalami kemunduran. Drama Kabuki dimulai dengan tarian Kabuki yang ditarikan oleh Izumono Okuni pada tahun Kaichô 1600. Tetapi, kegiatan Kabuki wanita ini dilarang karena terjadi pelanggaran tata susila diantara mereka sendiri. Kemudian dimainkan laki-laki dewasa yang disebut Yaro Kabuki, dan sejak saat itu kabuki sebagai drama mengalami kemajuan yang sangat pesat. Pada zaman Genroku muncul aktor-aktor terkenal antara lain Ichikawa Danjuro dari Edo dan Sakata Tojuro dari Kyoto. Danjuro berhasil memerankan samurai romantis dengan Universitas Sumatera Utara keberanian luar biasa yang merupakan kesenangan orang Edo dan sekitarnya. Tojuro terkenal sebagai aktor yang mengisahkan kehidupan realitas masyarakat pada waktu itu misalnya roman percintaan. Setelah zaman Genroku Kabuki dikalahkan oleh drama boneka Joruri, akan tetapi pada tahun Horeki 1751 dan seterusnya mengalami kemajuan yang sangat mengejutkan. Pada tahun Bunka 1804-1808 dan Bunsei 1819-1829 pusat kegiatan Kabuki berpindah ke Edo dan pada waktu itu penulisan tentang ‘Kizewa Kyogen’ disempurnakan oleh Tsuruya Nanboku. Nanboku sangat mahir dalam melukiskan kehidupan masyarakat antara lain menggambarkan refleksi keadaan zaman itu tentang suasana kekejaman. Dalam kelompok sastra Haikai pantun, ketika memasuki zaman Edo, berkembang sangat pesat karena sesuai dengan selera rakyat. Perkembangan Haikai ini berkat jasa Matsunaga Teitoku. Pada masa ini ada beberapa aliran Haikai, yaitu Haikai aliran Teimon, aliran Danrin, dan aliran Basho Matsuo Basho. Pada masa mudanya Basho menaruh perhatian pada gubahan-gubahan Matsunaga Teitoku. Ia keluar dari kehidupannya sebagai samurai dan pergi merantau ke Edo. Di situ ia mulai memupuk karirnya. Pada mulanya ia sering membaca pantun-pantun Danrin, tapi lambat laun ia lebih menjurus pada terbentuknya gaya gubahannya sendiri yang bersifat sunyi, sepi, tapi mulia yang terinspirasi dari Zen. Pada masa tuanya ia sering mengadakan perjalanan kemana- mana sampai akhir hayatnya. Karyanya antara lain Oku no Hosomichi, Nozarashi Kikou, dan lain-lain. Pengarang Haikai pada zaman Chuukouki yang terkenal adalah Yosa Buson dan pada zaman Kaseiki adalah Kobayashi Issa. Universitas Sumatera Utara Bentuk-bentuk sastra itu hanya sedikit hubungannya dengan kaum bangsawan berpangkat tinggi atau dengan keluarga samurai berpangkat tinggi, tetapi mewakili pandangan rakyat biasa dan karenanya tersebar kemana-mana. Dalam bidang kesenian, aliran Kanô menjadi sumber pelukis-pelukis resmi bagi lembaga shogun, dan oleh karena itu hanya mengerjakan penerusan corak dan gaya tertentu secara turun-temurun, tetapi gaya baru yang menarik muncul di antara pelukis-pelukis ‘tidak resmi’ di masa itu. Salah satu contoh adalah lukisan dekoratif oleh Hon’ami Koetsu, Tawaraya Sotatsu, dan Ogata Korin. Seni mencetak gambar dengan cukilan kayu yang disebut ukiyo-e mengalami kemajuan dalam segi teknis yang menuju kepada zaman emas nishiki-e gambar cetak polychrome. Baik dalam tema maupun pada pribadi senimannya, nishiki-e merupakan hasil karya murni yang berasal dari kelas pedagang, yang kebudayaannya menemukan perwujudan paling lengkap dan bebas dalam bentuk ini.

2.2.5 Pendeta dan Ajaran Agama Zaman Edo