Musashi TINJAUAN UMUM TERHADAP SOSIOLOGI SASTRA, SETTING

modern. Di sini mereka bebas dari tanggung jawab perusahaan, keluarga, dan ketentuan-ketentuan yang menekan dari penguasa-penguasa feodal. Dalam lingkungan bebas seenaknya ini timbul seni yang kaya, teater, dan sastra yang berbeda sekali dari seni kaum samurai. Diantaranya drama Kabuki dan Joruri, sajak Haiku, Ukiyo’e, dan lain-lain. Kebudayaan chounin ini matang dalam abad ke-17 akhir.

2.3 Musashi

Miyamoto Musashi, merupakan tokoh utama dalam novel Musashi karya Eiji Yoshikawa. Ia lahir tahun 1584 di propinsi Harima, di sebuah desa bernama Miyamoto. Ia lahir dari seorang ayah, Hirata Munisai, seorang samurai pemilik tanah dengan status hamba senior bagi klan Shinmen, dan akhirnya diizinkan untuk menggunakan nama keluarga itu. Dan ibunya yang bernama Yoshiko, istri kedua dari Munisai. Musashi menyatakan nama lengkapnya Shinmen Musashi Fujiwara Genshin. Sewaktu kecil, ia dipanggil dengan nama Bennosuke, tapi di dalam novel Musashi, ia dipanggil dengan nama Takezo. Musashi kecil tumbuh sebagai anak yang liar, nakal, licik dengan tubuh yang kuat. Ia disebut dengan Gaki Daisho lokal atau “Komandan Tertinggi” dari setiap anak nakal dan menjadi sasaran utama dari setiap sumpah serapah di wilayah Hirafuku. Umur 13 tahun, ia berkelahi dengan pedang dengan Arima Kihei, seorang samurai hebat yang menguasai aliran Shinto-ryu. Pertarungan pertamanya ini sekaligus sukses pertamanya. Usia 16 tahun, ia bertarung dengan seorang ahli pedang bernama Akiyama, yang ia kalahkan. Universitas Sumatera Utara Tahun 1600, ia ikut dalam perang besar Sekigahara di bawah komando Ukita. Dalam pertempuran ini, Ukita Hideie bertempur di Kubu Barat keluarga Hideyoshi yang melawan Kubu Timur keluarga Tokugawa. Peperangan ini dimenangkan oleh Kubu Timur dan sekaligus sebagai pertanda keshogunan jatuh ke tangan keluarga Tokugawa. Walaupun tentara Ukita habis tewas terbunuh, Musashi tetap selamat. Musashi mulai menjalani kehidupan sebagai seorang shugyosha pendekar pedang di masa pelatihan yang mengembara keseantero negri, yang hidupnya tanpa uang atau pekerjaan tetap yang menggelandang. Kehidupan yang kelak ia teruskan dari bentuk yang satu ke bentuk lainnya sampai ke akhir hayatnya. Harta miliknya hanya satu-dua pakaiannya di punggungnya, sedikit peralatan menjahit, sejumlah kecil uang saku, sebatang pena, kuas, tinta, dan tentu saja pedang. Empat tahun kemudian, pada usia 20 tahun, ia menantang perguruan pedang Yoshioka di Kyoto. Pertama pertarungan melawan Yoshioka Seijuro kepala klan Yoshioka di Propinsi Yamashiro, di luar ibukota, di padang Rendai sebelah barat gunung Funaoka, Kita-Ku, Kyoto, kemudian melawan Yoshioka Denshichiro dan pertarungan melawan Yoshioka Matashichiro di hutan pinus di Ichijoji. Ia memenangkan ketiga pertarungan itu, semua dilakukannya dengan dua bilah bokken-pedang kayu. Gaya dua pedang ini akhirnya menjadi aliran Musashi sendiri, yang disebut dengan Niten-Ichiryu. Usia 28 tahun, setelah bertahun-tahun mendalami pedang dengan caranya sendiri dan menjadi terkenal karena banyak mengalahkan samurai hebat. Musashi sampai pada pertarungan yang ia yakini sebagai pertarungan yang sulit yaitu ketika melawan Sasaki Kojiro, ahli pedang tampan yang menggunakan nodachi Universitas Sumatera Utara pedang panjang yang dipegang dengan kedua tangan, yang disebutnya “Galah Pengering”. Pada waktu pertarungan, Musashi sengaja datang terlambat ke pulau Ganryu, membiarkan Kojiro memendam jengkel yang ia yakini akan mempengaruhi mental bertempurnya. Ia pun mengubah dayung kapalnya yang sangat panjang untuk menandingi nodachi Kojiro. Dalam pertarungan, Kojiro kalah hanya dalam satu sabetan dayung ke kepalanya. Antara tahun 1614-1615, ia ikut dalam usaha menjatuhkan kastil Osaka di bawah pimpinan Tokugawa Ieyasu melawan Sanada Yukimura. Setelah sukses, ia ditunjuk menjadi pengawas konstruksi pembangunan oleh klan Ogasawara. Diyakini karena ia dianggap ahli dalam material kayu. Tahun 1627, dalam usia 43 tahun, ia mengembara kembali sebagai shugyosha. Pada saat ini ia tidak mempunyai keinginan menambah rekor pertarungan samurainya. Musashi bukanlah tipe samurai yang menantang setiap samurai yang ia temui. Tahun 1637, usia 54 tahun, Musashi ikut bertempur melawan para pemberontak di Shimabara prefektur Nagasaki. Tahun 1640, ia mengajar melukis dan bertempur pada tentara keluarga Ogasawara Tadazane. Tiga tahun kemudian, merasa tidak menemukan lagi lawan yang seimbang, ia bermeditasi di gua Reigan, sebuah gua di pegunungan Kumamoto prefektur Kumamoto. Di sana ia menulis karyanya yang terkenal tentang filosofi pertarungan, yang berjudul Go Rin no Sho Kitab Lima Lingkaran. Beberapa minggu setelahnya, tanggal 13 juni 1645, Musashi meninggal. Jepang kemudian mencatatnya dalam sejarah sebagai samurai terhebat yang pernah mereka miliki. Menurut monumen Kokura Hibun yang didirikan pada 1654: Universitas Sumatera Utara “Keperkasaan dan ketenaran Musashi tidak bisa dilebih-lebihkan lagi, bahkan sekalipun lautan mempunyai mulut atau lembah mempunyai lidah” Wilson, 2006: 21. Kokura Hibun adalah sebuah monumen batu yang dipersembahkan untuk Musashi oleh anak angkatnya, Iori. Musashi mempunyai dua orang anak angkat. Yang pertama bernama Miyamoto Mikinosuke, yang melakukan junshi ketika usianya 23 tahun. Kemudian dua tahun sebelum kematian Mikinosuke, ia mengadopsi seorang anak laki-laki yang bernama Iori. Dalam bab pembuka Kitab Lima Lingkaran, Musashi menulis bahwa sampai usia 28 atau 29 tahun, ia telah melakukan enam puluh pertarungan. Setelah itu, pertarungan pribadinya menjadi jauh lebih jarang. Pengalaman bertarung dengan Sasaki Kojiro memengaruhi kehidupan Musashi berikutnya. Kemudian pertarungan-pertarungan individualnya tidak pernah lagi berakhir dengan kematian atau cedera yang membuat cacat. Ia lebih banyak terlibat dalam disiplin kuat yang kelak memperhalus seninya dan meneranginya sampai ke titik artikulasi. Keakrabannya semakin mendalam dengan ajaran Buddha terutama aliran Zen. Musashi adalah salah satu pendekar sekaligus seniman yang diilhami oleh ajaran Zen. Ia ahli dalam berbagai bidang seni diantaranya, seni minum teh, puisi, lukisan tinta India suibokuga, seni patung, ahli dalam merancang taman resmi, dan ahli metalurgi. Musashi sangat aktif selama zaman yang dikenal dengan sebutan Renaissans Kyoto tahun 1550-1650. Adapun buku-buku yang ditulis oleh Musashi, yang diantaranya diwariskan kepada murid-muridnya, yaitu. 1. Cermin Jalan Perang tahun 1604 Universitas Sumatera Utara 2. Tiga Puluh Lima Petunjuk Tentang Seni Bela Diri 3. Kitab Lima Lingkaran Go Rin no Sho Kitab Lima Lingkaran yang ditulis oleh Musashi dipengaruhi oleh beberapa ahli, yaitu : 1. Sun Tzu, Merupakan penulis China abad kelima atau keenam yang menulis kitab dengan judul yang sama, yang diterjemahkan menjadi Seni Perang. Itu adalah kitab China pertama dan yang paling dihormati tentang doktrin- doktrin strategis dan taktis dalam perang, dan dibaca oleh para jenderal serta ksatria baik di China maupun Jepang. Kitab itu menekankan gagasan bahwa kemenangan dalam pertempuran didasarkan pada tipu daya dan fleksibilitas. 2. Takuan Soho 1573-1645 Biksu Zen yang terkenal karena kaligrafi, syair, dan tulisan-tulisan lain, menciptakan acar, yang disebut dengan acar takuan. Menulis “Pikiran Tak Terbatas”, yang membahas hubungan antara Zen dengan permainan pedang. 3. Yagyu Munenori 1571-1646 Anak Yagyu Sekishusai. Mendirikan Yagyu Shinkage-ryu cabang Edo. Menjadi instruktur pedang resmi bagi tiga Shogun Tokugawa berturut- turut, dan menulis manual pedang terkenal, Pedang Pemberi Kehidupan. 4. Kitab Hsinhsinming Yang dalam bahasa Jepang disebut Shinjinmei. Ini adalah sebuah syair panjang yang terdiri atas kaplet-kaplet pendek yang mudah diingat, yang Universitas Sumatera Utara menekankan prinsip-prinsip dasar Zen, dan konon banyak dibumbui dengan konsep-konsep Tao. Rahib yang diberi penghargaan sebagai penulisnya, Seng-ts’an, adalah patriarki Zen ketiga di China. Konon ia meninggal sekitar tahun 606 M. Persisnya kapan karya itu dibawa ke Jepang tidak diketahui, tetapi rupanya karya itu dibaca luas oleh para pengikut Zen sejak abad ke-13.

2.4 Riwayat Hidup Eiji Yoshikawa