masing-masing bercak yang muncul pada lempeng KLT serta jumlah bercak yang muncul untuk masing-masing totolan pada lempeng KLT. Suatu senyawa
tentunya mempunyai nilai R
f
yang spesifik tergantung dari interaksi yang muncul antara sampel dengan fase diam dan fase gerak yang digunakan. Dalam
pemeriksaan kali ini, digunakan fase diam berupa silika gel GF
254
yang akan berfluoresensi hijau bila diamati di bawah sinar UV dengan panjang gelombang
254 nm. Fase gerak yang digunakan merupakan campuran pelarut antara n- heksan : etil asetat 3:2. Berdasarkan fase diam dan fase gerak yang digunakan,
kromatografi yang dilakukan dapat dikategorikan sebagai sistem kromatografi dengan fase normal normal phase. Hal ditunjukkan pada fase diam yang
digunakan yang cenderung lebih polar dibandingkan fase geraknya. Hasil pemeriksaan dengan KLT menunjukkan penampakan lempeng KLT seperti pada
gambar 16.
Keterangan:
1. sikloheksana-1,3-dion S, 2. 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida V, dan
3. senyawa target T.
Gambar 16. Penampakan lempeng KLT di bawah sinar UV pada panjang gelombang 254 nm
Hasil pemeriksaan tersebut memperlihatkan bahwa masing-masing totolan menghasilkan bercak yang memadamkan fluoresensi berwarna hitam.
Totolan dari kedua starting material yang digunakan bercak S dan V menunjukkan bercak tunggal yang dapat diartikan bahwa senyawa yang
digunakan merupakan senyawa yang murni. Untuk totolan dari senyawa hasil sintesis, dihasilkan bercak sebanyak tiga buah. Adanya penampakan bercak yang
jumlahnya lebih dari satu menandakan bahwa senyawa hasil sintesis yang diperoleh bukanlah senyawa tunggalmurni.
Bila ditinjau dari bercak yang muncul, maka dapat diidentifikasi secara kualitatif bahwa senyawa hasil sintesis merupakan senyawa yang berbeda
dengan starting material. Hal ini ditunjukkan dari adanya bercak pada totolan senyawa hasil sintesis yang mempunyai nilai R
f
yang berbeda dengan starting material yang digunakan, yakni 0,230. Dua bercak lain pada totolan senyawa
hasil sintesis mempunyai nilai R
f
0,085 dan 0,510. Dua bercak tersebut mempunyai nilai R
f
yang sama dengan R
f
starting material mengindikasikan bahwa senyawa hasil sintesis belum murni. Selain itu, bercak yang dihasilkan
dari totolan senyawa hasil sintesis berada di bagian bawah lempeng KLT menunjukkan bahwa senyawa hasil sintesis mempunyai interaksi yang lebih kuat
dengan fase diam relatif polar dibandingkan fase gerak relatif non polar.
Tabel VII. Nilai R
f
senyawa hasil sintesis dan starting material
Senyawa Nilai R
f
Sikloheksana-1,3-dion S 0,090
4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida V 0,500
Senyawa hasil sintesis T 0,085
0,230 0,510