Sintesis 2- HASIL DAN PEMBAHASAN

Proses penggerusan yang berlangsung kurang lebih selama 10 menit akan menghasilkan padatan yang berwarna kuning jingga. Untuk memperoleh senyawa hasil sintesis dalam bentuk serbuknya, maka akan dilakukan proses kristalisasi pada padatan yang terbentuk dengan menambahkan HCl 2N sebanyak 10 mL. Proses kristalisasi dilakukan dengan cara mengasamkan padatan yang terbentuk karena senyawa hasil sintesis berada dalam bentuk garam akibat keberadaan ion hidroksil dari KOH yang akan mengambil atom H dari gugus fenolik senyawa hasil sintesis gambar 14. Dalam suasana asam, akan terjadi pendesakan oleh ion H + dari asam yang ditambahkan terhadap garam yang terbentuk dalam hal ini adalah kalium-4- 2,6-dioksosikloheksilidenametil-2-metoksifenolat, sehingga struktur senyawa hasil sintesis akan kembali ke dalam bentuk molekulnya. Adanya penambahan asam tersebut menyebabkan garam senyawa target yang sebelumnya larut dalam air akan dapat dipisahkan dengan starting material-nya. Endapan yang berupa serbuk kemudian disaring dengan kertas saring menggunakan bantuan pompa vakum. Endapan yang tertinggal pada kertas saring kemudian dicuci dengan aquades untuk menghilangkan sisa asam dari HCl yang ditambahkan ke dalamnya dari starting material. Setelah dicuci hingga diperoleh serbuk yang sifatnya netral, serbuk tersebut kemudian dikeringkan dalam desikator selama dua hari. Pengeringan selama dua hari dimaksudkan agar pengeringan berlangsung dengan optimal dan diperoleh serbuk kering senyawa hasil sintesis. H 3 CO HO O O + KOH H 3 CO O O O kalium-4-2,6-dioksosikloheksilidenametil-2-metoksif enolat K + H 3 CO O O O + HCl H 3 CO HO O O 2-4-hidroksi-3-metoksibenzilidena sikloheksana,1-3-dion K + + H 2 O + KCl Gambar 14. Pembentukan garam dari senyawa hasil sintesis akibat keberadaan kalium hidroksida KOH dan penambahan HCl yang mengembalikan bentuk garam senyawa target menjadi bentuk molekulnya Berdasarkan perhitungan stoikiometri yang dilakukan terhadap rendemen hasil sintesis crude product, diketahui bahwa jumlah senyawa yang dihasilkan dari tiga kali replikasi masing-masing sebanyak 0,378 g; 0,374 g; dan 0,378 g dengan rendemen crude product masing-masing sebesar 38,157; 38,075; dan 37,661. Hasil perhitungan yang ada menunjukkan bahwa rendemen hasil sintesis yang diperoleh relatif kecil, dimana rendemen hasil masih kurang dari 50. Rendemen hasil sintesis yang diperoleh relatif kecil disebabkan starting material yang ditambahkan belum habis bereaksi karena sifatnya yang kurang reaktif dan saat proses pencucian untuk menghilangkan vanilin, terdapat serbuk senyawa hasil sintesis yang tercuci pada saat proses pencucian. Bila ditinjau dari struktur 4- hidroksi-3-metoksibenzaldehida yang merupakan starting material, atom C karbonil yang berperan sebagai elektrofil dapat mengalami stabilisasi resonansi menyebabkan atom C karbonil menjadi kurang positif untuk diserang oleh ion enolat yang terbentuk. Berdasarkan serbuk senyawa yang diperoleh dari tahapan sintesis tersebut, perlu dilakukan analisis lebih lanjut untuk mengetahui apakah serbuk yang didapat merupakan senyawa 2- 4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena sikloheksana-1,3-dion atau bukan. HO H 3 CO H O HO H 3 CO H O elektrofil 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida O H 3 CO H O peristiwa stabilisasi resonansi H Gambar 15. Proses stabilisasi resonansi dari elektrofil yang terbentuk pada senyawa 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida

C. Analisis Pendahuluan

1. Pemeriksaan organoleptis

Pemeriksaan organoleptis dilakukan dengan memeriksa penampakan fisik dari serbuk senyawa hasil sintesis yang dihasilkan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui sifat fisik dari senyawa hasil sintesis. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi bentuk, warna, dan bau. Selain dilakukan pemeriksaan penampakan fisik dari serbuk senyawa hasil sintesis, pemeriksaan ini juga ditujukan untuk membandingkan sifat-sifat fisik dari senyawa hasil sintesis dengan starting material yang digunakan. Tabel IV. Perbandingan sifat fisik senyawa hasil sintesis dan starting material Pengamatan Sikloheksana-1,3- dion 4-hidroksi-3- metoksibenzaldehida Senyawa hasil sintesis Bentuk Warna Putih kekuningan Putih Kuning Bau Khas Khas Khas Pemeriksaan organoleptis yang dilakukan pada senyawa hasil sintesis menunjukkan profil yang berbeda dengan starting material yang digunakan. Perbedaan yang tampak nyata antara starting material dan senyawa hasil sintesis adalah bentuk dan warna. Sedangkan dari segi bau, baik starting material yang digunakan dan senyawa hasil sintesis, keduanya mempunyai karakteristik bau khas dan berbeda satu sama lainnya. Hasil pemeriksaan organoleptis membuktikan bahwa senyawa hasil sintesis merupakan senyawa baru yang mempunyai perbedaan signifikan dengan starting material dari segi bentuk, warna dan bau.

2. Pemeriksaan kelarutan

Pemeriksaan kelarutan senyawa hasil sintesis dilakukan untuk mengetahui profil kelarutan dari senyawa hasil sintesis pada beberapa pelarut yang mempunyai kepolaran yang berbeda-beda. Dalam pengujiannya, pelarut yang digunakan antara lain: etanol, DMSO, n-heksan, aseton, etil asetat, kloroform, air dingin, air panas 80 o C, NaOH 3N, HCl 3N. Selain digunakan untuk mengetahui profil kelarutan dari serbuk senyawa hasil sintesis, pemeriksaan ini juga dimaksudkan untuk membandingkan kelarutan antara senyawa hasil sintesis dan starting material yang digunakan. Pemeriksaan kelarutan tersebut akan menghasilkan data kelarutan dari senyawa hasil sintesis yang dapat digunakan sebagai panduan untuk memilih pelarut yang sesuai dalam pengujian kromatografi gas – spektroskopi massa GC-MS. Tabel V. Perbandingan kelarutan senyawa hasil sintesis dan starting material Pelarut Sikloheksana- 1,3-dion 4-hidroksi-3- metoksibenzaldehida Senyawa hasil sintesis DMSO mudah larut mudah larut mudah larut Air dingin mudah larut sukar larut sangat sukar larut Air panas 80 o C mudah larut agak sukar larut sangat sukar larut NaOH 3N mudah larut mudah larut Larut HCl 3N larut agak sukar larut sangat sukar larut Etanol 96 mudah larut mudah larut agak sukar larut Etil asetat mudah larut mudah larut agak sukar larut Aseton mudah larut mudah larut agak sukar larut Kloroform larut agak sukar larut sangat sukar larut n-heksan praktis tidak larut praktis tidak larut praktis tidak larut Hasil pemeriksaan kelarutan seperti pada tabel V menunjukkan bahwa senyawa hasil sintesis larut dalam pelarut DMSO dan NaOH 3N. Selain itu, terlihat bahwa senyawa hasil sintesis dan starting material mempunyai profil kelarutan yang berbeda. Hal tersebut memperkuat bukti bahwa senyawa hasil sintesis merupakan senyawa yang berbeda dengan starting material yang digunakan. Dari hasil pemeriksaan kelarutan tersebut, digunakan pelarut DMSO untuk digunakan dalam pengujian GC-MS. Pemilihan tersebut didasarkan atas profil kelarutan senyawa hasil sintesis yang menunjukkan bahwa senyawa hasil sintesis dapat larut sempurna dalam pelarut DMSO.

3. Pemeriksaan titik lebur

Pemeriksaan titik lebur dilakukan untuk mengetahui kemurnian dari senyawa hasil sintesis yang dihasilkan. Selain itu, hasil pemeriksaan ini juga akan dibandingkan dengan titik lebur dari starting material yang digunakan untuk memastikan bahwa senyawa hasil sintesis merupakan senyawa yang berbeda dengan starting material. Dari pengujian yang telah dilakukan pada serbuk yang telah dikristalisasi dan dikeringkan, diketahui bahwa jarak lebur dari senyawa hasil sintesis sebesar 181,97 – 193,04 o C. Hasil menunjukkan bahwa serbuk senyawa hasil sintesis mempunyai jarak lebur sebesar 11,07 o C. Hal tersebut menunjukkan bahwa senyawa hasil sintesis belum murni. Meskipun belum digolongkan sebagai senyawa yang murni, jarak lebur tersebut cukup membuktikan bahwa senyawa hasil sintesis merupakan senyawa yang berbeda dengan starting material. Hal ini dikarenakan senyawa hasil sintesis mempunyai titik lebur yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan starting material, yakni sikloheksana-1,3-dion dan 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida. Titik lebur senyawa hasil sintesis yang lebih tinggi disebabkan ukuran molekul dari senyawa hasil sintesis yang lebih besar dibandingkan starting material. Ukuran molekul yang semakin besar, maka titik lebur suatu senyawa akan semakin tinggi pula. Tabel VI. Titik lebur senyawa hasil sintesis dan starting material Senyawa Titik lebur o C Senyawa hasil sintesis 181,97 – 193,04 Sikloheksana-1,3-dion 103,06 – 104,92 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida 82,45 – 83,02

4. Pemeriksaan kemurnian dengan kromatografi lapis tipis KLT

Pemeriksaan senyawa hasil sintesis dengan kromatografi lapis tipis digunakan sebagai identifikasi awal yang menunjukkan secara kualitatif bahwa senyawa hasil sintesis merupakan senyawa yang berbeda dengan starting material yang digunakan. Selain untuk menunjukkan hal tersebut, pemeriksaan ini juga dapat digunakan untuk menunjukkan kemurnian dari senyawa hasil sintesis. Parameter yang digunakan adalah nilai R f Retardation factor dari masing-masing bercak yang muncul pada lempeng KLT serta jumlah bercak yang muncul untuk masing-masing totolan pada lempeng KLT. Suatu senyawa tentunya mempunyai nilai R f yang spesifik tergantung dari interaksi yang muncul antara sampel dengan fase diam dan fase gerak yang digunakan. Dalam pemeriksaan kali ini, digunakan fase diam berupa silika gel GF 254 yang akan berfluoresensi hijau bila diamati di bawah sinar UV dengan panjang gelombang 254 nm. Fase gerak yang digunakan merupakan campuran pelarut antara n- heksan : etil asetat 3:2. Berdasarkan fase diam dan fase gerak yang digunakan, kromatografi yang dilakukan dapat dikategorikan sebagai sistem kromatografi dengan fase normal normal phase. Hal ditunjukkan pada fase diam yang digunakan yang cenderung lebih polar dibandingkan fase geraknya. Hasil pemeriksaan dengan KLT menunjukkan penampakan lempeng KLT seperti pada gambar 16. Keterangan:

1. sikloheksana-1,3-dion S, 2. 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida V, dan

3. senyawa target T. Gambar 16. Penampakan lempeng KLT di bawah sinar UV pada panjang gelombang 254 nm

Dokumen yang terkait

SINTESIS SENYAWA ANALOG KURKUMIN 3,6-BIS-(4’-HIDROKSI-3’-METOKSIBENZILIDIN)PIPERAZIN-2,5-DION DENGAN KATALIS HCl

2 27 12

SINTESIS SENYAWA ANALOG KURKUMIN 3,6-BIS-(4’-HIDROKSI- ’,5’-DIMETILBENZILIDIN)-PIPERAZIN-2’,5’-DION DENGAN KATALIS HCl.

0 2 16

SINTESIS SENYAWA ANALOG KURKUMIN 3,6-BIS-(4 -HIDROKSI-3’-METOKSIBENZILIDIN)-PIPERAZIN-2,5-’ DION DENGAN KATALIS HCl.

2 7 17

Desain dan sintesis senyawa 2-(4`-hidroksi-3`-metoksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion yang berpotensi sebagai senyawa antikanker dengan menghambat protein NF-kB menggunakan metode solid phase reaction.

0 12 108

Sintesis senyawa 2-(4`-hidroksi-3`-metoksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion dari sikloheksana-1,3-dion dan 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida dengan katalis asam klorida menggunakan metode solid phase reaction.

0 8 95

SINTESIS SENYAWA 4 HIDROKSI 3 METOKSI 5

0 0 7

SINTESIS SENYAWA 2-(4'-KLOROBENZILIDENA) SIKLOHEKSANADION DARI SIKLOHEKSANA-1,3-DION DAN 4-KLOROBENZALDEHID DENGAN KATALIS NATRIUM HIDROKSIDA SKRIPSI

0 3 78

Sintesis senyawa 2-(4`-hidroksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion dari sikloheksana-1,3-dion dan 4-hidroksibezaldehid dengan katalis kalium hidroksida - USD Repository

0 0 88

Sintesis 2-(4`-hidroksibenzilidena)-sikloheksana-1,3-dion dari sikloheksana-1,3-dion dan 4-hidroksibenzaldehida dengan katalis asam klorida - USD Repository

0 0 92

Sintesis senyawa 2-(4`-hidroksi-3`-metoksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion dari sikloheksana-1,3-dion dan 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida dengan katalis asam klorida menggunakan metode solid phase reaction - USD Repository

0 1 93