Kerangka Berpikir LANDASAN TEORI

alat peraga yang sama. Penelitian Metasari relevan dengan penelitian yang peneliti lakukan karena memakai alat peraga pembagian bilangan dua angka berbasis metode Montessori yang sama dan membahas tentang pembagian di kelas II. Arjanggi 2012 melakukan penelitian mengenai peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa melalui penerapan metode demonstrasi berbantuan alat peraga bangun ruang pada pembelajaran matematika. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian tindakan kelas dengan tujuan untuk mengkaji peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa setelah penerapan metode demonstrasi berbantuan alat peraga bangun ruang pada pembelajaran matematika kelas VI. Hasil dari penelitian ini yaitu kesimpulan bahwa penerapan metode demonstrasi berbantuan alat peraga bangun ruang pada pembelajaran matematika dapat meningkatkan motivasi sebesar 25, dan hasil belajar siswa sebesar 26. Penelitian ini memiliki relevansi dengan penelitian yang peneliti lakukan karena penelitian menggunakan alat peraga dan melihat hasil setelah penggunaan alat peraga dari segi motivasi belajar siswa dan hasil belajar siswa.

C. Kerangka Berpikir

Rata-rata usia Sekolah Dasar SD adalah 7-12 tahun. Pada usia tersebut, anak berada pada tahap operasional konkret, berdasarkan pada teori perkembangan oleh Piaget. Pada tahapan ini anak sudah dapat berpikir logis dan menggunakan pikirannya untuk memecahkan masalah-masalah konkret namun masih memiliki keterbatasan dan belum bisa bepikir secara abstrak. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada siswa SD. Matematika bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir secara logis pada siswa. Pembelajaran matematika pada pelaksanaannya membutuhkan alat peraga untuk memberikan gambaran nyata atau konkret pada siswa. Penggunaan alat peraga dapat memudahkan siswa untuk memahami konsep matematika karena sesuai dengan kebutuhan siswa yang berada pada tahap operasional konkret. Siswa yang berada pada tahapan ini memerlukan benda ataupun hal yang bersifat konkret untuk membantu mereka dalam memahami konsep yang bersifat abstrak. Pembagian bilangan dua angka adalah salah satu materi pelajaran matematika yang mulai diajarkan pada kelas II. Pembagian seringkali dianggap sebagai salah satu materi yang paling sulit dimengerti oleh siswa dan pengajarannya jarang menggunakan alat peraga. Banyak siswa yang memiliki hasil belajar yang kurang dalam pembagian, karena kurangnya keterampilan siswa dalam operasi hitung pembagian. Salah satu metode pembelajaran yang banyak menggunakan alat peraga adalah metode Montessori. Alat peraga pembagian berbasis metode Montessori cocok digunakan oleh guru untuk membantu siswa memahami konsep pembagian sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa menjadi lebih baik. Melalui alat peraga berbasis metode Montessori, siswa dapat menemukan sendiri konsep pembagian dan apabila ada kesalahan, siswa dapat mengkoreksi sendiri kesalahan yang dilakukannya. Alat peraga berbasis PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI metode Montessori dibuat sesuai dengan karakteristik alat peraga Montessori, yaitu menarik, bergradasi, auto-education, auto-correction,dan kontekstual. Penggunaan alat peraga pembagian berbasis metode Montessori membuat siswa menjadi tertarik dan termotivasi untuk belajar matematika. Motivasi belajar siswa dapat terlihat oleh adanya kemunculan-kemunculan indikator- indikator motivasi belajar menurut Uno 2008:23, yaitu: 1 adanya hasrat dan keinginan berhasil dalam melakukan aktivitas belajar; 2 adanya dorongan dalam belajar; 3 adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; 4 adanya lingkungan belajar yang kondusif, pada saat pembelajaran dengan menggunakan alat peraga pembagian berbasis metode Montessori. Berdasarkan alasan di atas, peneliti berinisiatif untuk mengimplementasikan alat peraga pembagian berbasis metode Montessori pada pembelajaran matematika materi pembagian di kelas II SD Kanisius Kenalan Magelang. Alat peraga yang diimplementasikan diharapkan dapat membantu guru dan siswa dalam menyampaikan serta memahami konsep matematika. Peneliti juga ingin melihat dampak dari pengimplementasian alat peraga dari segi hasil belajar dan motivasi belajar siswa. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia Sukmadinata, 2011:72. Penelitian deskriptif yang dilakukan mengacu pada penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis suatu fenomena.

B. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dirancang ke dalam tiga tahapan. Rancangan penelitian ini berdasarkan pada rancangan penelitian yang dikemukakan oleh Bogdan dalam Basrowi dan Suwandi, 2008:84-92. Tiga tahapan penelitian dapat dilihat pada bagan berikut. Bagan 3.1 Tahapan penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Biklen Tahapan yang pertama yaitu, tahapan pralapangan. Pada tahap ini, peneliti melakukan beberapa kegiatan, diantaranya yaitu menyusun rancangan penelitian, memilih lokasi penelitian, mengurus perijinan Pralapangan Pekerjaan Lapangan Analisis Data PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI