Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan nasional merupakan salah satu sektor pembangunan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa Mendikbud, 2012:1. Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah salah satu tujuan Negara Indonesia yang tercantumkan dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945. Pendidikan yang baik merupakan sebuah awal yang baik bagi kemajuan sebuah bangsa. Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, penyelenggaraan pendidikan hendaknya mewujudkan perkembangan kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa dan negara Indonesia Mendikbud, 2012:2. Kualitas pendidikan di Indonesia dipengaruhi oleh proses pembelajaran yang terjadi di sekolah, baik dari sekolah dasar hingga menengah. Proses pembelajaran merupakan sebuah proses interaksi antara guru dan siswa dalam memperoleh ilmu. Pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas siswa yang baik dari sisi hasil belajar maupun perkembangan sosial pribadi siswa. Susetyo 2012:24 mengatakan bahwa guru bertanggung jawab merencanakan aktivitas pembelajaran berdasarkan berbagai pertimbangan dari sisi siswa, dari segi materi ajar, kemampuan guru, maupun fasilitas yang ada. Salah satu pembelajaran yang disampaikan pada siswa di sekolah adalah Matematika. Matematika merupakan pelajaran yang mengajarkan anak tentang kemampuan berhitung, baik penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Pembagian adalah pengurangan berulang dan merupakan salah satu materi dalam pelajaran matematika yang dipelajari siswa dari SD hingga SMA. Siswa harus memahami konsep dari pembagian dari awal agar tidak mengalami kesulitan pada tahap berikutnya. Namun konsep pembagian masih bersifat abstrak sehingga sulit dipahami oleh siswa Suwarsono dalam Jaeng, 2004:3 mengatakan bahwa pelajaran matematika sering dianggap oleh sebagian besar siswa sebagai pelajaran yang sulit dan masih banyak siswa memperoleh hasil belajar yang kurang memuaskan. Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya pemahaman konsep- konsep matematika. Penyebab lainnya, yaitu adanya keterbatasan alat peraga matematika yang digunakan guru dalam penyampaian materi pembelajaran. Penggunaan alat peraga merupakan alternatif yang dapat digunakan dalam penyampaian materi pembelajaran pada siswa. Sudono 2010:5 mengatakan bahwa alat peraga adalah alat yang berfungsi untuk menerangkan suatu materi pelajaran tertentu dalam pembelajaran. Melalui alat peraga, siswa dapat membangun pengetahuan dari pengalaman mereka sendiri. Hal berikut sesuai dengan tahap perkembangan anak usia 7-11 tahun yang berada pada tahap operasional konkret. Pada tahap ini, proses pembelajaran membutuhkan alat peraga yang konkret dan didukung oleh metode yang tepat agar anak dapat mudah memahami materi yang disampaikan. Anak-anak dalam tahap ini telah mampu merumuskan dan menggunakan konsep dengan benar, namun masih kesulitan dalam berpikir secara abstrak. Konsep pembagian masih bersifat abstrak sehingga sulit dipahami oleh siswa yang berada pada tahap perkembangan operasional konkret. Penyampaian materi pembagian memerlukan adanya alat peraga yang dapat membantu siswa memahami konsep pembagian. Salah satu metode pembelajaran yang dalam pelaksanaannya banyak menggunakan alat peraga adalah metode Montessori. Metode Montessori merupakan metode yang cocok digunakan oleh guru untuk membantu siswa dalam memahami konsep-konsep matematika. Hal tersebut berdasarkan dari beberapa penelitian yang relevan mengenai alat peraga pembagian berbasis metode Montessori. Penelitian tersebut diantaranya yaitu, penelitian pengembangan alat peraga pembagian berbasis metode Montessori dan persepsi guru terhadap penggunaan alat peraga pembagian berbasis metode Montessori dalam menyampaikan pembelajaran. Metode Montessori pertama kali dikembangkan oleh dr. Maria Montessori yang berasal dari Italia dengan menerapkannya di sekolah. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Alat peraga Montessori memiliki beberapa karakteristik, yaitu menarik, bergradasi, auto education atau merangsang siswa untuk mendidik diri sendiri, memiliki auto correction sebagai pengendali kesalahan dalam pemakaian dan kontekstual Montessori, 2002:170. SD Kanisius Kenalan Magelang adalah sekolah yang berada di daerah kaki pegunungan Menoreh, sekolah ini merupakan sekolah bersubsidi dengan mayoritas siswa dari keluarga kurang mampu. Keadaan sekolah yang kurang mampu berdampak pada penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika masih sangat minim di SD Kanisius Kenalan Magelang. Hal tersebut diperoleh berdasarkan observasi pembelajaran di kelas dan wawancara yang dilakukan dengan guru. Guru berpendapat bahwa alat peraga matematika masih minim dan jarang digunakan. Guru juga berpendapat bahwa penggunaan alat peraga menyebabkan pembelajaran berlangsung lama. Penyampaian materi pembagian tanpa menggunakan alat peraga membuat siswa kesulitan memahami konsep dari pembagian, mengingat bahwa konsep pembagian masih bersifat abstrak. 70 siswa tidak paham akan konsep pembagian dan hanya menghafalkan hasilnya saja tanpa mengetahui proses dari pemerolehan hasil pembagian tersebut. Siswa kelas II SD Kanisius Kenalan Magelang yang berjumlah 10 siswa memiliki hasil belajar matematika yang rendah, dengan rata-rata nilai 58.6. Nilai tersebut belum mencukupi KKM mata pelajaran matematika, yaitu 60. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan, dalam proses pembelajaran di temukan adanya masalah lain selain kurangnya alat peraga dalam penyampaian pembelajaran. Guru cenderung menggunakan metode ceramah selama pembelajaran berlangsung. Hal tersebut menyebabkan siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran. Banyak siswa yang mengeluh saat diminta untuk mengerjakan tugas dan beberapa siswa tidak mengerjakan tugas yang diberikan sampai selesai. Hal tersebut diperkuat oleh hasil wawancara dengan guru kelas II yang mengatakan bahwa siswa kurang antusias, sering merasa bosan dan cenderung tidak selesai dalam mengerjakan tugas serta kurang memperhatikan guru saat pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, ditemukan bahwa motivasi siswa rendah dalam mengikuti pembelajaran. Motivasi yang rendah terlihat dari rendahnya kemunculan indikator motivasi belajar. Observasi yang dilakukan berdasarkan pada indikator motivasi belajar menurut Uno 2008:23, yaitu: 1 adanya hasrat dan keinginan berhasil dalam melakukan aktivitas belajar; 2 adanya dorongan dalam belajar; 3 adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; 4 adanya lingkungan belajar yang kondusif. Berdasarkan permasalahan di atas, penggunaan alat peraga berbasis Montessori dapat dijadikan alternatif untuk membantu siswa paham akan pembelajaran matematika materi pembagian. Pembelajaran dengan menggunakan alat peraga yang menarik dapat membuat siswa tidak cepat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI bosan dan tertarik akan pembelajaran. Alat peraga juga diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian pengembangan sebelumnya, yaitu penelitian pengembangan alat peraga pembagian bilangan dua angka berbasis metode Montessori. Selain dari permasalahan yang ada di sekolah, peneliti berinisiatif untuk mengimplementasikan alat peraga pembagian berbasis metode Montessori yang telah dikembangkan ke dalam pembelajaran dengan skala kelas. Hal tersebut dikarenakan, alat peraga berbasis metode Montessori yang telah dikembangkan tersebut sebelumnya masih diterapkan untuk individu dan belum diterapkan ke dalam pembelajaran berskala kelas. Alat peraga pembagian berbasis metode Montessori tersebut merupakan alat peraga yang terbuat dari kayu berupa papan pembagian dan dilengkapi dengan papan balok kecil warna-warni. Alat peraga juga memenuhi karakteristik alat peraga Montessori yang telah disampaikan di atas. Alat peraga tersebut peneliti implementasikan dalam pembelajaran berskala kelas, yakni di kelas II SD Kanisius Kenalan Magelang. Penelitian yang dilakukan berjudul “Implementasi Alat Peraga Pembagian Berbasis Metode Montessori pada Pembelajaran Matematika Materi Pembagian Kelas II SD Kanisius Kenalan Magelang”. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

B. Pembatasan Masalah