Implementasi alat peraga pembagian berbasis metode Montessori pada pembelajaran matematika materi pembagian kelas II SD Kanisius Kenalan Magelang.

(1)

ABSTRAK

Anastasia Putranti Sidharta. 2016. Implementasi Alat Peraga Pembagian Berbasis Metode Montessori pada Pembelajaran Matematika Materi Pembagian Kelas II SD Kanisius Kenalan Magelang. Skripsi. Yogyakarta: Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

Matematika merupakan mata pelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir secara logis pada siswa. Pembelajaran matematika membutuhkan alat peraga guna memudahkan siswa memahami konsep matematika sesuai dengan kebutuhan siswa yang berada pada tahap operasional konkret. Pembagian seringkali dianggap sebagai salah satu materi yang paling sulit dimengerti oleh siswa dan pengajarannya jarang menggunakan alat peraga. Salah satu alat peraga yang dapat membantu siswa memahami konsep pembagian adalah alat peraga pembagian berbasis metode Montessori. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi alat peraga pembagian berbasis metode Montessori pada pembelajaran matematika materi pembagian di kelas II SD Kanisius Kenalan Magelang. Penelitian ini juga bertujuan untuk mendeskripsikan dampak pengimplementasian alat peraga pembagian berbasis metode Montessori dari segi hasil belajar dan motivasi belajar siswa.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah 10 siswa kelas II SD Kanisius Kenalan Magelang. Instrumen penelitian yang digunakan meliputi instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data berupa, soal tes, angket, lembar observasi, dan pedoman wawancara.

Hasil penelitian berupa deskripsi pengimplementasian alat peraga pembagian berbasis metode Montessori pada pembelajaran matematika. Dampak pengimplementasian alat peraga pembagian berbasis metode Montessori menunjukkan dampak yang positif, yaitu hasil belajar siswa yang baik, dengan rata-rata nilai tes 86, motivasi belajar siswa yang tinggi dengan rata-rata hasil angket 4.105 dan hasil observasi 81.24.

Kata kunci: implementasi, alat peraga pembagian berbasis metode Montessori, pembagian


(2)

ABSTRACT

Anastasia Putranti Sidharta. 2016. The Implementation of Division Tools Based on Montessori Method for Division Material in Mathematics Learning at the Second Grade of Kanisius Kenalan Magelang Elementary School. Thesis. Yogyakarta: Elementary School Teacher Education Program, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University.

Mathematics aims to develop students logical thinking skills. Students in the operational concrete development phase need mathematics tools on mathematics learning to help them understand the mathematics concepts. Many students usually consider the division material as one of the most difficult material to understand and the teachers rarely used matemathics tools to help the students. One of the mathematics tools that can help students is the division tool based on Montessori method. This research was aimed to describe the effect of the implementation of division tool based on Montessori method for division and to describe the effect of the implementation of division tool based on Montessori method for students learning result and students learning motivation.

This research used the descriptive qualitative method. The subjects of this research were 10 students at the second grade of Kanisius Kenalan Magelang Elementary School. The instruments of the research was learning instruments and instruments for collecting data: test, questionnaires, observation sheet, and the manual of interview.

The result of this research was the description of the implementation of division tool based on Montessori method for division material in mathematics learning. The other results of this research were the description of the effect of the implementation of division tool based on Montessori method in the students learning result and students learning motivation. The students learning result showed a good result, the score average is 86, and the students learning motivation result showed a high result with the questionnaires score average 4.105 and score of observation was 81.24.


(3)

IMPLEMENTASI ALAT PERAGA PEMBAGIAN BERBASIS METODE MONTESSORI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI

PEMBAGIAN KELAS II SD KANISIUS KENALAN MAGELANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Oleh:

Anastasia Putranti Sidharta NIM: 121134071

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

ii


(5)

iii


(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

 Tuhan Yesus Kristus  Bunda Maria

 Orangtuaku

 Saudara-saudaraku  Dosen Pembimbingku  Sahabat-sahabatku


(7)

v

HALAMAN MOTTO

“Therefore I tell you, whatever you ask for in prayer, believe that you have received it, and it will be yours”

(Mark 11:24)

“I am the Lord’s servant; Let it be to me according to your word” (Luke 1:38)

“Come to Me, all of you who are weary and carry heavy burdened and I will give you rest”


(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 16 Juni 2016

Penulis


(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Anastasia Putranti Sidharta

Nomor Induk Mahasiswa : 121134071

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya ,memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

“IMPLEMENTASI ALAT PERAGA PEMBAGIAN BERBASIS METODE MONTESSORI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI PEMBAGIAN KELAS II SD KANISIUS KENALAN MAGELANG”

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya

selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 16 Juni 2016

Yang menyatakan,


(10)

viii ABSTRAK

Anastasia Putranti Sidharta. 2016. Implementasi Alat Peraga Pembagian Berbasis Metode Montessori pada Pembelajaran Matematika Materi Pembagian Kelas II SD Kanisius Kenalan Magelang. Skripsi. Yogyakarta: Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

Matematika merupakan mata pelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir secara logis pada siswa. Pembelajaran matematika membutuhkan alat peraga guna memudahkan siswa memahami konsep matematika sesuai dengan kebutuhan siswa yang berada pada tahap operasional konkret. Pembagian seringkali dianggap sebagai salah satu materi yang paling sulit dimengerti oleh siswa dan pengajarannya jarang menggunakan alat peraga. Salah satu alat peraga yang dapat membantu siswa memahami konsep pembagian adalah alat peraga pembagian berbasis metode Montessori. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi alat peraga pembagian berbasis metode Montessori pada pembelajaran matematika materi pembagian di kelas II SD Kanisius Kenalan Magelang. Penelitian ini juga bertujuan untuk mendeskripsikan dampak pengimplementasian alat peraga pembagian berbasis metode Montessori dari segi hasil belajar dan motivasi belajar siswa.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah 10 siswa kelas II SD Kanisius Kenalan Magelang. Instrumen penelitian yang digunakan meliputi instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data berupa, soal tes, angket, lembar observasi, dan pedoman wawancara.

Hasil penelitian berupa deskripsi pengimplementasian alat peraga pembagian berbasis metode Montessori pada pembelajaran matematika. Dampak pengimplementasian alat peraga pembagian berbasis metode Montessori menunjukkan dampak yang positif, yaitu hasil belajar siswa yang baik, dengan rata-rata nilai tes 86, motivasi belajar siswa yang tinggi dengan rata-rata hasil angket 4.105 dan hasil observasi 81.24.

Kata kunci: implementasi, alat peraga pembagian berbasis metode Montessori, pembagian


(11)

ix ABSTRACT

Anastasia Putranti Sidharta. 2016. The Implementation of Division Tools Based on Montessori Method for Division Material in Mathematics Learning at the Second Grade of Kanisius Kenalan Magelang Elementary School. Thesis. Yogyakarta: Elementary School Teacher Education Program, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University.

Mathematics aims to develop students logical thinking skills. Students in the operational concrete development phase need mathematics tools on mathematics learning to help them understand the mathematics concepts. Many students usually consider the division material as one of the most difficult material to understand and the teachers rarely used matemathics tools to help the students. One of the mathematics tools that can help students is the division tool based on Montessori method. This research was aimed to describe the effect of the implementation of division tool based on Montessori method for division and to describe the effect of the implementation of division tool based on Montessori method for students learning result and students learning motivation.

This research used the descriptive qualitative method. The subjects of this research were 10 students at the second grade of Kanisius Kenalan Magelang Elementary School. The instruments of the research was learning instruments and instruments for collecting data: test, questionnaires, observation sheet, and the manual of interview.

The result of this research was the description of the implementation of division tool based on Montessori method for division material in mathematics learning. The other results of this research were the description of the effect of the implementation of division tool based on Montessori method in the students learning result and students learning motivation. The students learning result showed a good result, the score average is 86, and the students learning motivation result showed a high result with the questionnaires score average 4.105 and score of observation was 81.24.


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat, rahmat, dan karunia yang telah diberikan. Sehingga, penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Alat Peraga Pembagian Berbasis Metode Montessori pada Pembelajaran Matematika Materi Pembagian

SD Kanisius Kenalan Magelang”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan dan dukungan dari berbagai

pihak, skripsi ini tidak akan terwujud seperti adanya sekarang ini. Oleh karena itu,

penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membimbing

dan memberi dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam

proses penyusunan skripsi ini.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Christiyanti Aprinastuti, S. Si., M. Pd. selaku Kaprodi PGSD.

3. Apri Damai Sagita Krissandi, S. S., M. Pd. selaku Wakaprodi PGSD.

4. Dra. Haniek Sri Pratini, M. Pd. selaku dosen pembimbing I yang telah

memberikan banyak bimbingan dan dukungan dengan sabar dan bijaksana.

5. Maria Melani Ika Susanti, S. Pd., M. Pd. selaku dosen pembimbing II yang

telah memberikan banyak bimbingan dan dukungan dengan sabar dan


(13)

xi

6. H. Suroto, A. MaPd. selaku Kepala SD Kanisius Kenalan Magelang yang

telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian di SD Kanisius

Kenalan Magelang.

7. Vincentia Orisa Ratih Prastiwi, S. Pd selaku guru kelas II SD Kanisius

Kenalan Magelang yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian di

sekolah.

8. Fransiskus Xaverius Fri Harna selaku guru di SD Kanisius Kenalan

Magelang yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian di sekolah.

9. Seluruh siswa kelas II SD Kanisius Kenalan Magelang yang telah

memberikan waktu kepada peneliti untuk bekerjasama selama penilitian

berlangsung.

10.Orangtua saya, Elisabeth Purwanti, Heribertus Ponimin dan Santri

Sidharta yang tanpa lelah memberikan doa, dukungan, bimbingan dan

kasih sayang kepada saya.

11.Segenap keluarga saya yang selalu mendoakan, dan memberi dukungan

pada saya.

12.Teman-teman seperjuangan PGSD angkatan 2012, Sr. Nining Dwi

Susilowati, Elisabeth Riris Kusumawati, Monica Nugraheni Sulistya,

Regina Riskha Gustanti, Monica Putri Handayani, Susanna Nur

Widyaningrum, Maria Nike, dan semuanya yang telah memberikan doa,

motivasi, dan dukungan. Sebuah berkat yang indah bisa berjuang bersama


(14)

xii

13.Sahabat-sahabat saya yang selalu mendukung dan mendoakan dari jauh,

Lendy Setadianar, Kinanti Ajeng Drastyana, dan Vonia Lucky. Mengenal

kalian dan bersama kalian adalah salah satu anugerah yang indah.

14.Teman-teman guru SD Kanisius Gowongan yang memberikan doa dan

dukungan.

15.Teman-teman OMK Seyegan yang memberi semangat dan dukungan.

16.Teman-teman PGSD Montessori Club; Mbak Mido, Susan, Bayu, Stefi,

Mas Noi, Mbak Fetra, Mas Andre, Mbak Charla, Mbak Danik, Mas Bowo,

Mbak Dina, Mba Rindi, Dani, Dea, Adi, Siska Estri, Tri, Angel, Aster,

Siska, Sr. Ika, Pipit, Desty, Dewi, dan Oki.

17.Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih

atas bantuan, doa dan dukungan selama ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat

banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun dari berbagai pihak untuk perbaikan skripsi ini. Akhirnya, penulis

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan bagi

seluruh pihak yang membaca.

Yogyakarta, 01 Juni 2016

Penulis


(15)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR BAGAN ... xvii

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8


(16)

xiv

F. Asumsi Penelitian ... 9

G. Definisi Operasional ... 10

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

A. Teori yang mendukung ... 11

1. Teori Perkembangan Anak ... 11

2. Metode Montessori ... 13

3. Alat Peraga Berbasis Metode Montessori... 14

a. Pengertian Alat Peraga ... 14

b. Alat Peraga Montessori ... 15

c. Alat Peraga Pembagian Berbasis Metode Montessori ... 17

4. Pembelajaran Matematika di Kelas ... 19

a. Hakikat Pembelajaran Matematika di Kelas ... 19

b. Materi Pembagian di Kelas II Sekolah Dasar ... 19

5. Hakikat Motivasi Belajar ... 20

6. Hasil Belajar ... 23

B. Penelitian yang Relevan ... 24

C. Kerangka Berpikir ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 28

A. Jenis Penelitian ... 28

B. Rancangan Penelitian ... 28

C. Setting Penelitian ... 30

1. Tempat Penelitian ... 30


(17)

xv

3. Waktu Penelitian ... 30

D. Teknik Pengumpulan Data ... 30

E. Instrumen Penelitian ... 33

1. Instrumen Pembelajaran ... 33

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 34

F. Kredibilitas dan Transferabilitas ... 40

1. Kredibilitas (Credibility) ... 40

2. Transferabilitas (Transferability) ... 41

G. Teknik Analisis Data ... 42

1. Data Kuantitatif ... 42

2. Data Kualitatif ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Hasil Penelitian ... 46

1. Pelaksanaan Implementasi Alat Peraga Pembagian Berbasis Metode Montessori ... 46

a. Pertemuan I ... 46

b. Pertemuan II ... 48

c. Pertemuan III ... 51

d. Pertemuan IV ... 53

2. Hasil Belajar Siswa ... 54

3. Hasil Analisis Kemunculan Indikator Motivasi Belajar Siswa ... 55

4. Hasil Analisis Angket Motivasi Belajar Siswa ... 60


(18)

xvi

6. Hasil Wawancara Guru terkait Pengimplementasian Alat

Peraga Pembagian Berbasis Metode Montessori ... 62

B. Pembahasan ... 63

1. Hasil Implementasi ... 63

2. Dampak Pengimplementasian Alat Peraga Pembagian Berbasis Metode Montessori ... 64

a. Dampak bagi Hasil Belajar ... 64

b. Dampak bagi Motivasi Belajar Siswa ... 65

BAB IV PENUTUP ... 67

A. Kesimpulan ... 67

B. Keterbatasan Penelitian ... 68

C. Saran ... 68

DAFTAR REFERENSI ... 69

LAMPIRAN ... 72


(19)

xvii

DAFTAR BAGAN

Halaman


(20)

xviii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3. 1 Hasil Validasi Ahli Instrumen Pembelajaran ... 34

Tabel 3. 2 Kisi-kisi Soal Tes ... 34

Tabel 3. 3 Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar Siswa ... 36

Tabel 3. 4 Hasil Validasi Angket Motivasi Belajar Siswa ... 36

Tabel 3. 5 Kisi-kisi Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa ... 37

Tabel 3. 6 Hasil Validasi Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa ... 38

Tabel 3. 7 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Guru... 38

Tabel 3. 8 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Guru ... 39

Tabel 3. 9 Klasifikasi Hasil Validasi Ahli ... 43

Tabel 3. 10 Kriteria Penilaian Observasi dan Hasil Tes ... 43

Tabel 3. 11 Klasifikasi Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa ... 44

Tabel 4. 1 Hasil Belajar Siswa ... 54

Tabel 4. 2 Hasil Analisis Kemunculan Indikator Motivasi Belajar Siswa .... 56

Tabel 4. 3 Hasil Analisis Angket Motivasi Belajar Siswa ... 60

Tabel 4. 4 Paparan Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa ... 61

Tabel 4. 5 Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa ... 62


(21)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 RPP Pertemuan I ... 73

Lampiran 2 RPP Pertemuan II ... 83

Lampiran 3 RPP Pertemuan III ... 94

Lampiran 4 RPP Pertemuan IV ... 103

Lampiran 5 LKS Pertemuan I ... 113

Lampiran 6 LKS Pertemuan II ... 117

Lampiran 7 LKS Pertemuan III ... 121

Lampiran 8 LKS Pertemuan IV ... 124

Lampiran 9 Soal Tes ... 128

Lampiran 10 Angket Siswa ... 130

Lampiran 11 Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa ... 133

Lampiran 12 Lembar Validasi Ahli Instrumen Pembelajaran oleh Dosen ... 137

Lampiran 13 Lembar Validasi Ahli Instrumen Pembelajaran oleh Kepala Sekolah ... 142

Lampiran 14 Lembar Validasi Ahli Instrumen Pembelajaran oleh Guru ... 147

Lampiran 15 Lembar Validasi Ahli Instrumen Pengumpulan Data oleh Dosen I ... 152

Lampiran 16 Lembar Validasi Ahli Instrumen Pengumpulan Data oleh Dosen II ... 157


(22)

xx

Lampiran 17 Hasil Kerja Siswa Pertemuan I ... 162

Lampiran 18 Hasil Kerja Siswa Pertemuan II ... 165

Lampiran 19 Hasil Kerja Siswa Pertemuan III ... 168

Lampiran 20 Hasil Kerja Siswa Pertemuan IV ... 170

Lampiran 21 Angket Siswa yang telah diisi Siswa ... 173

Lampiran 22 Soal Tes yang telah dikerjakan Siswa ... 179

Lampiran 23 Lembar Observasi Pertemuan I ... 183

Lampiran 24 Lembar Observasi Pertemuan II ... 186

Lampiran 25 Lembar Observasi Pertemuan III ... 189

Lampiran 26 Lembar Observasi Pertemuan IV ... 192

Lampiran 27 Transkrip Video Pertemuan I ... 195

Lampiran 28 Transkrip Video Pertemuan II ... 204

Lampiran 29 Transkrip Video Pertemuan III ... 213

Lampiran 30 Transkrip Video Pertemuan IV ... 220

Lampiran 31 Transkrip Wawancara Guru ... 226

Lampiran 32 Dokumentasi Foto Saat Penelitian ... 228

Lampiran 33 Surat Ijin Penelitian ... 229


(23)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan nasional merupakan salah satu sektor pembangunan

nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Mendikbud,

2012:1). Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah salah satu tujuan Negara

Indonesia yang tercantumkan dalam Pembukaan Undang-undang Dasar

1945. Pendidikan yang baik merupakan sebuah awal yang baik bagi

kemajuan sebuah bangsa. Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003,

penyelenggaraan pendidikan hendaknya mewujudkan perkembangan

kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa dan negara

Indonesia (Mendikbud, 2012:2).

Kualitas pendidikan di Indonesia dipengaruhi oleh proses

pembelajaran yang terjadi di sekolah, baik dari sekolah dasar hingga

menengah. Proses pembelajaran merupakan sebuah proses interaksi antara

guru dan siswa dalam memperoleh ilmu. Pembelajaran yang baik akan

menghasilkan kualitas siswa yang baik dari sisi hasil belajar maupun

perkembangan sosial pribadi siswa. Susetyo (2012:24) mengatakan bahwa

guru bertanggung jawab merencanakan aktivitas pembelajaran berdasarkan

berbagai pertimbangan dari sisi siswa, dari segi materi ajar, kemampuan


(24)

Salah satu pembelajaran yang disampaikan pada siswa di sekolah

adalah Matematika. Matematika merupakan pelajaran yang mengajarkan

anak tentang kemampuan berhitung, baik penjumlahan, pengurangan,

perkalian, dan pembagian. Pembagian adalah pengurangan berulang dan

merupakan salah satu materi dalam pelajaran matematika yang dipelajari

siswa dari SD hingga SMA. Siswa harus memahami konsep dari

pembagian dari awal agar tidak mengalami kesulitan pada tahap

berikutnya. Namun konsep pembagian masih bersifat abstrak sehingga

sulit dipahami oleh siswa

Suwarsono (dalam Jaeng, 2004:3) mengatakan bahwa pelajaran

matematika sering dianggap oleh sebagian besar siswa sebagai pelajaran

yang sulit dan masih banyak siswa memperoleh hasil belajar yang kurang

memuaskan. Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya pemahaman

konsep-konsep matematika. Penyebab lainnya, yaitu adanya keterbatasan alat

peraga matematika yang digunakan guru dalam penyampaian materi

pembelajaran.

Penggunaan alat peraga merupakan alternatif yang dapat

digunakan dalam penyampaian materi pembelajaran pada siswa. Sudono

(2010:5) mengatakan bahwa alat peraga adalah alat yang berfungsi untuk

menerangkan suatu materi pelajaran tertentu dalam pembelajaran. Melalui

alat peraga, siswa dapat membangun pengetahuan dari pengalaman mereka


(25)

Hal berikut sesuai dengan tahap perkembangan anak usia 7-11

tahun yang berada pada tahap operasional konkret. Pada tahap ini, proses

pembelajaran membutuhkan alat peraga yang konkret dan didukung oleh

metode yang tepat agar anak dapat mudah memahami materi yang

disampaikan. Anak-anak dalam tahap ini telah mampu merumuskan dan

menggunakan konsep dengan benar, namun masih kesulitan dalam

berpikir secara abstrak.

Konsep pembagian masih bersifat abstrak sehingga sulit dipahami

oleh siswa yang berada pada tahap perkembangan operasional konkret.

Penyampaian materi pembagian memerlukan adanya alat peraga yang

dapat membantu siswa memahami konsep pembagian. Salah satu metode

pembelajaran yang dalam pelaksanaannya banyak menggunakan alat

peraga adalah metode Montessori.

Metode Montessori merupakan metode yang cocok digunakan oleh

guru untuk membantu siswa dalam memahami konsep-konsep matematika.

Hal tersebut berdasarkan dari beberapa penelitian yang relevan mengenai

alat peraga pembagian berbasis metode Montessori. Penelitian tersebut

diantaranya yaitu, penelitian pengembangan alat peraga pembagian

berbasis metode Montessori dan persepsi guru terhadap penggunaan alat

peraga pembagian berbasis metode Montessori dalam menyampaikan

pembelajaran.

Metode Montessori pertama kali dikembangkan oleh dr. Maria


(26)

Alat peraga Montessori memiliki beberapa karakteristik, yaitu menarik,

bergradasi, auto education atau merangsang siswa untuk mendidik diri

sendiri, memiliki auto correction sebagai pengendali kesalahan dalam

pemakaian dan kontekstual (Montessori, 2002:170).

SD Kanisius Kenalan Magelang adalah sekolah yang berada di

daerah kaki pegunungan Menoreh, sekolah ini merupakan sekolah

bersubsidi dengan mayoritas siswa dari keluarga kurang mampu. Keadaan

sekolah yang kurang mampu berdampak pada penggunaan alat peraga

dalam pembelajaran matematika masih sangat minim di SD Kanisius

Kenalan Magelang. Hal tersebut diperoleh berdasarkan observasi

pembelajaran di kelas dan wawancara yang dilakukan dengan guru. Guru

berpendapat bahwa alat peraga matematika masih minim dan jarang

digunakan. Guru juga berpendapat bahwa penggunaan alat peraga

menyebabkan pembelajaran berlangsung lama.

Penyampaian materi pembagian tanpa menggunakan alat peraga

membuat siswa kesulitan memahami konsep dari pembagian, mengingat

bahwa konsep pembagian masih bersifat abstrak. 70% siswa tidak paham

akan konsep pembagian dan hanya menghafalkan hasilnya saja tanpa

mengetahui proses dari pemerolehan hasil pembagian tersebut. Siswa

kelas II SD Kanisius Kenalan Magelang yang berjumlah 10 siswa

memiliki hasil belajar matematika yang rendah, dengan rata-rata nilai 58.6.

Nilai tersebut belum mencukupi KKM mata pelajaran matematika, yaitu


(27)

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan, dalam

proses pembelajaran di temukan adanya masalah lain selain kurangnya alat

peraga dalam penyampaian pembelajaran. Guru cenderung menggunakan

metode ceramah selama pembelajaran berlangsung. Hal tersebut

menyebabkan siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran.

Banyak siswa yang mengeluh saat diminta untuk mengerjakan tugas dan

beberapa siswa tidak mengerjakan tugas yang diberikan sampai selesai.

Hal tersebut diperkuat oleh hasil wawancara dengan guru kelas II yang

mengatakan bahwa siswa kurang antusias, sering merasa bosan dan

cenderung tidak selesai dalam mengerjakan tugas serta kurang

memperhatikan guru saat pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, ditemukan bahwa

motivasi siswa rendah dalam mengikuti pembelajaran. Motivasi yang

rendah terlihat dari rendahnya kemunculan indikator motivasi belajar.

Observasi yang dilakukan berdasarkan pada indikator motivasi belajar

menurut Uno (2008:23), yaitu: (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil

dalam melakukan aktivitas belajar; (2) adanya dorongan dalam belajar; (3)

adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; (4) adanya lingkungan

belajar yang kondusif.

Berdasarkan permasalahan di atas, penggunaan alat peraga berbasis

Montessori dapat dijadikan alternatif untuk membantu siswa paham akan

pembelajaran matematika materi pembagian. Pembelajaran dengan


(28)

bosan dan tertarik akan pembelajaran. Alat peraga juga diharapkan dapat

meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Penelitian ini merupakan

penelitian lanjutan dari penelitian pengembangan sebelumnya, yaitu

penelitian pengembangan alat peraga pembagian bilangan dua angka

berbasis metode Montessori. Selain dari permasalahan yang ada di sekolah,

peneliti berinisiatif untuk mengimplementasikan alat peraga pembagian

berbasis metode Montessori yang telah dikembangkan ke dalam

pembelajaran dengan skala kelas. Hal tersebut dikarenakan, alat peraga

berbasis metode Montessori yang telah dikembangkan tersebut

sebelumnya masih diterapkan untuk individu dan belum diterapkan ke

dalam pembelajaran berskala kelas.

Alat peraga pembagian berbasis metode Montessori tersebut

merupakan alat peraga yang terbuat dari kayu berupa papan pembagian

dan dilengkapi dengan papan balok kecil warna-warni. Alat peraga juga

memenuhi karakteristik alat peraga Montessori yang telah disampaikan di

atas. Alat peraga tersebut peneliti implementasikan dalam pembelajaran

berskala kelas, yakni di kelas II SD Kanisius Kenalan Magelang.

Penelitian yang dilakukan berjudul “Implementasi Alat Peraga Pembagian Berbasis Metode Montessori pada Pembelajaran Matematika Materi Pembagian Kelas II SD Kanisius Kenalan Magelang”.


(29)

B. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada implementasi alat peraga pembagian

berbasis metode Montessori pada pembelajaran matematika materi

pembagian kelas II SD Kanisius Kenalan Magelang. Penelitian ini

berfokus pada Standar Kompetensi 3. Melakukan perkalian dan

pembagian bilangan sampai dua angka dengan Kompetensi Dasar 3.2 Melakukan pembagian bilangan dua angka. Hasil belajar hanya terbatas pada hasil tes siswa pada akhir pembelajaran. Motivasi belajar siswa yang

dibahas pada penelitian ini dibatasi pada indikator motivasi belajar

menurut Uno (2008:23), yaitu: (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil

dalam melakukan aktivitas belajar, (2) adanya dorongan dalam belajar; (3)

adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; (4) adanya lingkungan

belajar yang kondusif.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang terdapat dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana implementasi alat peraga pembagian berbasis metode

Montessori pada pembelajaran matematika materi pembagian di kelas

II SD Kanisius Kenalan Magelang?

2. Bagaimana dampak pengimplementasian alat peraga pembagian

berbasis metode Montessori pada pembelajaran matematika materi

pembagian di kelas II SD Kanisius Kenalan Magelang ditinjau dari


(30)

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan pengimplementasian alat peraga pembagian berbasis

metode Montessori pada pembelajaran matematika materi pembagian

di kelas II SD Kanisius Kenalan Magelang.

2. Mendeskripsikan dampak pengimplementasian alat peraga pembagian

berbasis metode Montessori pada pembelajaran matematika materi

pembagian di kelas II SD Kanisius Kenalan Magelang ditinjau dari

hasil belajar dan motivasi belajar siswa.

E. Manfaat Penelitian 1. Teoritis

Hasil penelitian dapat menambah wawasan dalam bidang pendidikan

mengenai alat peraga berbasis metode Montessori, yang dapat

dijadikan acuan untuk mengembangkannya sebagai upaya memajukan

kualitas pendidikan di Indonesia.

2. Praktis

a. Bagi Siswa

Penelitian ini dapat membantu siswa kelas II SD Kanisius Kenalan

Magelang untuk meningkatkan pemahaman konsep pembagian


(31)

b. Bagi Guru

Guru mendapatkan informasi dan memperoleh pengalaman tentang

alat peraga berbasis metode Montessori. Guru juga mengetahui alat

peraga yang dapat digunakan untuk penyampaian materi

pembagian pada siswa.

c. Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk mengembangkan

alat-alat peraga matematika yang baik untuk membantu siswa dalam

pembelajaran sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran.

d. Bagi Peneliti

Penelitian ini memberikan pengalaman yang berharga bagi peneliti,

peneliti dapat mengenal lingkungan baru, membantu siswa di

daerah yang membutuhkan, dan mengimplementasikan alat peraga

berbasis metode Montessori di sekolah.

F. Asumsi Penelitian

Asumsi penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Proses implementasi alat peraga pembagian berbasis metode

Montessori berjalan dengan baik.

2. Implementasi alat peraga pembagian berbasis metode Montessori


(32)

G. Definisi Operasional

1. Alat peraga adalah alat yang berfungsi menerangkan suatu materi

pelajaran tertentu dalam pembelajaran guna mencapai tujuan

pembelajaran.

2. Alat peraga berbasis metode Montessori adalah alat peraga yang

dibuat berdasarkan karakteristik alat peraga Montessori, yaitu menarik,

bergradasi, auto education, auto correction dan kontekstual.

3. Alat peraga pembagian berbasis metode Montessori adalah alat peraga

yang dibuat berdasarkan karakteristik alat peraga Montessori yang

digunakan untuk membantu penyampaian konsep atau materi

pembagian.

4. Pelajaran Matematika adalah suatu pelajaran yang mengajarkan anak

tentang kemampuan berhitung dan dapat mengembangkan

kemampuan berpikir siswa.

5. Pembagian merupakan pengurangan berulang dengan bilangan yang

sama.

6. Motivasi belajar siswa adalah adalah segala sesuatu yang mendorong

siswa untuk belajar.

7. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki seseorang setelah


(33)

11 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori yang mendukung

1. Teori Perkembangan Anak

Jean Piaget adalah seorang ahli psikologi yang sangat terkenal

dengan teori konstruktivisme (Suparno, 2001:5). Piaget mengungkapkan

bahwa dalam perkembangan kognitif anak, terdapat empat tahap

perkembangan. Tahap tersebut, diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Tahap Sensorimotor (Umur 0-2 tahun)

Tahap ini merupakan tahapan awal perkembangan kognitif pada

anak. Pada tahap ini, anak memperoleh pengetahuan melalui

interaksinya dengan orang lain dan dari benda yang ada di sekitarnya.

Selama tahap ini, anak menjajaki dunia mereka dengan menggunakan

indera dan kemampuan motorik yang dimiliki (Slavin, 2011:45).

b. Tahap Praoperasional (umur 3-7 tahun)

Pada tahapan ini anak sudah mulai menggunakan simbol untuk

menggambarkan sebuah objek maupun peristiwa. Simbol yang

digunakan berupa kata-kata dan gambaran. Pada tahap ini, konsep dan

bahasa anak berkembang secara luar biasa (Slavin, 2011:46). Anak juga

mulai menyukai kegiatan menggambar dan mulai berbicara. Saat


(34)

mereka, yaitu percaya bahwa semua orang melihat dunia ini seperti apa

yang ia lihat (Slavin, 2011:49).

c. Tahap Operasional Konkret (umur 7-11 tahun)

Anak yang berada pada tahap ini sudah mulai berpikir secara

logis. Anak yang berkembang dengan sistem berpikir logis dapat

menggunakan pikirannya untuk memecahkan masalah-masalah konkret

(Suparno, 2001:69). Anak memang sudah berpikir secara logis, namun

masih memiliki keterbatasan pada hal bersifat konkret yaitu kesulitan

dalam bepikir secara abstrak.

d. Tahap Operasional Formal (11 tahun ke atas)

Pada tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis.

Anak dapat memecahkan masalah melalui penggunaan eksperimentasi

sistematik (Slavin, 2011:45). Selain itu, anak juga telah mampu

menyimpulkan pengalaman yang diperolehnya.

Berdasarkan teori perkembangan Piaget, siswa SD berada pada

rentang 7-11 tahun, sehingga berada pada tahap operasional konkret. Anak

senang menggunakan objek-objek untuk belajar, yang merupakan dasar

dari tahapan operasional konkret. Anak sudah mulai dapat berpikir logis,

namun masih memiliki kesulitan dalam bepikir secara abstrak. Oleh karena

itu, proses pembelajaran diharapkan mampu memberikan kesempatan pada

siswa untuk belajar melalui benda konkret. Penggunaan


(35)

hubungan dan memecahkan masalah sesuai dengan kebutuhan pada tahap

perkembangannya (Slavin, 2011:50).

2. Metode Montessori

Metode Montessori merupakan metode pembelajaran yang

dikembangkan oleh Maria Montessori (1870-1952) dengan konsep belajar

sambil bermain (Holt, 2008:xi). Maria Montessori adalah seorang dokter

wanita di Italia yang mendirikan Casa dei Bambini atau Children’s House. Casa dei Bambini merupakan sekolah untuk anak-anak dari lingkungan

pinggiran di Roma. Montessori menemukan metode belajar yang sesuai

dengan kebutuhan anak melalui observasi yang ia lakukan selama ia

mengajar di Casa dei Bambini.

Montessori menciptakan lingkungan belajar yang dipersiapkan.

Lingkungan yang dipersiapkan dapat mengembangkan kepribadian,

pengetahuan, dan kemandiriannya semaksimal mungkin. Anak-anak dalam

kelas Montessori, bebas memilih apa yang akan mereka kerjakan, anak

juga dapat bekerja dalam kelompok berbeda usia yang memungkinkan

anak untuk berinteraksi dengan bebas dan lepas.

Montessori mengungkapkan bahwa anak berhasil bukan karena

diajarkan oleh guru melainkan oleh pengalaman mereka sendiri (Magini,

2013:55). Montessori melihat kemandirian sebagai unsur penting dalam

pembelajaran. Montessori berpendapat bahwa pendidikan semestinya

membantu anak untuk melakukan sendiri segala sesuatu yang berguna


(36)

menjadi individu yang dapat mengembangkan begitu banyak kemampuan

untuk masa depannya.

3. Alat Peraga Berbasis Metode Montessori a. Pengertian Alat Peraga

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan alat

sebagai benda yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu, sedangkan

peraga adalah alat media pengajaran untuk memperagakan suatu

pengajaran (KBBI, 2005). Selain itu, Sudono (2010:5) mengungkapkan

bahwa alat peraga merupakan alat yang berfungsi untuk menerangkan

materi pelajaran tertentu dalam proses belajar mengajar. Hal tersebut

diperkuat oleh Anitah (2010:10) yang berpendapat bahwa alat peraga

sebaiknya digunakan apabila alat peraga tersebut mendukung

tercapainya tujuan pembelajaran. Menurut fungsinya, Munadi (dalam

Metasari, 2014:11) mengatakan bahwa fungsi utama alat peraga adalah

menjadi sumber belajar yang akan menuntun siswa mencapai konsep

pembelajaran hingga sampai pada tujuan pembelajaran dengan

batasan-batasan tertentu.

Melalui alat peraga, hal-hal yang bersifat abstrak dapat disajikan

dengan alat peraga yang konkret sehingga dapat mempermudah siswa

dalam memahami. Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa alat


(37)

pelajaran tertentu dalam pembelajaran guna mencapai tujuan

pembelajaran.

b. Alat Peraga Montessori

Alat peraga Montessori merupakan alat peraga yang digunakan

untuk mengajar anak dengan rancangan yang sederhana, indah, dan

memungkinkan mereka untuk menggali pengetahuan,

merepresentasikan konsep dan juga mengkoreksi kesalahannya sendiri

(Lillard, 2011:11). Alat peraga yang didesain Montessori disebut

sebagai alat peraga didaktis yang memiliki unsur pengendali kesalahan

(Magini, 2013:54). Lillard (2011:137) mengatakan bahwa alat peraga

matematika Montessori tidak dirancang untuk mengajar matematika

tetapi untuk mengembangkan kemampuan berpikir matematika,

meliputi: memahami perintah, mengurutkan, mengabstraksikan, dan

kemampuan untuk mengkonstruksikan pengetahuan-pengetahuan

menjadi suatu konsep baru. Alat peraga Montessori hendaknya

memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Montessori, 2002:173-179):

1) Secara spontan menarik perhatian anak.

Alat peraga dalam pembelajaran hendaknya memiliki

keindahan baik dari segi warna dan kecerahannya. Alat-alat peraga

Montessori dirancang dengan warna yang terang dan lembut.

Alat-alat peraga dibuat semenarik mungkin untuk membangkitkan

keinginan anak untuk menyentuh, meraba, dan menggunakan alat


(38)

digunakan Montessori untuk menciptakan alat peraga sensorial

yang mengarahkan pada pengaktifan dan pemekaan seluruh indera

manusia (Montessori, 2002:174).

2) Mengandung gradasi rangsangan yang rasional

Penekanan gradasi dalam pembelajaran Montessori

didasarkan pada rasional anak. Rasional anak terbentuk secara

bertahap ketika anak bekerja dengan alat peraga. Gradasi

dibedakan menjadi dua yakni gradasi umur dan gradasi rangsangan

rasional.

3) Auto-correction

Alat peraga Montessori memiliki pengendali kesalahan

(auto-correction). Pengendali kesalahan dapat menunjukkan sendiri

setiap kesalahan sehingga anak menyadari apabila telah melakukan

kekeliruan. Tanpa ada orang lain yang mengkoreksi, alat peraga

sudah mampu menjawab letak kesalahan anak (Magini,

2013:54-55).

4) Auto-education

Alat peraga Montessori dirancang untuk memungkinkan

anak melakukan pendidikan diri. Anak membawa dan

mempergunakan alat peraga sendiri, sehingga mampu menyerap

pemahaman yang ia peroleh sendiri tanpa diberitahu orang lain.


(39)

berperan sebagai pengamat yang memberikan arahan pada anak

ketika belajar.

5) Kontekstual

Lillard (2005:32) mengungkapkan bahwa salah satu prinsip

pembelajaran Montessori adalah belajar sesuai dengam konteks.

Konteks dalam hal ini diartikan sebagai lingkungan sekitar.

Pembuatan alat peraga oleh Montessori menggunakan bahan yang

didapat dari lingkungan sekitar. Ciri kontekstual pada alat perga

Montessori ini merupakan pengembangan dari penelitian yang

telah dilakukan. Pengembangan tersebut didasari oleh Montessori

sendiri yang memanfaatkan lingkungan sebagai konteks

pembelajaran tanpa batas.

Berdasarkan kajian di atas, dapat disimpulkan bahwa alat

peraga berbasis metode Montessori adalah alat peraga yang

dirancang untuk mengajar anak yang dibuat berdasarkan

karakteristik alat peraga Montessori, yaitu menarik, bergradasi,

auto education,auto correction dan kontekstual.

c. Alat Peraga Pembagian Berbasis Metode Montessori

Alat peraga pembagian berbasis metode Montessori adalah alat

peraga yang dibuat berdasarkan karakteristik alat peraga Montessori

yang digunakan untuk membantu penyampaian konsep atau materi


(40)

digunakan di dalam penelitian ini adalah alat peraga yang telah

dikembangkan sebelumnya.

Pengembangan alat peraga disesuaikan dengan kebutuhan alat,

Standar Kompetensi, dan Kompetensi Dasar di kelas II. Alat peraga

pembagian ini diadopsi dari alat peraga stamp games. Alat peraga yang

telah dikembangkan terdiri dari (1) kotak balok, (2) papan pembagian,

(3) kartu soal, (4) balok satuan, puluhan, ratusan, dan ribuan, (5) pion,

dan (6) album penggunaan alat peraga. Alat peraga dibuat berdasarkan

dari karakeristik alat peraga Montessori, yaitu:

1) Menarik, terlihat dari warna alat peraga yang memiliki

warna-warna yang cerah.

2) Bergradasi, terlihat dari bentuk alat peraga yang berupa balok

dengan papan yang berlubang sehingga mampu merangsang dan

melatih sensorial anak.

3) Auto-education, alat dapat membantu siswa memahami sendiri

konsep yang ia temukan melalui alat peraga tanpa bantuan orang

lain.

4) Auto-correction, alat memiliki pengendali kesalahan berupa

jawaban di balik kartu soal, dan kesesuaian letak balok dengan pion

dan lubang pada papan pembagian.

5) Kontekstual, alat terbuat dari bahan yang terdapat di lingkungan


(41)

4. Pembelajaran Matematika di Kelas

a. Hakikat Pembelajaran Matematika di Kelas

Matematika merupakan suatu ilmu umum yang mendasari

perkembangan teknologi, disiplin ilmu, dan mampu meningkatkan

kemampuan pikir manusia (KTSP, 2006:153). Selain itu, Hudojo

(2001:45) juga mengatakan bahwa matematika merupakan suatu alat

untuk mengembangkan cara berpikir. Oleh karena itu, matematika

hendaknya diberikan kepada peserta didik karena diperlukan dalam

kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran matematika diberikan kepada

siswa untuk membekali siswa agar mampu mengembangkan

kemampuan berpikir secara logis, analisis, sistematis, kritis, kreatif,

dan kemampuan bekerja sama dengan orang lain (Rahayu, 2014:19).

Berdasarkan pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa

pelajaran matematika adalah suatu pelajaran yang mengajarkan anak

tentang kemampuan berhitung dan dapat mengembangkan

kemampuan berpikir siswa.

b. Materi Pembagian di Kelas II Sekolah Dasar

Pembagian merupakan pengurangan berulang dengan bilangan

yang sama (Buchori, 2008:155). Materi pembagian dalam penelitian

ini berdasarkan pada Standar Kompetensi 3. Melakukan perkalian dan

pembagian bilangan sampai dua angka dan Kompetensi Dasar 3.2

Melakukan perkalian yang hasilnya bilangan dua angka dan


(42)

di kelas II terdiri dari: 1) pembagian sebagai pengurangan berulang

dan 2) pembagian bilangan dua angka dengan bilangan satu angka.

Berikut contoh materi pembagian yang diajarkan pada kelas II SD.

1) Pembagian bilangan dua angka dengan bilangan satu angka

menggunakan cara pengurangan berulang bersusun ke samping

21:7 = 21-7-7-7 = 0, pengurangan 7 sebanyak 3 kali. Jadi, 21:7= 3.

2) Pembagian bilangan dua angka dengan bilangan satu angka

menggunakan cara pengurangan berulang bersusun ke bawah.

9:3 =

Materi soal pembagian di kelas II juga disajikan dalam bentuk soal cerita.

Soal cerita yang disajikan biasanya berkaitan dengan kehidupan sehari-hari

siswa.

5. Hakikat Motivasi Belajar

Motivasi berasal dari kata motif yang berarti kekuatan yang ada pada

diri, yang menyebabkan seseorang bertindak atau berbuat (Uno, 2008:3).

Woodwort (dalam Sanjaya, 2009:148) mengatakan bahwa suatu motif

adalah sesuatu yang dapat membuat individu melakukan kegiatan-kegiatan


(43)

mengungkapkan bahwa motivasi belajar merupakan penggerak psikis dari

dalam diri siswa yang dapat menimbulkan kegiatan belajar serta menjamin

kelangsungan belajar demi mencapai tujuan. Berdasarkan

pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah segala sesuatu

yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu.

Uno (2008:4) membagi motif menjadi dua menurut sumbernya, yaitu:

a) Motif intrinsik, motif yang timbul tanpa memerlukan rangsangan dari

luar karena memang telah ada dalam diri individu sendiri, yakni sesuai

atau sejalan dengan kebutuhannya.

b) Motif ekstrinsik, motif yang timbul karena adanya rangsangan dari

luar individu, misalnya dalam bidang pendidikan terdapat minat yang

positif terhadap kegiatan pendidikan.

Seseorang dapat dikatakan termotivasi, apabila seseorang tersebut

memiliki daya dorong dari dalam dirinya. Daya dorong tersebut dapat

bersifat intrinsik maupun ekstrinsik. Uno (2008:23) mengatakan terdapat

faktor intrinsik dan ekstrinsik yang dapat memicu timbulnya motivasi

dalam belajar.

Faktor intrinsik dapat berupa hasrat atau keinginan berhasil,

dorongan kebutuhan belajar, dan harapan akan cita-cita yang dimiliki.

Faktor intrinsik berasal dari dalam diri siswa sendiri, sesuai dengan

kebutuhan siswa. Faktor ekstrinsik yang dapat mendorong adanya motivasi,

antara lain: adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan


(44)

siswa, misal dari kegiatan-kegiatan selama pembelajaran, dan suasana

belajar di kelas. Berdasarkan faktor pendorong motivasi di atas, Uno

(2008:23) menyimpulkan bahwa terdapat beberapa indikator akan adanya

motivasi belajar siswa saat pembelajaran, yaitu sebagai berikut.

a) Adanya hasrat dan keinginan berhasil dalam melakukan aktivitas

belajar, ditandai dengan siswa menyelesaikan tugas dengan baik, siswa

bertanya apabila mengalami kesulitan saat pembelajaran berlangsung,

siswa berkonsentrasi dalam mengikuti pembelajaran.

b) Adanya dorongan dalam belajar, ditandai dengan siswa terlihat

semangat dalam mengikuti pembelajaran, siswa bertanggung jawab

dalam mengerjakan tugas dan siswa tidak mengeluh dalam mengerjakan tugas.

c) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, ditandai dengan siswa

terlihat antusias saat mengikuti pembelajaran, siswa berperan serta aktif

dalam kegiatan kerjasama kelompok, dan siswa dengan senang

membantu teman lain yang kesulitan dalam memahami dan

mengerjakan soal.

d) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, ditandai dengan siswa tidak

mengganggu teman lain ketika mengikuti pembelajaran, siswa tidak

gaduh ketika mengikuti pembelajaran, dan siswa mendengarkan ketika


(45)

6. Hasil Belajar

Belajar merupakan proses perubahan perilaku seseorang setelah

mempelajari suatu objek, misalnya berupa pengetahuan, sikap, dan

keterampilan tertentu (Uno, 2008:25). Sudjana (dalam Nurcholis, 2013:1)

mengartikan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang

dimiliki siswa setelah ia mengalami pengalaman belajarnya. Driscoll

(dalam Uno, 2008:16) mengungkapkan dua hal, yaitu (1) belajar adalah

suatu perubahan yang menetap dalam kinerja seseorang, dan (2) hasil

belajar yang muncul dari diri siswa adalah akibat atau hasil dari interaksi

siswa dengan lingkungan. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa

seseorang yang telah mengalami proses belajar dapat ditandai dengan

perubahan perilaku sebagai kriteria keberhasilan belajar pada diri

seseorang yang belajar.

Mustamin (dalam Nurcholis, 2013:1) mengatakan bahwa hasil

belajar siswa dapat diketahui dengan melakukan tes, yaitu mengukur dan

menilai dalam hal ini adalah menilai hasil kinerja siswa. Guru dapat

mengetahui tingkat penguasaan materi pelajaran yang diajarkan melalui

pengukuran hasil kerja siswa. Berdasarkan pendapat di atas, dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki

seseorang setelah memperoleh pengalaman belajar.


(46)

B. Penelitian yang Relevan

Rahayu (2014) melakukan penelitian dengan tujuan untuk

mengembangkan alat peraga pembagian bilangan dua angka berbasis metode

Montessori. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat peraga yang

dikembangkan memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan ciri alat peraga

Montessori, alat peraga yang dikembangkan berkualitas baik dengan skor

rata-rata validitas 3.47, dan alat peraga juga meningkatkan hasil belajar siswa

dengan kenaikan 78.06%. Penelitian pengembangan ini memiliki relevansi

dengan penelitian yang peneliti lakukan. Alat peraga pembagian bilangan dua

angka berbasis metode Montessori yang dikembangkan merupakan alat

peraga yang diimplementasikan dalam penelitian yang peneliti lakukan.

Selain itu, penelitian ini juga melihat hasil belajar siswa setelah menggunakan

alat peraga pembagian berbasis metode Montessori.

Metasari (2014) melakukan penelitian mengenai persepsi guru dan

siswa terhadap alat peraga pembagian bilangan dua angka berbasis metode

Montessori. Penelitian tersebut merupakan penelitian dengan metode

kualitatif. Tujuan dari penelitian tersebut adalah mengetahui persepsi guru

dan siswa terhadap alat peraga pembagian bilangan dua angka berbasis

metode Montessori. Hasil penelitian tersebut adalah kesimpulan bahwa alat

peraga memberikan pengalaman yang positif, yaitu membuat siswa aktif dan

membantu dalam memahami konsep pembagian karena memperoleh

gambaran yang konkret. Penelitian kualitatif oleh Metasari ini merupakan


(47)

alat peraga yang sama. Penelitian Metasari relevan dengan penelitian yang

peneliti lakukan karena memakai alat peraga pembagian bilangan dua angka

berbasis metode Montessori yang sama dan membahas tentang pembagian di

kelas II.

Arjanggi (2012) melakukan penelitian mengenai peningkatan motivasi

dan hasil belajar siswa melalui penerapan metode demonstrasi berbantuan alat

peraga bangun ruang pada pembelajaran matematika. Penelitian yang

dilakukan merupakan penelitian tindakan kelas dengan tujuan untuk mengkaji

peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa setelah penerapan metode

demonstrasi berbantuan alat peraga bangun ruang pada pembelajaran

matematika kelas VI. Hasil dari penelitian ini yaitu kesimpulan bahwa

penerapan metode demonstrasi berbantuan alat peraga bangun ruang pada

pembelajaran matematika dapat meningkatkan motivasi sebesar 25%, dan

hasil belajar siswa sebesar 26%. Penelitian ini memiliki relevansi dengan

penelitian yang peneliti lakukan karena penelitian menggunakan alat peraga

dan melihat hasil setelah penggunaan alat peraga dari segi motivasi belajar

siswa dan hasil belajar siswa.

C. Kerangka Berpikir

Rata-rata usia Sekolah Dasar (SD) adalah 7-12 tahun. Pada usia

tersebut, anak berada pada tahap operasional konkret, berdasarkan pada teori

perkembangan oleh Piaget. Pada tahapan ini anak sudah dapat berpikir logis


(48)

namun masih memiliki keterbatasan dan belum bisa bepikir secara abstrak.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada

siswa SD. Matematika bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir

secara logis pada siswa. Pembelajaran matematika pada pelaksanaannya

membutuhkan alat peraga untuk memberikan gambaran nyata atau konkret

pada siswa. Penggunaan alat peraga dapat memudahkan siswa untuk

memahami konsep matematika karena sesuai dengan kebutuhan siswa yang

berada pada tahap operasional konkret. Siswa yang berada pada tahapan ini

memerlukan benda ataupun hal yang bersifat konkret untuk membantu

mereka dalam memahami konsep yang bersifat abstrak.

Pembagian bilangan dua angka adalah salah satu materi pelajaran

matematika yang mulai diajarkan pada kelas II. Pembagian seringkali

dianggap sebagai salah satu materi yang paling sulit dimengerti oleh siswa

dan pengajarannya jarang menggunakan alat peraga. Banyak siswa yang

memiliki hasil belajar yang kurang dalam pembagian, karena kurangnya

keterampilan siswa dalam operasi hitung pembagian.

Salah satu metode pembelajaran yang banyak menggunakan alat

peraga adalah metode Montessori. Alat peraga pembagian berbasis metode

Montessori cocok digunakan oleh guru untuk membantu siswa memahami

konsep pembagian sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa menjadi

lebih baik. Melalui alat peraga berbasis metode Montessori, siswa dapat

menemukan sendiri konsep pembagian dan apabila ada kesalahan, siswa


(49)

metode Montessori dibuat sesuai dengan karakteristik alat peraga Montessori,

yaitu menarik, bergradasi, auto-education, auto-correction,dan kontekstual.

Penggunaan alat peraga pembagian berbasis metode Montessori membuat

siswa menjadi tertarik dan termotivasi untuk belajar matematika. Motivasi

belajar siswa dapat terlihat oleh adanya kemunculan-kemunculan

indikator-indikator motivasi belajar menurut Uno (2008:23), yaitu: (1) adanya hasrat

dan keinginan berhasil dalam melakukan aktivitas belajar; (2) adanya

dorongan dalam belajar; (3) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; (4)

adanya lingkungan belajar yang kondusif, pada saat pembelajaran dengan

menggunakan alat peraga pembagian berbasis metode Montessori.

Berdasarkan alasan di atas, peneliti berinisiatif untuk

mengimplementasikan alat peraga pembagian berbasis metode Montessori

pada pembelajaran matematika materi pembagian di kelas II SD Kanisius

Kenalan Magelang. Alat peraga yang diimplementasikan diharapkan dapat

membantu guru dan siswa dalam menyampaikan serta memahami konsep

matematika. Peneliti juga ingin melihat dampak dari pengimplementasian alat


(50)

28 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif.

Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk

mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik

fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia (Sukmadinata,

2011:72). Penelitian deskriptif yang dilakukan mengacu pada penelitian

kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang ditujukan untuk

mendeskripsikan dan menganalisis suatu fenomena.

B. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dirancang ke dalam tiga tahapan. Rancangan penelitian

ini berdasarkan pada rancangan penelitian yang dikemukakan oleh Bogdan

(dalam Basrowi dan Suwandi, 2008:84-92). Tiga tahapan penelitian dapat

dilihat pada bagan berikut.

Bagan 3.1 Tahapan penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Biklen

Tahapan yang pertama yaitu, tahapan pralapangan. Pada tahap ini,

peneliti melakukan beberapa kegiatan, diantaranya yaitu menyusun rancangan

penelitian, memilih lokasi penelitian, mengurus perijinan Pralapangan Pekerjaan Lapangan Analisis Data


(51)

penelitian, menilai keadaan lapangan, dan menyusun instrumen penelitian

serta melakukan validasi instrumen penelitian. Validasi instrumen penelitian

oleh ahli dilakukan guna mengetahui kelayakan dari instrumen yang telah

disusun sebelum digunakan di lapangan. Instrumen penelitian divalidasi oleh

ahli, yaitu tiga dosen dari Universitas Sanata Dharma, satu Kepala Sekolah,

dan satu guru kelas. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan untuk

mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan agar penelitian dapat berjalan

dengan lancar.

Tahap penelitian yang kedua adalah tahapan pekerjaan lapangan. Pada

tahapan ini, peneliti melakukan implementasi pembelajaran menggunakan

alat peraga pembagian di kelas. Implementasi dilakukan dalam empat kali

pertemuan dengan materi pembagian. Saat pembelajaran berlangsung, peneliti

mengumpulkan data dengan merekam kegiatan pembelajaran serta melakukan

observasi. Peneliti juga memberikan angket kepada siswa dan melakukan

wawancara kepada guru. Hal tersebut dilakukan untuk melengkapi dan

memperdalam data yang diperoleh tentang pembelajaran yang telah dilakukan.

Tahap penelitian yang ketiga adalah analisis data. Data-data yang

telah diambil dianalisis sesuai dengan jenis data. Analisis data adalah proses

pencarian dan pengaturan secara sistematik hasil dan bahan yang telah

dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman serta kemampuan menyajikan

apa yang telah ditemukan (Bogdan dan Biklen dalam Gunawan, 2013:210).

Pada tahap ini peneliti mengolah data-data yang telah dikumpulkan dan


(52)

C. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan di SD Kanisius Kenalan Magelang yang

beralamatkan di jalan Jagalan-Suroloyo KM. 4, Wonolelo, Kenalan,

Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dari penelitian ini adalah siswa kelas II SD Kanisius

Kenalan Magelang tahun pelajaran 2015/2016. Kelas II berjumlah 10

orang siswa dengan rincian sebanyak 7 orang laki-laki dan 3 orang

perempuan.

3. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016 dan

berlangsung selama 3 bulan, yaitu pada bulan Desember 2015 sampai

dengan bulan Februari 2016.

D. Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif

dan data kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan guna memperoleh

data kuantitatif dan data kualitatif. Teknik pengumpulan data kuantitatif yang


(53)

1. Tes

Teknik pengumpulan data melalui lembar soal tes dilakukan dengan

membagikan soal tes pada akhir pertemuan terakhir. Tes dimaksudkan

untuk melihat kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran.

2. Pengisian Angket

Arifin (2011:228) menyatakan bahwa angket adalah instrumen

penelitian yang berisi serangkaian pertanyaan atau pernyataan untuk

mendapatkan informasi dari responden secara bebas sesuai dengan

pendapatnya. Angket merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan

memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan atau pernyataan kepada

responden (Noor, 2011:139).

Angket yang digunakan adalah angket motivasi berbentuk jawaban

tertutup dengan berbagai alternatif jawaban. Penyusunan angket

didasarkan pada indikator-indikator motivasi menurut Uno (2008:23).

Angket dalam penelitian ini menggunakan teknik pengukuran skala

Likert. Skala Likert merupakan teknik mengukur sikap dimana subjek

diminta untuk mengindikasikan tingkat kesetujuan atau ketidaksetujuan

terhadap masing-masing pernyataan (Noor, 2011:128). Skala Likert

terdiri dari sejumlah pernyataan positif dan negatif mengenai suatu objek

sikap (Darmadi, 2014:81). Angket motivasi diisi oleh siswa pada setelah


(54)

3. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis, logis, objektif,

dan rasional (Arifin, 2011:231). Pada penelitian ini, observasi yang

dilakukan merupakan observasi secara langsung yang dilakukan selama

pembelajaran. Pengamat dari observasi yang dilakukan memiliki peran

sebagai pengamat partisipan. Pengamat partisipan ikut berada di tengah

keberadaan subyek penelitian tetapi bukan bagian dari subyek

(Sedarmayanti, 2011:76).

Observasi yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui motivasi

siswa dalam mengikuti pembelajaran. Instrumen observasi dibuat

berdasarkan indikator-indikator motivasi oleh Uno (2008:23). Data

kuantitatif yang diperoleh melalui observasi didapatkan dari

penghitungan skor observasi yang diisi oleh pengamat.

Teknik pengumpulan data kualitatif yang digunakan adalah:

1. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data-data seperti;

video pembelajaran, foto-foto kegiatan pembelajaran, dan rekaman

wawancara dengan guru.

2. Wawancara

Arifin (2011:233) menyatakan bahwa wawancara merupakan

teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui percakapan dan


(55)

untuk mencapai tujuan tertentu. Wawancara bertujuan untuk memperoleh

informasi secara langsung, merekonstruksi kejadian dan pengalaman

yang telah lalu dan memproyeksikan suatu kemungkinan yang

diharapkan akan terjadi di masa mendatang serta untuk mempengaruhi

situasi atau orang tertentu (Arifin, 2011:233). Wawancara dilakukan

kepada guru kelas kelas II SD Kanisius Kenalan Magelang.

3. Observasi

Data kualitatif dari observasi yang telah dilakukan diperoleh dari

penjabaran keterangan yang diisi oleh pengamat pada lembar observasi.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan terbagi menjadi dua, yaitu:

1. Instrumen Pembelajaran

Penelitian yang dilakukan menggunakan instrumen pembelajaran

yang digunakan pada saat implementasi dilakukan. Instrumen

pembelajaran tersebut adalah perangkat pembelajaran berupa alat peraga

berbasis metode Montessori, empat buah Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), empat buah Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berisi

tentang soal-soal yang berkaitan dengan materi yang dipelajari siswa serta

soal tes. Instrumen pembelajaran sebelum digunakan telah melalui proses

validasi oleh para ahli, yaitu dosen matematika, kepala sekolah, dan juga


(56)

Tabel 3.1 Hasil validasi ahli instrumen pembelajaran No. Instrumen

Penelitian

Validator

Rata- rata Kategori Dosen Guru Kepala

Sekolah

1 RPP 3.53 2.8 3.23 3.33 Sangat Layak 2 LKS 4 3.42 3.28 3.56 Sangat Layak 3 Soal Evaluasi 3.6 3.2 3.2 3.33 Sangat Layak

Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil validasi dari ketiga instrumen

termasuk dalam kategori sangat layak. Penafsiran hasil instrumen

mengikuti aturan pemberian skor beserta klasifikasi hasil penilaian oleh

Widoyoko (2014:144).

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang peneliti gunakan dalam mengumpulkan data adalah

sebagai berikut.

a. Lembar soal tes

Lembar soal tes yang digunakan merupakan instrumen pembelajaran

sekaligus instrumen pengumpulan data. Kisi-kisi soal tes yang digunakan

adalah sebagai berikut.

Tabel 3.2 Kisi-kisi soal tes No. Kompetensi

Dasar

Indikator Soal Kunci

Jawaban No. Soal 1 3.2 Melakukan pembagian bilangan dua angka

3.2.1 Melakukan pembagian bilangan dua angka dengan bilangan satu angka

 40 : 4 =  50 : 2 =  42 : 7 =  72 : 9 =  80 : 8 =

 10  25  6  8  10

6, 7, 8, 9, 10

2 3.2.2

Melakukan pembagian

 Fika membeli 9 tangkai bunga untuk menghias ruangan. Bunga-bunga tersebut akan ia

 9 1, 2, 3, 4, 5


(57)

bilangan dua angka dengan bilangan satu angka dari soal cerita

masukkan pada sebuah vas bunga di ruang tamu. Berapa banyak bunga dalam vas?

 Pak Budi mempunyai 7 burung dan 7 sangkar. Setiap burung akan dimasukkan dalam sangkar. Berapa jumlah burung dalam setiap sangkar?

 Nenek memiliki 15 manggis. Seluruh manggis itu dibagikan kepada 3 orang cucunya. Setiap anak mendapat bagian yang sama. Berapa banyak manggis yang diterima setiap anak?

 Endro memiliki 45 kelereng. Kelereng itu akan ia bagikan kepada 5 anak. Setiap anak mendapat kelereng yang sama. Berapa banyak keleremg yang diterima setiap anak?

 Ada 28 siswa mengikuti lomba cerdas cermat. Cerdas cermat adalah lomba beregu. Setiap regu terdiri dari 4 siswa. Berapa regu yang mengikuti lomba cerdas cermat?

 1

 5


(58)

Lembar soal tes digunakan untuk melihat hasil belajar atau mengukur

kemampuan siswa pada akhir pembelajaran menggunakan alat peraga

pembagian berbasis metode Montessori.

b. Angket

Angket yang dibuat bertujuan untuk mengetahui pernyataan siswa

berkaitan dengan motivasi siswa selama mengikuti pembelajaran. Kisi-kisi

angket motivasi yang digunakan adalah sebagai berikut.

Tabel 3.3 Kisi-kisi angket motivasi belajar siswa

Pernyataan dalam tersusun dengan jumlah total sebanyak 20 pernyataan

berupa pertanyaan positif dan negatif. Angket yang digunakan,

sebelumnya telah divalidasi oleh para ahli dengan rincian berikut.

Tabel 3.4 Hasil validasi angket motivasi belajar siswa No. Instrumen

Penelitian

Validator

Rata- rata Kategori Dosen I Dosen II

1 Angket 4 2.8 3.4 Sangat Layak Hasil validasi para ahli menunjukkan bahwa angket sangat layak untuk

digunakan.

No. Indikator No. Aitem

Jumlah Positif Negatif

1 Adanya hasrat dan keinginan berhasil dalam melakukan aktivitas belajar

1,2,3,4 5 5

2 Adanya dorongan dalam belajar 6,7,8,9 10 5 3 Adanya kegiatan yang menarik dalam

belajar

11,12,13 ,14

15 5 4 Adanya lingkungan belajar yang

kondusif

16,17,18 ,19


(59)

c. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan peneliti untuk membantu peneliti

untuk melihat motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran yang telah

dilakukan dengan menggunakan alat peraga pembagian berbasis metode

Montessori. Berikut adalah kisi-kisi lembar pengamatan motivasi yang

digunakan.

Tabel 3.5 Kisi-kisi lembar observasi motivasi belajar siswa No. Indikator Deskripsi

Nampak(1) / Tidak(0) 1 Adanya

hasrat dan keinginan berhasil dalam melakukan aktivitas belajar

1. Siswa mengerjakan soal dengan sungguh-sungguh

2. Siswa bertanya apabila mengalami kesulitan saat mengerjakan soal maupun saat pembelajaran berlangsung

3. Siswa berkonsentrasi dalam mengikuti pembelajaran

2 Adanya dorongan dalam belajar

a. Siswa terlihat semangat dalam mengikuti pembelajaran

b. Siswa bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas

c. Siswa tidak mengeluh dalam mengerjakan tugas

3 Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

a. Siswa terlihat antusias saat mengikuti pembelajaran

b. Siswa berperan serta aktif dalam kegiatan kerjasama kelompok

c. Siswa dengan senang membantu teman lain yang kesulitan dalam memahami dan mengerjakan soal 4 Adanya

lingkungan belajar yang kondusif

a. Siswa tidak mengganggu teman lain ketika mengikuti pembelajaran b. Siswa tidak gaduh ketika mengikuti

pembelajaran

c. Siswa mendengarkan ketika teman yang lainnya mengungkapkan pendapat di kelas


(60)

Lembar observasi yang digunakan, sebelumnya telah divalidasi oleh para

ahli dengan rincian berikut.

Tabel 3.6 Hasil validasi lembar observasi motivasi belajar siswa No. Instrumen

Penelitian

Validator

Rata- rata Kategori Dosen I Dosen II

1 Lembar Observasi 3.6 3 3.3 Sangat Layak Hasil validasi para ahli menujukkan bahwa lembar observasi sangat layak

untuk digunakan.

d. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara digunakan peneliti sebagai pedoman ketika

wawancara guru dilakukan. Pedoman wawancara yang dibuat adalah

lembar pedoman wawancara untuk guru. Pedoman wawancara berkaitan

dengan motivasi siswa dan proses belajar mengajar yang telah dilakukan

dengan menggunakan alat peraga pembagian berbasis metode Montessori.

Berikut adalah pedoman wawancara yang digunakan.

Tabel 3.7 Kisi-kisi pedoman wawancara guru No. Aspek Pertanyaan Pertanyaan

1 Proses belajar mengajar

1. Bagaimana keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran?

2. Bagaimana keterlibatan siswa dalam menggunakan alat peraga pembagian berbasis metode Montessori? 2 Motivasi belajar

siswa

3. Apakah siswa nampak senang mengikuti pembelajaran menggunakan alat peraga berbasis metode Montessori?

4. Bagaimana konsentrasi dan perhatian siswa saat mengikuti mengikuti pembelajaran menggunakan alat peraga berbasis metode Montessori?

5. Apakah siswa nampak antusias dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan saat mengikuti pembelajaran menggunakan alat peraga berbasis metode Montessori?


(61)

6. Apakah siswa menyelesaikan soal-soal yang diberikan saat mengikuti pembelajaran menggunakan alat peraga berbasis metode Montessori?

7. Bagaimana keaktifan siswa untuk bertanya saat mengikuti pembelajaran menggunakan alat peraga berbasis metode Montessori?

Pedoman wawancara dalam penelitian ini, peneliti buat berdasarkan

langkah-langkah yaitu: a) merumuskan tujuan wawancara, b) membuat

kisi-kisi wawancara, c) menyusun pertanyaan sesuai dengan data yang

diperlukan dan diinginkan. Pedoman wawancara yang digunakan,

sebelumnya telah divalidasi oleh para ahli dengan rincian berikut.

Tabel 3.8 Hasil validasi pedoman wawancara guru No. Instrumen Penelitian Validator

Rata- rata Kategori Dosen I Dosen II

1 Pedoman Wawancara 3.57 2.71 3.14 Layak Hasil validasi para ahli menujukkan bahwa pedoman wawancara layak

untuk digunakan.

e. Lembar Validasi Ahli

Lembar validasi ahli digunakan sebagai pedoman bagi para ahli

ketika melakukan validasi terhadap instrumen pembelajaran dan instrumen

penelitian. Instrumen pembelajaran yang divalidasi berupa RPP, LKS, dan

soal tes. Instrumen penelitian yang divalidasi adalah angket, lembar


(62)

F. Kredibilitas dan Transferabilitas

Hasil penelitian berupa data yang telah dikumpulkan dari lapangan,

memerlukan pengecekan data untuk memastikan apakah data yang diperoleh

sudah dapat dipercaya dan dapat menjawab rumusan masalah (Tohirin,

2012:71). Kebenaran data penelitian dapat ditentukan dari:

1. Kredibilitas (credibility)

Kredibilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana kebenaran atau

keabsahan hasil penelitian dapat mengungkapkan keadaan yang

sesungguhnya terjadi di lapangan. Strategi untuk menjamin dan

meningkatkan kredibilitas hasil penelitian dapat dilakukan dengan

beberapa cara, yaitu:

a. Ketekunan pengamatan

Ketekunan pengamatan adalah mencari secara konsisten

interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses

analisis yang konstan dan tentatif (Tohirin, 2012:72). Peneliti

diharuskan lebih fokus, melakukan pengamatan lebih rinci,

terus-menerus atau berkesinambungan sampai menemukan penjelasan

yang mendalam terhadap gejala atau fenomena yang muncul (Putra,

2011:173). Ketekunan pengamatan bertujuan untuk mendapatkan

data yang lengkap, akurat, dan sesuai dengan fokus penelitian.

Ketekunan pengamatan oleh peneliti dilakukan dengan mencermati

data yang dikumpulkan melalui pengamatan dan penyusunan


(63)

peneliti memahami masalah yang diteliti secara menyeluruh dan

mendalam, sehingga hasil penelitian dapat dipercaya kebenarannya.

b. Triangulasi

Menurut Lexy dalam Tohirin (2012:76), Triangulasi berarti

membandingkan dan meninjau kembali derajat

kepercayaan/kebenaran suatu informasi yang telah diperoleh

melalui alat yang berbeda. Melalui triangulasi peneliti dapat

mengecek kembali data yang ditemukan dengan jalan

membandingkannya dengan sumber, metode dan teori (Tohirin,

2012:74). Triangulasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah

triangulasi metode dengan mengecek derajat kepercayaan hasil

penelitian dengan beberapa teknik pengumpulan data (dokumentasi,

observasi, angket dan wawancara). Triangulasi sumber juga

dilakukan dengan membandingkan hasil pengamatan dengan data

hasil wawancara dan membandingkan hasil penelitian dengan teori

yang berkaitan.

2. Tranferabilitas (transferability)

Transferabilitas merujuk pada tingkat kemampuan hasil

penelitian dapat digeneralisasikan atau ditransfer kepada konteks yang

lain. Peneliti dapat meningkatkan transferabilitas dengan

mendeskripsikan secara rinci hasil penelitian dan asumsi-asumsi sentral

pada penelitian tersebut. Nasution (dalam Tohirin, 2012:71)


(64)

hanya melihat transferabilitas sebagai kemungkinan. Transferabilitas

bergantung pada orang yang ingin mentransfer hasil penelitian pada

konteks yang berbeda, orang tersebut bertanggung jawab untuk

membuat keputusan tentang bagaimana transfer dilakukan sesuai

dengan situasi atau keadaan masing-masing (Emzir, 2010:80). Dari

penjelasan di atas, tingkat transferabilitas hasil penelitian tentang

implementasi alat peraga pembagian berbasis metode Montessori pada

pembelajaran matematika materi pembagian kelas II SD Kanisius

Kenalan Magelang, yaitu dapat diterapkan di tempat lain, selama sesuai

dengan permasalahan dan keadaan yang ada.

G. Teknik Analisis Data

Data-data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini dianalisis

dengan teknik sebagai berikut.

1. Data Kuantitantif

Data kuantitatif diperoleh dari lembar validasi ahli, lembar

observasi, hasil tes siswa, dan hasil analisis angket. Berikut adalah

pedoman penghitungan skor yang digunakan.

a. Lembar validasi ahli

Lembar validasi dihitung dengan menggunakan rumus:

Skor akhir =

Klasifikasi hasil penilaian yang digunakan adalah sebagai


(65)

Tabel 3.9 Klasifikasi hasil validasi ahli Skor Akhir Klasifikasi 3.25 < χ ≤ 4.00 Sangat Baik (SB)

2.50< χ ≤ 3.25 Baik (B) 1.75 < χ ≤ 2.50 Cukup (C)

1.00 ≤ χ ≤1.75 Kurang (K) χ = skor akhir hasil validasi

Klasifikasi yang digunakan diadaptasi dari klasifikasi dalam

buku Widoyoko (2014:144).

b. Lembar observasi dan hasil tes siswa

Lembar observasi dan hasil tes siswa dihitung dengan

menggunakan rumus:

Skor akhir =

Skor yang telah didapat dihitung dengan kriteria penilaian

sebagai berikut.

Tabel 3.10 Kriteria penilaian observasi dan hasil tes Nilai Keterangan 81 – 100 Sangat tinggi

61 - 80 Tinggi

41 - 60 Cukup

21 - 40 Rendah

0 - 20 Sangat rendah

Kriteria penilaian di atas diadaptasi dari disertasi oleh Setiani

(2011:4).

c. Hasil analisis angket

Penghitungan hasil angket dilakukan dengan menggunakan

rumus:

Skor akhir =


(1)

Lampiran 31 Transkrip Wawancara Guru

Transkrip Wawancara Guru Kelas II Keterangan : P = Pewawancara

G = Guru P = Selamat siang bu! G = Selamat siang!

P = Saya ingin bertanya bu, mengenai pembelajaran anak-anak kemarin bersama saya saat menggunakan alat peraga Montessori.

G = Oh iya.

P = Ya, saat Ibu melihat kemarin, bagaimana keterlibatan siswa pada saat proses kegiatan pembelajaran di kelas?

G = Baik, keterlibatan siswa pada pada saat pembelajaran di kelas, saya lihat seluruh siswa itu aktif terlibat menggunakan alat peraga papan pembagian tersebut. Mereka juga memiliki motivasi yang tinggi untuk bisa terlibat. Setiap kelompoknya itu mau saling berbagi dan bekerja sama dengan temannya.

P = Ya, siswa kan terlihat aktif, lalu bagaimana ekspresi siswa saat belajar menggunakan alat peraga pembagian?

G = Kalau ekspresinya siswa pada saat menggunakan alat tersebut, mereka terlihat sangat antusias dan sangat gembira. Gembiranya karena dia bisa memahami materi pembagian itu tanpa disadari menggunakan alat itu sambil bermain. Mereka juga senang dapat belajar menemukan hasil operasi hitung pembagian dari dia memainkan alat-alat tersebut.

P = Ya, kalau saat pembelajaran tersebut bagaimana konsentrasi dan perhatian siswa pada saat pembelajaran berlangsung?

G Oh ya, kalau itu siswa ada yang terlihat berkonsentrasi saat guru menjelaskan, namun ada juga siswa yang karena terlalu apa eh heran eh aneh atau baru kali ini menggunakan alat tersebut jadi ada rasa kagum juga dengan menggunakan alat tersebut. Mereka juga setelah guru di kelas menjelaskan bagaimana cara menggunakan dan langkah-langkahnya, mereka mengikuti dengan baik kegiatan pembelajaran dan memiliki konsentrasi ketika mengerjakan dengan alat peraga pembagian tersebut.

P = Pada saat pembelajaran itu sendiri, apakah mereka aktif dalam bertanya dengan guru, ataupun teman?

G = Oh iya, kalau keaktifan siswa dalam bertanya itu sangat terlihat sekali. Apalagi kalau mereka terlihat sedikit kebingungan tetapi mereka ingin tahu


(2)

caranya menggunakan alat tersebut, mereka langsung seperti berlomba-lomba bertanya pada guru. Mereka juga keingintahuannya sangat tinggi sekali.

P = Ya, setuju bu. Nah, kalau untuk latihan soalnya sendiri, pada saat pembelajaran apakah mereka menyelesaikan soalnya atau justru karena menggunakan alat menjadi lama saat menyelesaikan atau bahkan tidak selesai? G = Kalau ketika mengerjakan soal itu mereka malah justru setiap anak itu ingin

cepat-cepat menyelesaikan soal dengan menggunakan alat tersebut. Terlihat juga satu kelompok yang terdapat anak yang kurang aktif dalam kelompok itu terlihat seperti ketinggalan. Tapi yang lainnya, secara keseluruhan saya lihat soal-soal yang diberikan mereka selesaikan dengan baik. Kalau misalnya tidak mengerti dan belum paham akan segera bertanya dan ingin segera menyelesaikan. Kalau saya lihat, secara keseluruhan mereka sudah mengikuti pembelajaran dengan baik. P = Ya, terimakasih bu. Saya sudah mendapat banyak informasi dari Ibu.

Terimakasih banyak. G = Ya, sama-sama.


(3)

(4)

(5)

(6)

231

CURRICULUM VITAE

Anastasia Putranti Sidharta lahir di Sleman, 17

Oktober 1995. Penulis menempuh pendidikan dasar di

SD Cempaka Putih Barat 09 Pagi Jakarta Pusat, tamat

pada tahun 2006. Pendidikan Menengah Pertama di

SMP Negeri 76 Jakarta, tamat pada tahun 2009.

Pendidikan Menengah Atas di SMA Negeri 30 Jakarta,

tamat pada tahun 2012. Pada tahun 2012, penulis terdaftar sebagai mahasiswa di

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Sanata

Dharma.

Selama menempuh pendidikan sebagai mahasiswa, penulis mengikuti

berbagai kegiatan di luar perkuliahan. Penulis menjadi salah satu anggota dari

Montessori

Club di PGSD. Penulis juga mengikuti kegiatan Program Kreativitas

Mahasiswa-Masyarakat (PKM-M) yang didanai oleh Kemenristekdikti pada tahun

2013 dan 2014. Pada tahun 2013, kelompok PKM-M penulis lolos dalam Pekan

Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) XXVI di Lombok, NTT dan menjadi

kelompok presentasi terfavorit serta mendapatkan medali perunggu pada kategori

poster. Pada tahun 2013, penulis menjadi peserta dalam konferensi Internasional

“Embracing Montessori”

yang diadakan oleh

Association of Indonesian

Montessori Schools. Pada tahun 2014, Penulis juga menjadi peserta dalam

konferensi Internasional

“2014 Annual Conference on Children, Women, and