individual, and it is part of a broader theory which he holds with respect to his entire range of significant experience.”
Jadi konsep diri adalah sebuah teori tentang diri. Itu adalah sebuah teori bahwa individu tanpa disadari telah dibentuk tentang dirinya sebagai sebuah pengalaman,
individu yang berfungsi, dan itu adalah bagian dari teori yang lebih luas dimana diri memegang seluruh pengalaman yang signifikan.
3. Pembentukan Konsep Diri
Konsep diri itu terbentuk dari pengalaman interaksi dengan dunia. Combs, dkk dalam Elkins 1979 mengatakan bahwa orang-orang belajar siapa dirinya dan
menjadi seperti apa dirinya dari cara mereka diperlakukan oleh orang-orang penting yang ada disekitar mereka yang biasa disebut significant others.
Sedangkan mempelajari sedikit dari orang yang tidak penting. Cooley 1902 dalam Millon Lerner 2003 berargumen bahwa konsep
diri terdiri dari bayangan dari kehadiran kita bagi orang lain, bayangan penilaian orang lain dari kehadiran itu, dan perasaan diri seperti bangga atau malu. Perlu
adanya gambaran dari orang lain tentang diri sebagai cermin atau kaca bagi individu untuk dapat menyadari kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya
sehingga dapat menilai dirinya sendiri.
4. Konsep Diri Positif dan Negatif
Menurut Brooks dan Emmert 1976 dalam Rakhmat 1985 ada tanda - tanda orang yang memiliki konsep diri negatif yaitu mereka peka pada kritik yang
diberikan pada dirinya. Mereka akan langsung tahu jika ada yang mengkritik dirinya. Mereka juga responsif dalam setiap kali menerima pujian dari orang lain.
Orang dengan konsep diri negatif juga bersikap pesimis dalam setiap
menghadapai kompetisi, dan memiliki sikap hiperkritis. Sikap hiperkritis merupakan sikap yang selalu mengalah, mencela atau meremehkan apa pun dan
kepada siapa pun. Orang yang memiliki sikap hiperkritis tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada kelebihan orang lain.
Diri orang dengan konsep diri negatif yang seperti itu membuat mereka merasa cenderung tidak disenangi oleh orang lain.
Sebaliknya, ada tanda-tanda orang yang memiliki konsep diri positif yaitu mereka yakin dengan kemampuannya dalam mengatasi masalah. Mereka merasa
setara dengan orang lain. Walaupun begitu mereka juga mampu menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak
seluruhnya disetujui masyarakat. Mereka juga mau menerima pujian tanpa rasa malu, serta mampu memperbaiki dirinya karena sanggup mengungkapkan aspek-
aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha merubahnya. D. E. Hamacheck dalam Rakhmat 1985 juga menyebutkan karakteristik
orang yang mempunyai konsep diri positif yaitu mereka meyakini nilai-nilai dan prinsip-prinsip tertentu serta bersedia mempertahankannya, walaupun menghadapi
pendapat kelompok yang kuat. Mereka peka pada kebutuhan orang lain, pada kebiasaan sosial yang telah diterima, dan terutama sekali pada gagasan bahwa ia
tidak bisa bersenang-senang dengan mengorbankan orang lain. Mereka mampu bertindak berdasarkan penilaian yang baik tanpa merasa bersalah yang berlebih-
lebihan, atau menyesali tindakannya jika orang lain tidak menyetujui tindakannya. Hal tersebut dikarenakan mereka merasa sama dengan orang lain, sebagai manusia
tidak tinggi atau rendah, walaupun terdapat perbedaan dalam kemampuan tertentu,
latar belakang keluarga, atau sikap orang lain terhadapnya. Mereka cenderung menolak usaha orang lain untuk mendominasinya.
Karakteristik yang lain yaitu mereka tidak menghabiskan waktu yang tidak perlu untuk mencemaskan apa yang akan terjadi besok, apa yang telah terjadi
waktu yang lalu, dan apa yang sedang terjadi waktu sekarang. Mereka memiliki keyakinan pada kemampuannya untuk mengatasi persoalan, bahkan ketika ia
menghadapi kegagalan atau kemunduran. Hal ini dikarenakan mereka sanggup menerima dirinya sebagai orang yang penting dan bernilai bagi orang lain, paling
tidak bagi orang-orang yang ia pilih sebagai sahabatnya. Karakteristik lain orang yang memiliki konsep diri positif yaitu mereka
mampu menyadari perasaan yang ada dalam dirinya. Mereka dapat menerima pujian tanpa berpura-pura rendah hati, dan menerima penghargaan tanpa merasa
bersalah. Di sisi lain, mereka sanggup mengaku kepada orang lain bahwa ia mampu merasakan berbagai dorongan dan keinginan, dari perasaan marah sampai
cinta, dari sedih sampai bahagia, dari kekecewaan yang mendalam sampai kepuasan yang mendalam pula. Mereka mampu menikmati dirinya secara utuh
dalam berbagai kegiatan yang meliputi pekerjaan, permainan, ungkapan diri yang kreatif, persahabatan, atau sekedar mengisi waktu.
5. Arketipe Dalam Pembentukan Konsep Diri