Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN

skor maksimum 40. Berdasarkan homogenitas minat belajar siswa tabel 3.2, minat belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran termasuk kategori berminat. 3. Mean minat belajar siswa di kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Prambanan sesudah pembelajaran lebih tinggi daripada sebelum pembelajaran. Berdasarkan uji t-test untuk kelompok dependen didapatkan hasil yang signifikan, yang berarti terdapat perbedaan antara minat belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran atau terdapat peningkatan minat belajar siswa terhadap pembelajaran fisika di kelas XI IPA 4. Berdasarkan homogenitas minat belajar tabel 3.2, minat belajar siswa meningkat dari kategori kurang berminat menjadi berminat. 4. Mean minat belajar siswa di kelas XI IPA 5 SMA Negeri 2 Klaten sesudah pembelajaran sama dengan minat belajar siswa sebelum pembelajaran. Berdasarkan uji t-test untuk kelompok dependen didapatkan hasil yang tidak signifikan, yang berarti tidak terdapat perbedaan antara minat belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran atau tidak terdapat peningkatan minat terhadap pembelajaran fisika. Berdasarkan homogenitas minat belajar siswa tabel 3.2, minat belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran tetap dalam kategori berminat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5. Berdasarkan uji statistik uji t-test untuk kelompok independen terhadap minat belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol di SMA Negeri 1 Prambanan didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa perbedaan minat antara dua kelas adalah tidak signifikan. Berdasarkan homogenitas minat pada tabel 3.2, minat belajar siswa di kelas eksperimen dan kontrol sama-sama meningkat dari kategori kurang berminat menjadi berminat. Dengan kata lain tidak ada beda pada minat belajar siswa ketika siswa belajar fisika menggunakan simulasi PhET dengan model pembelajaran problem solving dan siswa yang belajar fisika menggunakan metode ceramah. Dengan demikian peningkatan minat di kelas eksperimen hasilnya belum optimal jika dibandingkan dengan kelas kontrol. 6. Berdasarkan uji statistic uji gain score terhadap minat belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol di SMA Negeri 1 Klaten didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa perbedaan selisih minat awal dan akhir di dua kelas adalah signifikan dengan nilai gain score di kelas eksperimen 0.82 dan kelas kontrol 4.10. Berdasarkan homogenitas minat pada tabel 3.2, minat belajar siswa di kelas eksperimen sebelum dan sesudah tetap dalam kategori beminat, sedangkan di kontrol meningkat dari kategori kurang berminat menjadi berminat. Dengan demikian perbedaan peningkatan minat belajar dari hasil skor minat belajar awal dan akhir di kelas kontrol lebih besar daripada kelas eksperimen. Hal ini disebabkan karena kurangnya jam pelajaran untuk menerapkan penggunaan simulasi PhET dalam pembelajaran fisika, yang berakibat pada keterbatasan keterlibatan siswa dalam hal partisipasi aktif siswa ketika menyampaikan hasil belajarnya melalui penggunaan simulasi, dan keadaan fasilitas belajar viewer yang kurang baik saat pembelajaran berlangsung.

B. Saran

1. Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan peningkatan minat belajar yang signifikan di SMA Negeri 1 Prambanan dan kurang maksimalnya peningkatan minat belajar siswa di SMA Negeri 2 Klaten, maka disarankan bagi guru dan calon guru untuk menggunakan simulasi PhET dalam pembelajaran fisika. 2. Demi memaksimalkan peningkatan minat belajar siswa ketika pembelajaran fisika menggunakan simulasi PhET, maka guru fisika perlu memperhatikan jumlah jam pelajaran fisika yang lebih banyak saat menggunakan simulasi PhET dalam pembelajaran di kelas. 3. Dalam penerapan penggunaan simulasi PhET disarankan guru lebih memperhatikan siswa dalam hal mengoperasikan simulasi, karena keterlibatan siswa untuk belajar melalui simulasi PhET berpengaruh terhadap minat belajar siswa sehingga alangkah baiknya jika semua siswa terlibat dalam mengoperasikan simulasi untuk kegiatan belajar. Adapun keterlibatan dalam hal partisipasi aktif siswa untuk menyampaikan hasil belajarnya perlu diperhatikan. Disarankan semua siswa berkesempatan untuk menyampaikan hasil belajarnya menggunakan simulasi PhET.

Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DOUBLE LOOP PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 6 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016.

9 52 30

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DOUBLE LOOP PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 6 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016.

14 81 30

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM KOLOID KELAS XI SMA NEGERI SMA 1 AEK NATAS.

0 2 15

Proses belajar metode problem solving berbantuan simulasi PhET: studi kasus siswa kelas XI IPA di SMA N 1 Prambanan dan SMA N 2 Klaten materi hukum Boyle dan hukum Gay-Lussac.

0 6 154

Pengaruh penggunaan media simulasi phet dengan metode pembelajaran problem solving terhadap peningkatan pemahaman konsep fisika siswa pada pokok bahasan hukum-hukum tentang gas ideal di SMA Negeri 2 Klaten dan SMA Negeri 1 Prambanan kelas XI.

1 5 166

Pengaruh pembelajaran menggunakan simulasi PhET dengan metode problem solving terhadap sikap ilmiah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Prambanan dan SMA Negeri 2 Klaten.

2 9 158

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN PROBLEM POSING TERHADAP HASIL BELAJAR DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA PADA MATERI TERMOKIMIA KELAS XI SMA NEGERI 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

0 0 18

PENGARUH MINAT BELAJAR, MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 PRAMBANAN KLATEN TAHUN AJARAN 2016/2017.

3 34 216

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA KELAS X SMA NEGERI 13 PALEMBANG

0 0 7

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN PROBLEM POSING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI EKONOMI DI SMA BATIK 2 SURAKARTA

0 0 16