SMA Negeri 1 Prambanan Pembahasan

24.15. Nilai mean ini menunjukkan bahwa minat belajar awal siswa kelas eksperimen termasuk dalam kategori kurang berminat. Pada kelas eksperimen, berdasarkan analisa data hasil perbandingan skor minat belajar awal dengan minat belajar akhir diperoleh nilai | | , , dan | | untuk sehingga hasilnya signifikan, berarti ada perbedaan minat belajar awal dan akhir siswa kelas eksperimen. Nilai mean skor minat belajar akhir siswa kelas eksperimen sebesar 26.42 dan termasuk dalam kategori berminat. Dengan melihat mean skor minat belajar awal siswa sebesar 24.15 maka diketahui bahwa minat belajar siswa setelah pemberian treatment lebih tinggi daripada sebelum pemberian treatment. Dengan kata lain siswa mengalami peningkatan minat belajar setelah mengikuti pembelajaran fisika menggunakan simulasi PhET dengan model pembelajaran problem solving. Berdasarkan tabel 3.2 minat belajar siswa kelas eksperimen meningkat dari kurang berminat menjadi berminat. Pada penelitian ini terdapat kelas kontrol yaitu kelas yang digunakan untuk melihat apakah treatment yang diberikan pada kelas eksperimen berhasil atau tidak dibandingkan dengan kelas yang tidak diberikan treatment Suparno, 2014: 120. Hasil analisa menunjukkan bahwa pada kelas kontrol diperoleh mean skor minat belajar awal siswa sebesar 24.74. Berdasarkan analisa data hasil perbandingan skor minat belajar awal siswa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kelas eksperimen dan kontrol pada tabel 4.3 di atas diperoleh nilai | | , , dan | | untuk yang berarti hasilnya tidak signifikan. Dengan demikian diketahui bahwa tidak ada perbedaan minat belajar awal siswa antara kelas kontrol dan eksperimen. Kategori minat belajar awal kelas kontrol sama dengan kelas eksperimen yaitu termasuk dalam kategori kurang berminat. Berdasarkan analisa data perbandingan skor minar belajar akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol pada tabel 4.5 di atas di peroleh nilai | | , , dan | | untuk sehingga hasilnya tidak signifikan, berarti tidak ada perbedaan minat belajar akhir siswa antara kelas eksperimen dan kontrol. Dengan kata lain tidak ada beda antara minat belajar siswa ketika siswa belajar fisika menggunakan simulasi PhET dengan model pembelajaran problem solving pada kelas eksperimen dan siswa yang belajar fisika menggunakan metode ceramah pada kelas kontrol. Nilai mean minat belajar akhir siswa pada kelas kontrol sebesar 26.97 dan eksperimen sebesar 26.42. Kategori minat belajar akhir siswa pada kedua kelas tersebut termasuk dalam kategori berminat. Analisis pada kelas kontrol dilanjutkan untuk melihat perbandingan minat belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan metode ceramah. Berdasarkan tabel 4.9 di atas diperoleh nilai | | PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI , , dan | | untuk sehinggan hasilnya signifikan, berarti ada perbedaan minat belajar awal dan akhir siswa kelas kontrol di SMA Negeri 1 Prambanan. Berdasarkan nilai mean diperoleh bahwa minat belajar siswa setelah pembelajaran dengan metode ceramah lebih tinggi dibandingkan sebelum pembelajaran. Berdasarkan tabel 3.2 nilai mean minat belajar siswa kelas kontrol mengalami perubahan dari kurang berminat menjadi berminat. Namun, berdasarkan gambar 4.11 diketahui bahwa skor indikator minat untuk aspek perhatian dan keterlibatan siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Dengan demikian pembelajaran fisika menggunakan simulasi PhET ini memiliki hal positif yaitu meningkatkan minat belajar siswa untuk aspek perhatian dan keterlibatan siswa.

2. SMA Negeri 2 Klaten

Berdasarkan analisa data skor minat belajar awal siswa, diperoleh bahwa skor minat belajar awal siswa kelas eksperimen sebesar 28.06. Nilai mean skor minat belajar awal siswa kelas eksperimen ini termasuk dalam kategori berminat. Pada kelas eksperimen, berdasarkan analisa data hasil perbandingan skor minat belajar awal dengan minat belajar akhir diperoleh nilai | | , , dan | | untuk sehingga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI hasilnya tidak signifikan. Hal ini berarti tidak ada perbedaan minat belajar awal dan akhir siswa kelas eksperimen di SMA Negeri 2 Klaten.

Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DOUBLE LOOP PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 6 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016.

9 52 30

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DOUBLE LOOP PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 6 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016.

14 81 30

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM KOLOID KELAS XI SMA NEGERI SMA 1 AEK NATAS.

0 2 15

Proses belajar metode problem solving berbantuan simulasi PhET: studi kasus siswa kelas XI IPA di SMA N 1 Prambanan dan SMA N 2 Klaten materi hukum Boyle dan hukum Gay-Lussac.

0 6 154

Pengaruh penggunaan media simulasi phet dengan metode pembelajaran problem solving terhadap peningkatan pemahaman konsep fisika siswa pada pokok bahasan hukum-hukum tentang gas ideal di SMA Negeri 2 Klaten dan SMA Negeri 1 Prambanan kelas XI.

1 5 166

Pengaruh pembelajaran menggunakan simulasi PhET dengan metode problem solving terhadap sikap ilmiah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Prambanan dan SMA Negeri 2 Klaten.

2 9 158

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN PROBLEM POSING TERHADAP HASIL BELAJAR DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA PADA MATERI TERMOKIMIA KELAS XI SMA NEGERI 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

0 0 18

PENGARUH MINAT BELAJAR, MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 PRAMBANAN KLATEN TAHUN AJARAN 2016/2017.

3 34 216

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA KELAS X SMA NEGERI 13 PALEMBANG

0 0 7

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN PROBLEM POSING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI EKONOMI DI SMA BATIK 2 SURAKARTA

0 0 16