7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Pada bab II ini diuraikan segala sesuatu yang mendasari teori penelitian, yaitu kajian teori, hasil penelitian sebelumnya yang relevan, kerangka berpikir,
dan hipotesis tindakan.
A. Kajian Teori
1. Pengertian Belajar
Slameto 2010:2 belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Sependapat dengan Slamento, Hamalik
2003:28 mengungkapkan belajar adalah “suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Gagne
dalam Suprijono 2009:2 menyatakan bahwa belajar adalah “perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas.
Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah”.
Berdasarkan pengertian-pengertian belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan seseorang untuk
mendapatkan perubahan tingkah laku secara menyeluruh yang tidak didapatkan dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah.
2. Minat Belajar
a. Pengertian Minat
Menurut Winkel
2004:212, minat
diartikan sebagai
kecenderungan subyek yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang
mempelajari materi itu. Sependapat dengan Winkel, Syah 2008:151, minat interest berarti kecenderungan dan kegairahan
yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Senada dengan Winkel dan Syah, Slameto 2010:180 mengungkapkan
minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Soewardi 1987: 183
mengungkapkan minat adalah kesediaan jiwa yang sifatnya aktif untuk menerima sesuatu dari luar.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa minat adalah rasa kecenderungan lebih suka pada bidang
studi atau pokok bahasan tertentu, sehingga dapat mendorong seseorang untuk menerima sesuatu dari luar yang dalam hal ini
adalah materi pelajaran.
b. Ciri-ciri Minat
Menurut Winkel 2004:212, ciri-ciri minat adalah cenderung merasa tertarik dan senang pada materi atau topik yang sedang
dipelajarinya. Sebagai contoh siswa senang terhadap mata pelajaran IPS, maka siswa tersebut akan memusatkan perhatiannya lebih
banyak daripada siswa lainnya. Syah 2008:151, menyatakan
“pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi memungkinkan siswa untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang
diinginkan”. Sependapat dengan Syah, Slameto 1988:182, menyatakan sebagai berikut:
suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada
hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap
subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut.
Jadi, ciri-ciri minat adalah rasa ingin tahu yang begitu besar kepada materi atau topik membuat siswa merasa tertarik terhadap
suatu topik atau materi yang sedang dibahas atau dipelajari sehingga siswa memusatkan perhatian secara penuh terhadap materi yang
telah dipelajari. Dengan perhatian yang terpusat, siswa belajar lebih giat terhadap materi sehingga siswa akan berusaha penuh untuk
memahami pelajaran, jika siswa mengalami kesulitan siswa akan berusaha bertanya atau mengungkapkan pendapat kepada guru, dan
memberikan tanggapan dengan menyampaikan ide yang dimiliki
siswa. c.
Pentingnya Minat dalam Belajar
Purnomo 2008:253 menambahkan bahwa minat memerankan peran yang besar atas perilaku dan sikap, antara lain menjadi sumber
motivasi yang kuat untuk belajar, mempengaruhi bentuk dan intensitas aspirasi anak, semakin yakin mereka mengenai pekerjaan
yang diidamkan, semakin besar minta mereka terhadap kegiatan yang
mendukung tercapainya
aspirasinya itu,
menambah
kegembiraan pada setiap kegiatan yang ditekuni, dan meningkatkan prestasi.
d. Faktor Pendorong Minat
Menurut Esti 2002:365 salah satu cara untuk menarik minat selama pelajaran adalah menghubungkan pengalaman belajar dengan
minat siswa. Jika seorang guru tahu apa yang diminati siswa, banyak tugas mengajar di kelas yang dapat dihubungkan dengan minat-
minat siswa. Sependapat dengan Esti, Soewardi 1987:183, minat didorong oleh motivasi. Motivasi merupakan suatu tenaga yang
mendorong setiap individu bertindak atau berbuat untuk tujuan tertentu. Minat dimanifestasikan berdasarkan komponen dorongan
yang mendorongnya. Dari tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor
pendorong minat adalah motivasi yang ada pada setiap individu yang akan melaksanakan suatu tujuan atau tindakan dalam belajar.
e. Indikator Minat
Menurut Isnandar 2012:14-15, ada 5 indikator minat, yaitu:
1 Ekspresi perasaan senang, yang meliputi: siswa mengikuti pelajaran dengan antusias, siswa tidak mengeluh jika
mendapatkan tugas dari guru, siswa datang tepat waktu sebelum pelajaran dimulai, siswa menyiapkan buku pelajaran sebelum
pelajaran dimulai, dan siswa duduk dengan tenang untuk belajar. 2 Perhatian dalam mengikuti pelajaran, yang meliputi: siswa aktif
bertanya di dalam kelas, siswa aktif menjawab pertanyaan, siswa menyimak penjelasan guru dengan seksama, siswa tidak
melamun di dalam kelas, dan siswa tidak mengobrol atau mengganggu teman lain ketika belajar.
3 Ketertarikan siswa pada materi, yang meliputi: siswa giat membaca buku pelajaran, siswa membaca materi terlebih dahulu
sebelum diajarkan oleh guru, siswa membuat catatan, siswa serius menyelesaikan tugas yang diberikan guru.
4 Ketertarikan siswa pada metode guru, yang meliputi: siswa menanyakan kesulitan yang dialami guru, siswa antusias dengan
metode pembelajaran
yang diajarkan
guru, siswa
memperhatikan saat guru menjelaskan IPS di depan kelas, siswa memperhatikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang
disampaikan guru. 5 Keterlibatan siswa dalam pembelajaran, meliputi: siswa aktif
menyampaikan pendapat saat diskusi, siswa mau membantu teman lain yang mengalami kesulitan dalam belajar, siswa
bekerja sama dengan kelompok, siswa maju mengerjakan tugas, dan siswa mengajukan diri untuk menjawab spontan dari guru.
Sedangkan menurut Legowo 2012:15 indikator-indikator siswa yang memiliki minat, antara lain:
1 Ekspresi perasaan senang, meliputi: siswa mengikuti pelajaran dengan antusias, siswa tidak mengeluh bila diberi tugas dari
guru, siswa mengikuti pembelajaran dengan tepat waktu, dan siswa duduk dengan tenang dan siap untuk belajar.
2 Perhatian dalam belajar, meliputi: siswa aktif bertanya di dalam kelas, siswa aktif menjawab pertanyaan dari guru, siswa
memperhatikan penjelasan dari guru dengan sungguh-sungguh, tidak melamun di dalam kelas, tidak mengantuk, tidak
mengobrol atau selalu mengganggu teman lain ketika belajar. 3 Kemauan mengembangkan diri, meliputi: siswa giat membaca
buku IPS, siswa menanyakan kesulitan kepada guru, siswa membuat catatan mengenai materi yang sedang dipelajari, siswa
mengerjakan tugas dari guru, dan siswa membawa buku atau sumber lain untuk belajar.
Berdasarkan penjelasan tentang indikator minat menurut pendapat Isnandar 2012 dan Legowo 2012, dapat peneliti
simpulkan bahwa indikator minat mencakup: 1 ekspresi perasaan senang; 2 merespon terhadap pertanyaan atau materi; 3
memberikan perhatian dalam mengikuti pelajaran; 4 bersikap baik dalam kegiatan belajar, contohnya bekerja sama dalam kelompok.
3. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi
Winkel 1984:64 mengatakan prestasi adalah pembuktian dari semua usaha yang dapat dicapai. Hasil yang dicapai dapat diukur
dengan tes atau evaluasi, hal ini mempunyai tujuan untuk mengetahui keberhasilan dalam pembelajaran. Menurut KBBI
2008:1101 prestasi adalah “hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dsb”. Jadi, prestasi adalah segala hasil yang
dicapai yang sesuai dengan tujuan dari suatu kegiatan. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah segala
hasil yang dicapai yang sesuai dengan tujuan kegiatan yang dapat diukur dengan evaluasi.
b. Pengertian Prestasi Belajar
Menurut KBBI 2008:1101 prestasi belajar adalah “penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata
pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai yang telah diberikan oleh guru”. Menurut Winkel 1983:162 prestasi belajar
adalah bukti keberhasilan usaha yang dapat dicapai. Prestasi belajar dapat dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat
yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu. Arifin 1990:3 menyatakan bahwa prestasi
adalah “kemampuan, keterampilan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal”.
Jadi, prestasi belajar adalah segala hasil yang dicapai yang sesuai dengan tujuan dari suatu kegiatan belajar, yang dapat berupa
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, yang ditunjukkan oleh nilai tes atau nilai
yang diberikan guru.
4. Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Suprijono 2009:54, pembelajaran kooperatif adalah “konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk
bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru”. Menurut Sugiyanto 2010:paragraf pertama pembelajaran
kooperatif adalah “pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar”. Sedangkan menurut Rusman 2011, Cooperative Learning adalah
teknik pengelompokan yang di dalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri
dari 4-5 orang. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah metode pembelajaran yang mempunyai fokus untuk membentuk kelompok demi mencapai
tujuan belajar dengan setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. b.
Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif
Roger dan David Johnson dalam Suprijono 2009:58-61 berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif memiliki lima unsur,
yaitu positive interdependence saling ketergantungan positif, personal responsibility tanggung jawab perseorangan, face to face
promotive interaction interaksi promotif, interpersonal skill komunikasi antar anggota, dan group processing pemrosesan
kelompok. Nurulhayati dalam Rusman 2011:204 mengatakan unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah ketergantungan
positif, pertanggungjawaban individual, kemampuan bersosialisasi, tatap muka, dan evaluasi kelompok. Menurut Johnson Johnson
1994; Sutton 1990 dalam Trianto 2010:60-61, terdapat lima unsur penting dalam pembelajaran kooperatif, yaitu saling
ketergantungan yang positif antar siswa, interaksi antara siswa yang saling mengikat,
tanggung jawab
individual, keterampilan interpersonal dan kelompok kecil, dan proses kelompok.
Menurut pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur
pembelajaran kooperatif
adalah positive
interdependence saling
ketergantungan positif,
personal responsibility tanggung jawab perseoranganindividual, face to face
promotive interaction interaksi promotif, interpersonal skill komunikasi antar anggota, group processing pemrosesan
kelompok, dan evaluasi kelompok.
c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Johnson Johnson 1994 dalam Trianto 2010:57 menyatakan bahwa
tujuan pokok
pembelajaran kooperatif
adalah “memaksimalkan belajar siswa untuk meningkatkan prestasi
akademik dan pemahaman baik secara individu maupun kelompok”. Menurut Suprijono 2009:59, tujuan pembelajaran kooperatif adalah
“membentuk suatu kelompok menjadi pribadi yang kuat”. Rusman 2011:210 menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran kooperatif
adalah “untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi”.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran kooperatif adalah memaksimalkan
belajar siswa untuk meningkatkan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun kelompok, serta
mengajarkan kepada siswa tentang keterampilan bekerja sama dan kolaborasi di antara anggota kelompok.
d. Manfaat Pembelajaran Kooperatif
Zamroni 2000 dalam Trianto 2010:57, mengemukakan manfaat penerapan pembelajaran kooperatif adalah “dapat
mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada level individu, di samping itu belajar kooperatif dapat
mengembangkan solidaritas sosial di kalangan siswa”. Rusman 2011:202, mengemukakan sebagai berikut:
dengan belajar berkelompok memberikan kesempatan kepada siswa secara aktif dan kesempatan untuk mengungkapkan
sesuatu yang dipikirkan siswa kepada teman akan membantunya untuk melihat sesuatu dengan lebih jelas bahkan melihat ketidak
sesuaian pandangan mereka sendiri.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat pembelajaran kooperatif adalah memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya, sehingga dapat membantu siswa untuk melihat sesuatu dengan lebih
jelas dengan cara membandingkan pengetahuannya dengan pendapat siswa lain dalam kelompok, sehingga kesenjangan pengetahuan
masing-masing individu dalam kelompok dapat terkurangi, di samping itu belajar kooperatif dapat mengembangkan solidaritas
sosial di kalangan siswa.
5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw I
Pelajaran Jigsaw I dikembangkan oleh Erriot A. dan kawan-kawan dari Universitas Texas sebagai model pembelajaran kooperatif dan
kemudian diadaptasi oleh Slavin dan kawan-kawan Sugiyanto,2019:45. Menurut Slavin 2005:14 pembelajaran dalam Jigsaw I siswa saling
bekerja dalam anggota kelompok yang sama, yaitu 4 orang dengan latar belakang yang berbeda.
Suprijono 2009:89 mengemukakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw I diawali dengan topik yang akan dibahas oleh guru. Guru
selanjutnya menuliskan topic atau materi yang akan dipelajari pada papan tulis. Dalam Jigsaw I terdapat dua kelompok, yaitu kelompok asal dan
kelompok ahli. Kelompok asal merupakan gabungan dari kelompok ahli sedangkan kelompok ahli adalah kelompok siswa yang terdiri dari
kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan memahami dan mempelajari sesuatu topik tertentu serta diminta untuk mengerjakan
tugas sesuai dengan topiknya kemudian setelah selesai dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Dalam pembelajaran Jigsaw I anggota kelompok
yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk berdiskusi dalam kelompok ahli dan saling membantu bekerja sama tentang topik yang
ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa kembali pada kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok lain tentang apa yang telah
dipelajari pada kelompok ahli. Dalam pembelajaran Jigsaw I menurut Suprijono 2009:45 terbagi
dari langkah-langkah sebagai berikut:
a. Siswa suatu kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 5 anak dengan karakteristik berbeda.
Kelompok terdiri atas anggota yang memiliki kemampuan akademik, jenis kelamin dan latar belakang social yang berbeda.
b. Materi pelajaran dibagikan kepada siswa dalam kelompok asal dan setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian
materi pembelajaran tersebut. c. Selanjutnya semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama
berkumpul dalam kelompok ahli. Dalam kelompok ahli siswa mendiskusikan materi atau topik yang sama serta menyusun
rencana bagaimana penyampaian materi pada anggota kelompok yang lain.
d. Kemudian pada siswa yang berada dalam kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk menyampaikan materi pembelajaran yang
sudah didiskusikan dalam kelompok ahli e. Setelah itu siswa berdiskusi pada kelompok asal, para siswa saling
bertukar dan saling mengevaluasi mengenai materi pelajaran yang telah dipelajari.
Dari beberapa uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran Jigsaw I adalah pembelajaran yang terdiri dari beberapa
kelompok kecil yang heterogen, siswa dibagi menjadi kelompok asal dan kelompok ahli. Siswa saling bekerja sama dan berdiskusi atas materi
yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut pada kelompok lain.
6. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II