Menurut pandangan Saussure, segala sesuatu yang berhubungan dengan sisi statik dari suatu ilmu adalah sinkronik. Linguistik, dengan perspektif
sinkroniknya, secara khusus memperhatikan relasi-relasi logis dan psikologis yang memadukan terma-terma secara berbarengan dan membentuk suatu sistem
dalam pikiran kolektif. Analisis bahasa secara sinkronik adalah analisis bahasa sebagai sistem yang eksis pada suatu titik waktu tertentu yang seringkali berarti
“saat ini” atau kontemporer dengan mengabaikan route yang telah dilaluinya sehingga dapat berwujud seperti sekarang. Sebaliknya, segala sesuatu yang
bersangkutan dengan evolusi adalah diakronik. Linguistik yang diakronik dapat dibedakan menjadi dua sudut pandang, yaitu prospektif dan retrospektif. Sudut
pandang yang pertama mengikuti majunya arus waktu, sedangkan yang kedua berjalan mundur. Linguistik diakronik mengkaji relasi-relasi yang secara suksesif
mengikat terma-terma secara bersamaan, yang masing-masing dapat saling bersubtitusi tanpa membentuk suatu sistem, namun tetap tidak disadari oleh
pikiran kolektif. Meskipun Saussure sendiri dididik dalam tradisi lingusitik diakronik yang sangat kental, preferensinya secara khusus tertuju kepada
lingusitik sinkronik. Segala konsep yang dikembangkan di dalam linguistik sinkronik Saussurean ini berkisar pada dikotomi-dikotomi tertentu, yakni penanda
dan petanda, langue dan parole, serta sintagmatik dan paradigmatik Budiman, 2004:38.
2.1.14.2 Signifier dan Signified
Pemikiran Saussure yang paling penting adalah pandangannya tentang tanda. Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda dengan sebuah ide atau
petanda Sobur, 2004:44. Saussure meletakkan tanda dalam konteks komunikasi manusia dengan pemilahan antara signifiant penanda atau signifier dan Signifie
petanda atau Signified. Signifiant adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna aspek material, yakni apa yang dikatakan dan apa yang ditulis atau
dibaca. Signifie adalah gambaran mental, yakni pikiran atau konsep aspek mental dari bahasa Bertens, 1985:382 dalam Kurniawan 2001:14. Kedua unsur
ini seperti dua sisi keping mata uang atau selembar kertas. Penggunaan semiotika sebagai metode pembacaan di dalam berbagai
cabang keilmuan dimungkinkan oleh karena ada kecenderungan dewasa ini untuk memandang berbagai diskursus sosial, politik, ekonomi, budaya, seni dan desain
sebagai fenomena bahasa. Berdasarkan pandangan semiotika, bila seluruh praktik sosial dapat dianggap sebagai fenomena bahasa maka ia dapat pula dipandang
sebagai tanda. Hal ini dimungkinkan oleh karena luasnya pengertian tanda itu sendiri. Saussure misalnya menjelaskan tanda sebagai kesatuan yang tak dapat
dipisahkan dari dua bidang–seperti halnya selembar mata uang kertas – yaitu bidang penanda signifier untuk menjelaskan bentuk atau ekspresi; dan bidang
petanda signified, untuk menjelaskan konsep atau makna seperti penjelasan sebelumnya.
Penanda + Petanda = Tanda
Gambar 2. 2 Konsep Saussure
Berkaitan dengan ini tandapenandapetanda, Saussure menekankan perlunya semacam konvensi sosial social convention di kalangan komunitas
bahasa yang mengatur makna sebuah tanda. Satu kata mempunyai makna tertentu disebabkan kesepakatan sosial di antara pengguna bahasa Saussure, Culler,
1976:19 dalam Piliang, 2003:258. Meskipun demikian, di dalam masyarakat informasi dewasa ini terjadi
perubahan mendasar tentang bagaiamana tanda dan objek sebagai tanda dipandang dan digunakan. Perubahan ini disebabkan bahwa arus pertukaran tanda
atau objek dewasa ini tidak lagi berpusat pada komunitas tertutup akan tetapi melibatkan persinggungan di antara berbagai persinggungan komunitas,
kebudayaan dan ideologi Piliang, 2003:258.
2.1.14.3 Langue dan Parole