adalah konstruksi manusia dan hanya bisa dipahami dalam artian manusia yang menggunakannya.
2. Kode atau sistem yang mengorganisasikan tanda. Studi ini rnencakup cara
berbagai kode dikembangkan guna memenuhi kebutuhan suatu masyarakat atau budaya atau untuk mengeksploitasi saluran komunikasi yang tersedia
untuk mentransmisikannya. 3.
Kebudayaan tempat kode dan tanda bekerja. Ini pada gilirannya bergantung pada penggunaan kode-kode dan tanda-tanda itu untuk keberadaan dan
bentuknya sendiri. Karena itu semiotika memfokuskan perhatian terutama pada teks. Model-
model proses yang linear tidak banyak memberi perhatian terhadap teks karena memperhatikan juga tahapan lain dalam proses komunikasi Fiske, 2006:61.
2.1.14.1 Model Semiotika Saussure
“Jika ada seseorang yang layak disebut sebagai pendiri linguistik modern dialah sarjana dan tokoh besar asal Swiss: Ferdinand de Saussure,” kata John
Lyons 1995:3 dalam Sobur, 2004:44. Semiotika didefinisikan oleh Ferdinand de Saussure di dalam Course in General Linguistics sebagai “ilmu yang mengkaji
tentang tanda sebagai bagian dari kehidupan sosial.” Saussure, 1990:15 dalam Piliang, 2003:256. Implisit dalam definisi Saussure adalah prinsip, bahwa
semiotika sangat menyandarkan dirinya pada aturan main rule atau kode sosial social code yang berlaku di dalam masyarakat, sehingga tanda dapat dipahami
maknanya secara kolektif Piliang, 2003:256.
Menurut pandangan Saussure, segala sesuatu yang berhubungan dengan sisi statik dari suatu ilmu adalah sinkronik. Linguistik, dengan perspektif
sinkroniknya, secara khusus memperhatikan relasi-relasi logis dan psikologis yang memadukan terma-terma secara berbarengan dan membentuk suatu sistem
dalam pikiran kolektif. Analisis bahasa secara sinkronik adalah analisis bahasa sebagai sistem yang eksis pada suatu titik waktu tertentu yang seringkali berarti
“saat ini” atau kontemporer dengan mengabaikan route yang telah dilaluinya sehingga dapat berwujud seperti sekarang. Sebaliknya, segala sesuatu yang
bersangkutan dengan evolusi adalah diakronik. Linguistik yang diakronik dapat dibedakan menjadi dua sudut pandang, yaitu prospektif dan retrospektif. Sudut
pandang yang pertama mengikuti majunya arus waktu, sedangkan yang kedua berjalan mundur. Linguistik diakronik mengkaji relasi-relasi yang secara suksesif
mengikat terma-terma secara bersamaan, yang masing-masing dapat saling bersubtitusi tanpa membentuk suatu sistem, namun tetap tidak disadari oleh
pikiran kolektif. Meskipun Saussure sendiri dididik dalam tradisi lingusitik diakronik yang sangat kental, preferensinya secara khusus tertuju kepada
lingusitik sinkronik. Segala konsep yang dikembangkan di dalam linguistik sinkronik Saussurean ini berkisar pada dikotomi-dikotomi tertentu, yakni penanda
dan petanda, langue dan parole, serta sintagmatik dan paradigmatik Budiman, 2004:38.
2.1.14.2 Signifier dan Signified