Tujuan Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran Kontekstual

34 d. Masyarakat Belajar Learning Community Penerapan masyarakat belajar dalam CTL dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggota bersifat heterogen. e. Pemodelan Modeling Asas pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Proses pemodelan tidak terbatas dari guru saja, tetapi juga guru dapat memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan. Modeling merupakan asas yang cukup penting dalam pembelajaran CTL, karena melalui modeling siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang teoretis-abstrak yang memungkinkan terjadinya verbalisme. f. Refleksi Reflection Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari dan dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Setiap akhir proses pembelajaran CTL, guru selalu memberikan kesempatan untuk merenung atau mengingat kembali apa saja yang telah dipelajarinya. Siswa dibiarkan menafsirkan secara bebas pengalamannya sendiri, sehingga siswa dapat menyimpulkan tentang pengalaman belajarnya. g. Penilaian Nyata Authentic Assessment Keberhasilan pembelajaran dalam CTL ditentukan oleh perkembangan semua aspek yang dimiliki oleh siswa. Penilaian keberhasilan 35 didapat dari hasil tes dan proses belajar melalui penilaian nyata. Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini dilakukan secara terintegrasi dengan proses pembelajaran dan secara terus menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Sumber lain Ditjen Dikdasmen Kokom Komalasari, 2013: 11 menyatakan ada tujuh komponen juga dalam penerapan pendekatan kontekstual di kelas. Komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut. a. Konstruktivisme Contructivism Pengetahuan siswa dibangun secara bertahap yaitu sedikit demi sedikit. pengetahuan siswa tidak selalu siap untuk mengambil dan mengingat materi seperti fakta atau konsep. Siswa harus mengonstruksi pengetahuan tersebut dan memberi makna melalui pengalaman nyata. b. Menemukan Inquiry Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Siklus inquiry yakni: observasi, bertanya, mengajukan dugaan hipotesis, mengumpulkan data. dan menyimpulkan. c. Bertanya Questioning Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dengan bertanya. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. 36 d. Masyarakat Belajar Learning Community Learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari bekerjasama dengan orang lain. Dalam kelas kontekstual, hendaknya guru selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. e. Pemodelan Modelling Sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Dalam pembelajaran kontekstual guru bukanlah satu- satunya model, tetapi model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. f. Refleksi Reflection Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan pada masa yang lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. g. Penilaian yang Sebenarnya Authentic Assessment Kemajuan belajar siswa dinilai dari proses, bukan hanya melalui hasilnya saja. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar bisa memastikan benar tidaknya proses belajar siswa. Dengan demikian, penilaian autentik diarahkan pada proses mengamati, menganalisis, dan menafsirkan data yang telah terkumpul ketika atau dalam proses pembelajaran siswa berlangsung, bukan semata-mata pada hasil pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komponen pembelajaran kontekstual ada tujuh, yaitu, konstruktivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian yang sebenarnya.