Tabel 16. Matriks korelasi antara peubah X dengan peubah Y
XY X1
X2 X3
X4 X5
X6 X7
Y1 0.1312
0.1669 -0.0399
0.0204 0.2085
0.3108 0.2936
Y2 -0.1508
-0.1621 -0.3388
-0.3209 -0.2531
-0.1031 -0.0812
Y3 0.0349
-0.0574 0.1908
0.2495 0.0342
-0.0568 0.0600
Y4
-0.0332 0.0852
0.1024 -0.3652
-0.0054 -0.1298
-0.3172
Tabel 16 diatas dapat digambarkan seperti Gambar 3 dibawah ini.
Gambar 3 . Hubungan antar Indikator Gaya Kepemimpinan dengan Budaya
Organisasi.
Participating Delegating
Clan
Telling Visioner
Transformasional Kharismatik
Selling Market
Hierarchy Adhocrachy
-0.1508 0.1669
-0.3388 -0.3652
-0.2531 0.3108
-0.3172
Dari gambar 3 diatas terlihat dengan jelas bahwa pada PT Asuransi
Jiwasraya Persero Jakarta III Regional Office, hampir seluruh dari indikator Gaya Kepemimpinan memiliki hubungan yang cukup kuat dan dominan dengan
budaya organisasi Adhocrachy. 2.
Matriks korelasi antara indikator gaya kepemimpinan X
Tabel 17. Matrik korelasi antar indikator gaya kepemimpinan
Nilai korelasi antar indikator gaya kepemimpinan X menunjukan adanya salah satu indikator yang memilki hubungan yang sangat kuat karena diperoleh
nilai lebih dari 0.5. Nilai korelasi terbesar dapat dilihat pada indikator gaya kepemimpinan participating X6 yang berkorelasi cukup kuat dengan indikator
gaya kepemimpinan delegating X7 dengan nilai korelasi sebesar 0.8006. untuk korelasi yang paling lemah dapat terlihat pada indikator gaya kepemimpinan
participating X6 dengan gaya kepemimpinan visioner X3 dengan nilai korelasi sebesar -0.0109. Sehingga secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa hubungan
korelasi antar indikator variabel gaya kepemimpinan X masih lemah. hasil korelasi antar indikator gaya kepemimpinan dapat dilihat pada tabel 17.
3. Matriks korelasi antara indikator budaya organisasi Y
Nilai korelasi antar indikator budaya organisasi Y menunjukan hubungan yang cukup kuat antar indikatornya meskipun nilai dari hubungan antar indikator
tersebut masih ada yang menunjukkan hasil negatif. Nilai korelasi yang cukup kuat akan tetapi bersifat negatif dapat dilihat pada indikator Adhocrachy Y2
dengan indikator Hierarchy Y3 dengan nilai korelasi sebesar -0.7833. Nilai korelasi antar indikator budaya organisasi dapat dilihat pada tabel 17 dibawah ini.
XY X1
X2 X3
X4 X5
X6 X7
X1 1.0000
0.1161 -0.1067
0.2365 0.1875
0.1356 0.1036
X2 0.1161
1.0000 -0.0917
0.1370 0.1899
0.1389 0.1628
X3 -0.1067
-0.0917 1.0000
0.3625 0.1659
-0.0109 0.0563
X4
0.2365 0.1370
0.3625 1.0000
0.5398 0.6038
0.6783
X5 0.1875
0.1899 0.1659
0.5398 1.0000
0.5948 0.3648
X6 0.1356
0.1389 -0.0109
0.6038 0.5948
1.0000 0.8006
X7 0.1036
0.1628 0.0563
0.6783 0.3648
0.8006 1.0000
Tabel 18. Matriks korelasi antar indikator budaya organisasi Y
Y Y1
Y2 Y3
Y4 Y1
1.0000 0.1058
-0.3998 -0.5413
Y2 0.1058
1.0000 -0.7833
0.0539
Y3 -0.3998
-0.7833 1.0000
-0.3117
Y4 -0.5413
0.0539 -0.3117
1.0000
4.6.2 Hasil dan Interpretasi Fungsi Kanonik
Pada tahap pertama pengolahan korelasi kanonik, diperoleh matriks korelasi baik untuk korelasi variabel independen XX, antar variabel dependen
YY dan korelasi silang antar variabel independen dengan variabel dependen XY. Ketiga matriks tersebut akan menjadi dasar perhitungan korelasi kanonik.
Tabel 19. Nilai Eigen dan Korelasi Kanonik
Matriks pertama memperlihatkan hubungan antara masing-masing variabel gaya kepemimpinan terhadap masing-masing variabel gaya kepemimpinan
lainnya. Matriks kedua memperlihatkan hubungan antara masing-masing variabel budaya organisasi terhadap masing-masing variabel budaya organisasi lainnya.
Sedangkan matriks ketiga memperlihatkan hubungan antara masing-masing variabel gaya kepemimpinan terhadap masing-masing variabel budaya organisasi.
Banyaknya fungsi kanonik yang terbentuk mengikuti minimal banyaknya variabel
terkecil dalam setiap variat. Dalam kasus ini, variat kelompok pertama terdiri dari
7 variabel sedangkan kelompok kedua terdiri dari 4 variabel, maka akan terbentuk 3 fungsi kanonik. Hasil dari fungsi kanonik dapat dilihat pada Tabel 19.
Fungsi Ke -
Eigenvalue Proportion
Cumulative Canonic
Correlation P- Value
Pr F
1 0.6551
0.6608 0.6608
0.6291 0.1682
2 0.2307
0.2327 0.8935
0.4329 0.5902
3 0.1056
0.1065 1.0000
0.3090 0.6447
Berdasarkan hasil analisa korelasi kanonik, peneliti mendapatkan fungsi korelasi kanonik yang signifikan pada alpha 20 dengan nilai p-value sebesar
0.1682. sedangkan dua fungsi kanonik lainnya yaitu fungsi 2 dan fungsi 3 tidak signifikan pada alpha 20 sehingga hubungan korelasi antara gugus X gaya
kepemimpinan dan Y budaya organisasi sangat lemah. Koefisien korelasi kanonik R pada fungsi ke-1 sebesar 0.6291 jauh lebih besar dibandingkan fungsi
kanonik lainnya. Hal ini menunjukan bahwa besarnya korelasi antara gaya kepemimpinan dengan budaya organisasi sangat signifikan dan secara
keseluruhan memiliki hubungan yang cukup kuat dikarenakan nilai korelasi diatas 0.5. Berdasarkan hasil analisis tersebut menunjukan bahwa secara keseluruhan
antara gaya kepemimpinan dengan budaya organisasi memiliki pengaruh yang cukup kuat.
Tabel 20. Uji signifikansi multivariabel
Selanjutnya dilakukan uji keseluruhan korelasi kanonik dengan Uji Pillais, Hotellings, Wilks dan Roy untuk menentukan layak tidaknya model kanonik yang
dibangun pada taraf nyata 20. Hasil analisis disajikan pada tabel 20 di atas. Dengan menggunakan empat prosedur dari Pillais, Hotellings, Wilks dan Roys,
semuanya signifikan karena 0.2. Dengan demikian jika digabung secara bersama-sama, kanonikal fungsi 1, kanonikal fungsi 2, dan kanonikal fungsi 3
dapat diperoses lebih lanjut. Uji signifikansi multivariable dapat dilihat pada Tabel 20. Dari hasil pengujian individu dan bersama secara kolektif terdapat
perbedaan kanonik yang terlihat pada tabel 19, dengan angka korelasi kanonik fungsi 1 = 0.6291 dengan signifikansi 0.1682, fungsi 2 korelasi kanonik 0.4329
Uji Nilai Statistik
Approx .F Hypox
DF Galat
DB Sig
F
Pillais 0.67878
1.34 21
96 0.1720
Hotellings 0.99140
1.37 21
56.393 0.1735
Wilks
0.44404 1.35
21 86.694
0.1682
Roys 0.65509
2.99 7
32 0.0155
dengan nilai signifikansi 0.5902, dan korelasi fungsi ke 3 kanonik = 0.3090 dengan nilai signifikansi 0.6447. Oleh karena fungsi 1 memiliki angka korelasi
kanonik yang tinggi dan signifikansi yang baik secara individu maupun kolektif.
4.5. Implikasi Managerial
Secara keseluruhan antara gaya kepemimpinan dengan budaya organisasi memiliki pengaruh yang cukup kuat. Karena peran dari budaya organisasi adalah
sebagai informalisasi satuan nilai dan norma yang menjadi alat control bagi karyawan di dalam organisasi dalam berinteraksi. Berdasarkan hasil penelitian
yang diperoleh diatas dapat disimpulkan rumusan implikasi manajerial untuk PT Asuransi Jiwasraya persero Jakarta III Regional Office sebagai berikut :
1. Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap budaya organisasi di PT Asuransi
Jiwasraya persero Jakarta III Regional Office memiliki pengaruh yang cukup kuat.
2. Mengingat berdasarkan hasil analisis pemimpin belum sepenuhnya
memiliki visi dan misi yang cukup jelas untuk membawa perusahaan ke- arah yang lebih baik meskipun berdasarkan persepsi pegawai menganggap
pemimpin memiliki visi, maka pemimpin perlu mengikuti workshop atau pelatihan mengenai leadership bagi pemimpin managerial Kadiv, RM,
BM untuk dapat lebih menguasai lagi peran-peran managerial di perusahaan.
3. Pada gaya kepemimpinan kharismatik perlu adanya peningkatan terhadap
kepercayaan diri dari pimpinan. Pimpinan harus mempunyai keyakinan yang kuat sehingga mampu menjalankan visi yang relevan sesuai
kebutuhan pengikutnya. 4.
Pada gaya kepemimpinan delegating, perlu adanya lagi motivasi dari pimpinan agar para tenaga pemasar dapat lebih giat lagi dalam mencari
portofolio baru polis baru sehingga akan menjadi suatu yang mungkin saja terjadai apabila PT Asuransi Jiwasraya Persero dapat menguasai
pangsa pasar industri Asuransi Jiwa.