b. Exelent Effort 1 Jelas terlihat kecepatan kerjanya yang tinggi.
2 Gerakan-gerakan lebih ekonomis daripada operator-operator biasa. 3 Penuh perhatian pada pekerjaannya.
4 Banyak memberi saran-saran. 5 Menerima saran-saran dan petunjuk dengan senang.
6 Percaya kepada kebaikan maksud pengukuran waktu. 7 Tidak dapat bertahan lebih dari beberapa hari.
8 Bangga atas kelebihannya. 9 Gerakan-gerakan yang salah terjadi sangat jarang sekali.
10 Bekerjanya sistematis. 11 Karena lancarnya perpindahan dari suatu elemen ke elemen lain tidak
terlihat. c. Good Effort
1 Bekerja berirama 2 Saat-saat menganggur sangat sedikit, bahkan kadang-kadang tidak ada.
3 Penuh perhatian pada pekerjaannya. 4 Senang pada pekerjaanya.
5 Kecepatannya baik dan dapat dipertahankan sepanjang hari. 6 Percaya pada kebaikan maksud pengukuran waktu
7 Menerima saran-saran dan petunjuk-petunjuk dengan senang. 8 Dapat memberi saran-saran untuk perbaikan kerja.
9 Tempat kerjanya diatur baik dan rapi.
10 Menggunakan alat-alat yang tepat dengan baik. 11 Memelihara dengan baik kondisi peralatan.
d. Average Effort 1 Tidak sebaik good, tetapi lebih baik dari poor.
2 Bekerja dengan stabil. 3 Menerima saran-saran tetapi tidak melaksanakannya
4 Set up dilaksanakan dengan baik. 5 Melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan.
e. Fair Effort 1 Saran-saran perbaikan diterima dengan kesal
2 Kadang-kadang perhatian tidak ditujukan pada pekerjaannya. 3 Kurang sungguh-sungguh.
4 Tidak mengeluarkan tenaga dengan secukupnya. 5 Terjadi sedikit penyimpangan dari cara kerja baku.
6 Alat-alat yang dipakainya tidak selalu yang terbaik. 7 Terlihat adanya kecenderungan kurang perhatian pada pekerjaannya.
8 Terlampau hati-hati. 9 Sistematika kerjanya sedang-sedang saja.
10 Gerakan-gerakannya tidak terencana. f. Poor Effort
1 Banyak membuang-buang waktu. 2 Tidak memperhatikan adanya minat kerja.
3 Tidak mau menerima saran-saran.
4 Tampak malas dan lambat bekerja. 5 Melakukan gerakan-gerakan yang tidak perlu untuk mengambil alat-
alat dan bahan-bahan. 6 Tempat kerjanya tidak diatur rapi.
7 Tidak peduli pada cocokbaik tidaknya peralatan yang dipakai. 8 Mengubah-ubah tata letak tempat kerja yang telah diatur.
9 Set up kerjanya terlihat tidak baik. 3. Kondisi Kerja
Kondisi kerja adalah kondisi fisik lingkungan seperti keadaan pencahayaan, temperatur dan kebisingan ruangan.
4. Konsistensi Faktor ini perlu diperhatikan karena angka-angka yang dicatat pada setiap
pengukuran waktu tidak pernah semuanya sama. Besar nilai Westinghouse factor secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Westinghouse Factor
Faktor Kelas
Lambang Penyesuaian
Ketrampilan Superskill
Excellent Good
Average Fair
Poor A1
A2 B1
B2 C1
C2
D E1
E2 F1
F2 + 0,15
+ 0,13 + 0,11
+ 0,08 + 0,06
+ 0,03
0,00 - 0,05
- 0,10 - 0,16
- 0,22
Usaha Excessive
Excelent Good
Average Fair
Poor A1
A2 B1
B2 C1
C2
D E1
E2 F1
F2 + 0,13
+ 0,12 + 0,10
+ 0,08 + 0,05
+ 0,02
0,00 - 0,04
- 0,08 - 0,12
- 0,17
Kondisi Kerja Ideal
Excellenty Good
Average Fair
Poor A
B C
D
E F
+ 0,06 + 0,04
+ 0,02
0,00 - 0,03
- 0,07 Konsistensi
Perfect Excellenty
Good Average
Fair Poor
A B
C D
E F
+ 0,04 + 0,03
+ 0,01
0,00 - 0,02
- 0,04
Sumber: Sritomo Wignjosoebroto 1995
Cara objektif adalah cara menentukan rating performance yang memperhatikan dua faktor, yaitu faktor kecepatan dan faktor tingkat kesulitan
pekerjaan. Kedua faktor inilah yang dipandang secara bersama-sama menentukan performance pekerja.
3.9. Allowance
3
3
Sutalaksana, Z. I., A. Ruhana, dan J. H. Tjakraatmadja, op. cit., h. 167-169
3.9.1. Kelonggaran Waktu Untuk Kebutuhan Pribadi
Pekerja harus diberikan kelonggaran waktu untuk keperluan yang bersifat kebutuhan pribadi pada saat melakukan pekerjaannya. Jumlah waktu longgar
untuk kebutuhan personil dapat ditentukan dengan jalan melaksanakan aktivitas time study sehari kerja penuh atau dengan metode sampling kerja. Besarnya waktu
untuk kelonggaran pribadi untuk pekerja pria berbeda dengan pekerja wanita. Misalnya untuk pekerjaan ringan pada kondisi kerja normal pria memerlukan 2-
2,5 dan wanita 5 persentase ini dari waktu normal, atau sepuluh sampai 24 menit setiap hari akan dipergunakan untuk kebutuhan yang bersifat personil
apabila operator bekerja selama 8 jam per hari tanpa jam istirahat resmi. Jumlah waktu longgar untuk kebutuhan personil yang dipergunakan ini akan bervariasi
tergantung pada individu pekerjanya dan dibandingkan dengan jenis pekerjaan yang dilaksanakannya. Pekerjaan-pekerjaan yang berat dan kondisi kerja ruang
tidak enak terutama temperature tinggi akan menyebabkan kebutuhan waktu untuk personil ini lebih besar lagi. Allowance untuk hal ini bisa lebih besar dari
5.
3.9.2. Kelonggaran Waktu Untuk Melepaskan Lelah
Fatique Allowance
Kelelahan fisik manusia bisa disebabkan oleh beberapa penyebab diantaranya adalah kerja yang membutuhkan banyak pikiran lelah mental dan
kerja fisik. Masalah dalam menetapkan jumlah waktu yang dijinkan untuk melepaskan lelah adalah sangat sulit dan kompleks. Interval waktu dari siklus
kerja dimana pekerja akan memikul beban kerja secara penuh, kondisi lingkungan fisik pekerjaan dan faktor-faktor lainnya. Waktu periode istirahat dan frekuensi
pengadaanya akan tergantung pada jenis pekerjaannya. Satu kali periode istirahat yang diberikan berkisar 5 sampai 15 menit.
3.9.3. Kelonggaran Waktu Karena Keterlambatan-Keterlambatan
Delay Allowance
Pekerja tidak akan lepas dari berbagai hambatan-hambatan dalam melakukan pekerjaannya. Keterlambatan atau delay, bisa disebabkan faktor-faktor
yang sulit untuk dihindarkan. unavoidable delay karena diluar kemampuan pekerja untuk mengendalikannya, tetapi bisa juga di sebabkan oleh beberapa
faktor yang masih bisa dihindari, misalnya mengobrol yang berlebihan dan menganggur dengan sengaja. Jenis keterlambatan dan lamanya keterlambatan
untuk suatu aktivitas kerja dapat ditetapkan dengan teliti dengan melaksanakan aktivitas time study secara penuh dan juga dengan kegiatan sampling kerja.
Elemen-elemen kerja yang secara keseluruhan tidak diangap sebagi delay akan tetapi harus diamati dan diukur sebagaimana elemen-elemen kerja lainnya yang
termasuk dalam siklus operasi.
3.9.4. Tahapan Penentuan Waktu Baku
4
a. Waktu Terpilih Nilai faktor kelonggaran allowance diperlukan dalam menentukan
waktu baku. Kelonggaran diberikan untuk tiga hal, yaitu untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa letih fatique dan hambatan-hambatan lain yang tidak
terhindarkan. Kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa letih fatique dan hambatan-hambatan lain yang tidak terhindarkan merupakan hal yang nyata
dibutuhkan oleh pekerja dan yang selama pengukuran tidak diamati, tidak diukur, tidak dicatat ataupun tidak dihitung. Waktu baku ditentukan berdasarkan hasil dari
langkah-langkah yang telah ditentukan di atas.
�� = ∑��
� b. Waktu Normal
Wn = Wt x Rating Factor c. Waktu Standar
����� ������� = �� � 100
100 − ���������
4
Ibid., h. 155-156
3.10. Uji Keseragaman dan Kecukupan Data
5
1. Kelompokkan ke 16 harga tersebut ke dalam sub grup dan dihitung rata- ratanya.
3.10.1. Pengujian Keseragaman Data
Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktu kerja baik setiap elemen ataupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang telah disiapkan.
Hal pertama yang dilakukan adalah pengukuran pendahuluan. Tujuan melakukan hal ini adalah agar nantinya mendapatkan perkiraan statistika dari banyaknya
pengukuran yang harus dilakukan untuk tingkat-tingkat ketelitian dan keyakinan yang diinginkan. Seperti yang telah dikemukakan, tingkat ketelitian dan
keyakinan ini ditetapkan pada saat menjalankan langkah penetapan tujuan pengukuran.
Pengukuran pendahuluan pertama dilakukan dengan melakukan beberapa buah pengukuran yang banyaknya ditentukan oleh pengukur. Biasanya enam belas
kali atau lebih. Selanjutnya, dijalankan tahap kegiatan menguji keseragaman data dan menghitung jumlah pengukuran yang harus dilanjutkan dengan pengukuran
tambahan bila jumlah pengukuran yang dilakukan belum mencukupi. Pemrosesan hasil pengukuran dilakukan dengan langkah berikut ini.
2. Hitung rata-rata dengan
�̅ = ∑ ��
�
5
Ibid., h. 150-153
3. Hitung standar deviasi sebenarnya dan waktu penyelesaian dengan
� = � ∑�� − �̅
2
� 4. Tentukan batas kendali atas BKA dan batas kendali bawah BKB
dengan: BKA =
�̅ + �� BKB =
�̅ − ��
3.10.2. Pengujian Kecukupan Data
Pengujian kecukupan data dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
�
′
= ⎝
⎛ �
� �� ∑ �
2
− ∑ �
2
∑ � ⎠
⎞
2
Dimana N adalah jumlah pengukuran yang telah dilakukan. Catatan: tingkat kepercayaan 68 harga k = 1
tingkat kepercayaan 95 harga k = 2 tingkat kepercayaan 99 harga k = 3
Harga N’ lebih kecil daripada harga sebenarnya, maka pengamatan berhenti karena dianggap telah mencukup dan jika harga N’ tersebut lebih besar
dari harga sebenarnya, maka lakukan langkah pengamatan dari awal.
3.11. Konsep Dasar Peramalan
Peramalan merupakan bagian awal dari suatu proses pengambilan suatu keputusan. Sebelum melakukan peramalan harus diketahui terlebih dahulu apa
sebenarnya persoalan dalam pengambilan keputusan itu. Peramalan adalah pemikiran terhadap suatu besaran, misalnya permintaan
terhadap satu atau beberapa produk pada periode yang akan datang. Pada hakekatnya peramalan hanya merupakan suatu perkiraan guess, tetapi dengan
menggunakan teknik-teknik tertentu, maka peramalan menjadi lebih dari sekedar perkiraan. Peramalan dapat dikatakan perkiraan yang ilmiah. Setiap pengambilan
keputusan yang menyangkut keadaan di masa yang akan datang, maka pasti ada peramalan yang melandasi pengambilan keputusan tersebut.
3.11.1. Pendefenisian Tujuan Peramalan
Tujuan peramalan dilihat dengan waktu yaitu: a. Jangka pendek Short Term
Menentukan kuantitas dan waktu dari item dijadikan produksi. Biasanya bersifat harian ataupun mingguan dan ditentukan oleh Low Management.
b. Jangka Menengah Medium Term Menentukan kuantitas dan waktu dari kapasitas produksi. Biasanya bersifat
bulanan ataupun kuartal dan ditentukan oleh Middle Management.
c. Jangka Panjang Long Term Merencanakan kuantitas dan waktu dari fasilitas produksi. Biasanya bersifat
tahunan, 5 tahunan, 10 tahunan, ataupun 20 tahun dan ditentukan oleh Top Management.
3.11.2. Karakteristik Peramalan yang Baik
Peramalan yang baik mempunyai beberapa kriteria yang penting, antara lain akurasi, biaya, dan kemudahan. Penjelasan dari kriteria-kriteria tersebut
adalah sebagai berikut: 1. Akurasi
Akurasi dari suatu peramalan diukur dengan hasil kebiasaan dan konsistensi peramalan tersebut. Hasil peramalan dikatakan bias bila peramalan tersebut
terlalu tinggi atau telalu rendah dibanding dengan kenyataan yang sebenarnya terjadi. Hasil peramalan dikatakan konsisten jika besarnya kesalahan
peramalan relatif kecil. Peramalan yang terlalu rendah akan mengakibatkan kekurangan persediaan sehingga permintaan konsumen tidak dapat dipenuhi
segera, akibatnya perusahaan kemungkinan kehilangan pelanggan dan keuntungan penjualan. Peramalan yang terlalu tinggi akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan barang persediaan, sehingga banyak modal tersia- siakan. Keakuratan hasil peramalan berperan dalam menyeimbangkan
persediaan ideal.