Likuiditas Analisis Kinerja Keuangan KKP ITB

38

6.2.1 Likuiditas

Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendek. Kewajiban jangka pendek atau utang lancar adalah utang yang akan dilunasi dalam waktu satu tahun. Besar alat pembayaran likuiditas yang dimiliki perusahaan disebut sebagai daya bayar atau kekuatan bayar suatu perusahaan yang akan menjadikan perusahaan mempunyai kemampuan membayar kewajiban jangka pendeknya. Pengukuran likuiditas biasanya mengaitkan kewajiban jangka pendek dengan aset lancar yang tersedia untuk melunasinya. Likuiditas terdiri dari rasio lancar, rasio cair dan rasio kas. Laporan di KKP ITB untuk dihitung likuiditas yaitu dari laporan neraca tiap akhir tahun dari Tahun 2005-2009. Dengan adanya nilai yang dihitung dari tahun ke tahun maka dapat diketahui kemampuan KKP ITB dalam menjamin kewajiban lancar yang harus dibayar pada saat adanya penagihan. a. Rasio Lancar Current Rasio Rasio lancar merupakan perbandingan antara harta lancar dan kewajiban jangka pendek. Harta lancar yang dimaksud adalah harta yang dapat dicairkan dalam waktu setahun atau kurang seperti kas, piutang uang atau barang, ketersediaan barang dan biaya yang harus dipenuhi dimuka. Untuk kewajiban lancar yaitu terdiri dari hutang, simpanan, biaya-biaya yang harus dibayar.nilai harta lancar dan kewajiban lancar yang telah dianalisis dari tahun 2005-2009 dapat dilihat pada Tabel.6 Tabel 6. Rasio lancar KKP ITB periode 2005-2009 Tahun Harta Lancar Kewajiban Lancar Rasio 2005 4.914.474.988,81 1.446.389.266,44 339,78 persen 2006 4.632.111.527,62 1.553.188.170,44 298,77 persen 2007 7.250.118.916,85 1.799.229.620,44 402,96 persen 2008 8.190.156.220,17 2.227.586.174,44 367,67 persen 2009 7.929.242.182,31 2.236.921.997,44 354,47 persen Sumber : Laporan Pengurus KKP ITB 2005-2009 diolah Hasil perhitungan rasio lancar di KKP ITB menunjukan harta lancar koperasi pada tahun 2005 sebesar 339,78 persen dari utang lancarnya. Artinya 39 setiap utang lancar sebesar Rp 100,- dijamin oleh aktiva dari rasio lancar sebesar Rp 339,78 Likuid. Pada Tahun 2006 harta lancar 298,77 persen dari kewajiban lancarnya, pada Tahun 2007 mengalami peningkatan dalam kemampuan KKP ITB untuk membayar kewajiban lancar yaitu 402,67 persen namun pada tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 367,67 persen dan juga pada tahun 2009 harta lancar koperasi 354,47 persen dari utang lancar masih lebih besar dibandingkan tahun 2005 dan 2006 namun nilai harta lancar koperasi masih dianggap mampu untuk membayar utang lancarnya. b. Rasio Cair Harta lancar yang diperhitungkan tidak termasuk dalam persediaan dan pembayaran dimuka. Kewajiban lancar terdiri dari hutang barang, simpanan, dana, biaya yang harus dibayar. Hal ini hanya memperhitungkan aset yang sudah lebih dekat dengan uang tunai, apabila persediaan tidak ikut dihitung maka dengan sendirinya pos dibawah persediaan juga tidak ikut dihitung. Hasil rasio cair pada Tahun 2005-2009 dapat dilihat pada Tabel.7 Tabel 7. Rasio cair KKP ITB Periode 2005-2009 Tahun Harta-persediaan+pembayaran dimuka Kewajiban Lancar Rasio 2005 4.759.909.162,81 1.446.389.266,44 3,29 2006 4.471.761.975,62 1.553.188.170,44 2,88 2007 7.050.657.018,85 1.799.229.620,44 3,92 2008 8.009.639.331,17 2.227.586.174,44 3,60 2009 7.744.759.528,31 2.236.921.997,44 3,46 Sumber : Laporan Pengurus KKP ITB 2005-2009 diolah Rasio cair sebenarnya dihitung dari harta lancar dikurangi dari hasil penjumlahan antara nilai persediaan dengan pembayaran dibayar dimuka lalu dibagi kewajiban lancar, namun pada KKP ITB dalam data yang ada tidak disebutkan untuk nilai pembayaran dibayar dimuka maka dianggap nol. Oleh karena itu, kondisi likuiditas KKP ITB yang dilihat dari nilai rasio cair pada Tahun 2005-2009 berada pada kondisi likuid dengan kemampuan untuk membayar 40 kewajiban lancar sebesar 3,29 kali pada Tahun 2005 namun pada Tahun 2006 mengalami penurunan nilai angka rasio menjadi 2,88 meskipun angka tersebut masih dikatakan baik. Pada tahun berikutnya sampai pada Tahun 2009 yaitu 3,92 kali, 3,60 kali, dan 3,46 kali. Nilai rasio selama lima tahun di KKP ITB memenuhi syarat 1:1 dan kondisi likuiditas melalui rasio cair dalam keadaan baik. c. Rasio Kas Rasio kas yaitu perbandingan antara kas yang dijumlahkan dengan kas yang diperoleh dari bank dan hasilnya dibagi kewajiban lancar. Harta lancar yang digunakan hanya kas karena uang kas dan bank adalah harta yang paling cair yang dimiliki perusahaan karena dapat dicairkan tanpa harus melalui proses penjualan terlebih dahulu. Rasio ini menawarkan perhitungan kemampuan kas untuk menutupi seluruh utang jangka pendek. Nilai kas dan kewajiban lancar Tahun 2005-2009 dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Rasio Kas KKP ITB periode 2005-2009 Tahun Kas+Bank Kewajiban Lancar Rasio 2005 108.417.663,83 1.446.389.266,44 0,07 2006 220.368.953,5 1.553.188.170,44 0,14 2007 243.885.370,09 1.799.229.620,44 0,13 2008 385.923.567,84 2.227.586.174,44 0,17 2009 246.415.121,31 2.236.921.997,44 0,11 Sumber : Laporan Pengurus KKP ITB 2005-2009 diolah Rasio kas dari Tahun 2005-2009 menunjukkan bahwa uang kas dan bank yang memiliki rasio 0,07 kali, 0,14 kali, 0,13 kali, 0,17 kali, 0,11 kali utang lancarnya. Kondisi ini tidak baik dimana kemampuan KKP ITB membayar kewajiban lancarnya sangat rendah. Hal itu terlihat dari kemampuan kas yang sangat rendah jika dibandingkan dengan kewajiban lancar. Namun jika ditambahkan dengan yang lain yang termasuk kedalam aktiva maka jumlahnya akan berbeda. Dengan kata lain, rasio lancar dan rasio cair yang mampu melunasi kewajiban lancar bila kewajiban yang harus dibayarkan telah jatuh tempo sehingga jika dilihat dari data maka rasio kas masih belum bisa membayar kewajiban lancar. 41

6.2.2 Solvabilitas