13
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1 Analisis Rasio Keuangan Koperasi
Dalam koperasi, laporan keuangan dalam setiap kegiatan menjadi alat yang sangat penting untuk keberlangsungan koperasi dalam menjalankan
perencanaan. Dengan adanya data laporan keuangan dapat dianalisis dengan menggunakan analisis rasio. Dengan menggunakan analisis rasio, pengurus dapat
melihat hasil yang telah dianalisis. Koperasi tentunya menghasilkan laporan keuangan sebagai bukti dalam rapat anggota akan menjadi suatu gambaran untuk
kegiatan koperasi yang akan datang. Rasmussen 1975 menganggap laporan keuangan menjadi alat yang sangat penting dalam mengatur keuangan usaha yang
dijalankan dalam koperasi, keberlanjutan koperasi dan perencanaannya ditentukan melalui data keuangan yang akan dianalisis untuk mencapai tujuan yang akan
dicapai. Analisis laporan keuangan dalam sebuah koperasi akan mengungkapkan dua hal yaitu: kemampuan dari analisis untuk menampilkan efisiensi dan
kemampuan efisiensi koperasi berguna dalam pencapaian tujuan. Menurut Rasmussen 1975 analisis rasio terdiri dari 4 kategori yang
cocok untuk badan usaha seperti koperasi yaitu: 1.
Likuiditas Likuiditas menunjukkan kemampuan koperasi untuk membayar kewajiban
lancar yang harus segera dipenuhi pada saat ditagih sedangkan Kuswandi 2006 beranggapan bahwa rasio likuiditas bertujuan untuk mengetahui kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban-kewajiban jangka pendeknya, oleh karena itu rasio ini penting bagi pimpinan, manajer keuangan, bank, atau para
pemasok yang memberikan kredit penjualan. Rasio-rasio likuiditas yang sering digunakan adalah rasio lancar, rasio cair, dan rasio kas. Walaupun tidak ada tolak
ukur yang pasti tentang berapa rasio lancar minimal yang harus dimiliki suatu perusahaan, umumnya angka perbandingan 2:1 atau harta lancar dua kali lipat
kewajiban jangka pendeknya dianggap cukup aman bagi perusahaan. Standar untuk rasio cair tersebut 1:1 mengandung arti bahwa perusahaan boleh merasa
aman jika memiliki harta lancar diluar persediaan dan pembayaran di muka, minimal sebesar kewajiban jangka pendeknya. Dengan alasan-alasan tertentu,
14 perusahaan masih merasa belum aman jika hanya melihat pada rasio lancar dan
rasio cair sehingga kemudian menggunakan rasio kas. Salah satu rasio kas yaitu rasio atas penjualan atas kas.
2. Solvabilitas
Solvabilitas dinilai dengan kemampuan koperasi untuk membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajiban apabila perusahaan
tersebut dilikuidasi. Menurut Kuswandi 2006 solvabilitas adalah kemampuan untuk membayar utang jangka panjang, baik utang pokok maupun bunganya.
Kemampuan untuk membayar utang jangka panjang bergantung pada kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba karena cicilan utang pokok maupun
bunganya menurut kelaziman dibayar dengan dana kas, dan besarnya dana kas sangat ditentukan oleh besarnya lama yang masuk kedalam perusahaan. Rasio-
rasio yang dapat digunakan untuk mengukur solvabilitas adalah rasio utang jangka panjang atas harta, rasio utang jangka panjang atas modal, rasio jangka panjang
atas kapitalisasi. Nilai rasio-rasio tersebut sebaiknya rendah yang dapat menggambarkan bahwa beban utang perusahaan tidak terlalu berat. Dengan
demikian semakin rendah angka rasio, semakin tinggi solvabilitas perusahaan. 3.
Profitabilitas Profitabilitas menunjukkan kemampuan koperasi menggunakan aktiva
secara produktif. Munawir 1993 menyatakan Rasio profitabilitas atau rentabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba.
Selain itu, kuswandi 2006 menggambarkan kemampuan badan usaha dalam menghasilkan laba secara relatif. Relatif artinya laba tidak diukur dari besarnya
secar mutlak, tetapi diperbandingkan dengan unsur-unsur atau tolak ukur lainnya, karena perolehan laba yang besar belum tentu menggambarkan profitabilitas yang
besar juga. Setiap usaha menginginkan dan berusaha mengejar laba. Semakin besar laba semakin baik. Akan tetapi, laba yang besar tidak cukup
menggambarkan bahwa usaha telah dikelola dengan baik. Kita baru dapat melihat gambaran perolehan laba yang lebih baik jika besarnya dibandingkan dengan
elemen-elemen yang terdapat dalam neraca dan laporan laba rugi. Kemampulabaan koperasi tentunya berbeda dengan perusahaan. Sebuah
perusahaan labanya sangat berpengaruh terhadap investasi sedangkan koperasi
15 sangat dipengaruhi oleh modal sendiri yang bersumber dari anggota Rasmussen
1975. 4.
Efektivitas Efektivitas penggunaan dana dilihat dari bagaimana dana tersebut
digunakan dalam bentuk beban atau biaya yang dikeluarkan perusahaan Kuswandi, 2006. Rasio yang dipergunakan adalah rasio harga pokok penjualan
atas penjualan, harga pokok penjualan dan beban operasi atas penjualan. Menurut Rasmussen 1975 dan Keown et al 2002 hasil analisis rasio dapat dibandingkan
dengan analisis rasio usaha sejenis secara umum untuk melihat hasil kinerja namun karna keterbatasan peneliti mencari rata-rata kinerja keuangan sejenis
secara umum oleh karena itu hanya dengan membandingkan angka-angka rasio perusahaan sendiri dari tahun ke tahun untuk mendapatkan penilaian kinerja
keuangan. 3.1.2 Potensi Kesehatan Keuangan Koperasi
Salah satu aspek penting analisis laporan keuangan dari suatu perusahaan adalah kegunaannya untuk meramalkan dampak dari keputusan perencanaan atau
strategi yang diambil perusahaan karena tidak satupun pihak dalam perusahaan mengharapkan akan terjadinya kebangkrutan atau keharusan untuk menutup
usahanya pada suatu saat. Sesuai dengan cakupannya maka hakekat keuangan koperasi
mengupayakan keseimbangan
antara kebutuhan
dana serta
penggunaanya. Pengertian seimbang dalam hal ini adalah keseimbangan antara sisi aktiva dengan pasiva pada neraca. Perbedaan dengan badan usaha lain adalah
ketika usaha sudah menghasilkan keuntungan akan dibagikan kepada anggota dalam bentuk SHU sedangkan usaha dalam bentuk deviden.
3.1.3 Kinerja Organisasi