d. Fasilitas yang memadai
Sebagai  SMK  yang  berstandar  nasional  untuk  bidang  bisnis  dan manajemen,  SMK  Negeri  3  Surakarta  berusaha  menyediakan  semua  fasilitas
yang  menunjang  kelancaran  KBM  di  sekolah  baik  yang  berupa  laboratorium maupun sarana prasarana yang ada.
Hal  ini  senada  dengan  informan  1 dalam  wawancara  tanggal  31  Mei 2010 bahwa
“Faktor pendukung ISO adalah tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk melaksanakan ISO 9001:2008”.
Disamping itu informan 5 dalam wawancara tanggal 4 Juni 2010 juga berpendapat bahwa:
“fasilitas  memang  harus  terdapat  pada  sistem  manajemen  mutu tersebut, sarana dan prasarana, laboratorium-laboratorium”.
Adapun fasilitas yang ada di SMK Negeri 3 Surakarta adalah: Sarana Parsarana pendidikan meliputi:
1. Laboratorium Komputer  Akuntansi – 42 PC – 1 LCD Projector
 Adm. Perkantoran – 43 PC – 1 LCD-P  Pemasaran – 42 PC - 1 LCD-P
 Multimedia – 38 PC – 1 LCD-P 2. Laboratorium Kompetensi Keahlian Garmen
3. Laboratorium Bahasa 4. Laboratorium Ketika Manual
5. 23 Ruang Teori dan 2 RKB Sarana prasarana infrastruktur antara lain:
1. Bisnis Center – Esti 2. Unit Produksi Bank Esti AK
3. Unit Produksi Double M MM 4. Internet dan Free Hot Spot di Perpustakaan  Lab. Multimedia
5. Perpustakaan 6. Kantin Selatan, Utara,  Timur
7. Masjid Al Husna
commit to users
8. R. BPBK – Piket – UKS 9. R. Satpam
3. Faktor-Faktor Penghambat Pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di SMK Negeri 3 Surakarta
Pelaksanaan sistem  manajemen mutu ISO 9001:2008 di SMK Negeri 3 Surakarta juga mengalami beberapa hambatan antara lain:
a. Kurang adanya sosialisasi
Dalam menjalankan  suatu  program  di  perlukan  sosialisasi  terlebih dahulu. Dengan adanya sosialisasi kepada seluruh anggota akan memperlancar
pelaksanaan program yang dijalankan, apa tujuan dan manfaat dari pelaksanan program tersebut dan bagaimana pelaksanaanya suatu program akan terhambat
yang akan berdampak pada kurangnya partisipasi anggota. Hal  ini  yang  dirasa  dialami  oleh  sebagian  besar  guru  ,  karyawan  dan
siswa, bahwa hanya terkesan yang paham mengenai ISO adalah QMR, kepala sekolah, Wakil kepala sekolah.
Sesuai  pendapat  informan  10 dalam  wawancara  tanggal  2  Juni  2010 menyatakan bahwa :
“Sebenarnya  kami  guru-guru  yang  ada  disini  kurang  paham mengenai  ISO  apalagi  sekarang  ternyata  sudah  menjadi  ISO
9001:2008,  lebih  tepatnya  pada  QMR  yang  lebih  paham  betul mengenai ISO”.
Dari  penjelasan  tersebut  nampak  bahwa  kurangnya  sosialisasi  yang berakibat  pada  kurangnya  pemahaman  sebagian  warga  sekolah,  hal  ini
menyebabkan kurang adanya kepedulian dalam pelaksanaan sistem manejemn mutu ISO 9001 : 2008.
b. Kurang adanya partisipasi terhadap penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008