36
2.3.1. Pengaruh Stres Kerja Terhadap Turnover Intention
Menurut Robbins 2008:369 akibat stress yang dikaitkan dengan perilaku mencakup perubahan dalam produktivitas, turnover karyawan tinggi, tingkat
absensi yang tinggi dan kecelakaan kerja. Stres kerja dapat mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan kondisi seseorang, baik fisik maupun mental. Karyawan yang
mengalami stres kerja yang berlebihan berimplikasi terhadap voluntary turnover Robbins, 2008:369. Voluntary turnover merupakan keinginan karyawan keluar
dari organisasi secara sukarela dengan suatu alasan. Ketika karyawan mengalami tekanan di dalam perkerjaannya, maka karyawan akan merasakan stres yang
berlebihan sampai akhirnya akan berpikir untuk keluar dari organisasi. Pohan 2015 dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Stress Kerja,
Motivasi Kerja dan Iklim Organisasi terhadap keinginan untuk keluar intention to leave
karyawan” menyatakan bahwa stress kerja berkontribusi terhadap keinginan untuk keluar intention to leave. Nilai t positif menunjukkan bahwa
variabel stress kerja mempunyai hubungan yang searah dengan keinginan untuk keluar intention to leave
. Selanjutnya, penelitian Purba 2015 yang berjudul “ Pengaruh Stres Kerja Dan Lingkungan Kerja Terhadap Turnover Intention
Karyawan Pada PT. Daihatsu”, mengatakan stres kerja dan lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap turnover intention karyawan. Hal
tersebut menunjukkan bahwa variabel stress kerja secara umum mendorong karyawan untuk terus memberikan hasil kerja yang optimal dalam pencapaian
target penjualan, namun disisi lain stres kerja tersebut juga berdampak pada kondisi psikologis dan hubungan antara karyawan menjadi terganggu.
Universitas Sumatera Utara
37
Syahronica 2015 berpendapat bahwa kepuasan kerja dan stres kerja berpengaruh signifikan terhadap turnover intention, yang dipaparkan dalam penelitiannya yang
berjudul “Pengaruh Kepuasan Kerja Dan Stres Kerja Terhadap Turnover Intention Studi Pada Karyawan Departemen Dunia Fantasi PT Pembangunan Jaya Ancol,