Islam Arus Utama Islam Arus Utama dan Pinggiran

77 utamamapan dan pinggiransempalan bersifat dinamis. Artinya, mengalami perubahan seiring dengan perubahan internal dan persepsi pihak ekstenal kelompok. Faktor internal terkait dengan kian meningkatknya moderasi pada aspek ide dan tindakan atau metode gerakannya, juga kian banyaknya pendukung akibat kemampuan mempertahankan keberadaannya di tengah-tengah pergumulannya dengan Islam arus utama. Faktor eksternal terkait dengan perubahan pandangan kelompok lain terhadap mereka. Karena itu tidak mengherankan jika sebuah kelompok Islam yang pada awal pertumbuhannya dikenal sebagai Islam pinggiran pada akhirnya berposisi sebagai Islam arus utama, atau setidak-tidaknya tidak dipersoalkan lagi ide dan tindakannya. Muhammadiyah misalnya, setidaknya pada awal perkembangannya dapat dikategorikan sebagai kelompok pinggiran dan sempalan karena ide dan gerakannya tidak lazim dilihat dari pemahaman umat Islam pada masa itu, namun seiring dengan perjalanan waktu dan perubahan yang terjadi pada aspek internal dan atau tindakannya, akhirnya ia menjadi kelompok Islam utama. Hal ini nampak pula pada kasus Rifaiyah, dan Lembaga Dakwah Islam Indonesia LDII 4 yang di lokasi penelitian lebih dikenal sebagai Yakari Yayasan Karyawan Islam. Sementara kelompok Islam pinggiran atau sempalan yang lain masih tetap dipandang sempalan dan pinggiran, terutama 4 Gatra dalam edisi khusus 6 Desember 2003 misalnya, memasukkan Rifaiyah dan Darul Hadits LDII sebagai Islam pinggiran, selain kelompoktokoh yang lain seperti Syekh Siti Jenar, Ki Ageng Pengging, Syekh Ahmad Mutamakin, Ki Saleh Darat, Islam Wetu Telu, Islam Kajang, Syiah, AhIdamyah, Az-Zaitun, Inkar Sunnah, Rufaqa, Salamullah, Jaringan Islam Liberal. Akhir-akhir ini muncul kelompok Islam yang dapat dikategorikan sempalan seperti Al-Qiyadah Al-Islamiyah. 78 kelompok Islam yang tumbuh pada era reformasi seperti Lasykar Jihad, Front Pembela Islam, Majelis Mujahidin, Hisbut Tahrir, Salamullah Lia Eden, sampai pada Al-Qiyadah Al-Islamiyah. Rifaiyah: Rifaiyah ditautkan dengan nama tokohnya yaitu KH. Ahmad Rifai. Beliau sendiri tidak pernah mendirikan organisasi seperti halnya yang dilakukan KH. Ahmad Dahlan Muhammadiyah, atau KH. Hasyim Asy’ari NU. Sebaliknya Rifaiyah didirikan oleh para kader KH Ahmad Rifai. Nama lain dari kelompok ini adalah Islam Alim-Adil. 5 KH. Rifai sendiri lahir di Desa Tempuran Kabupaten Semarang, sekarang masuk Kabupaten Kendal, pada tahun 1786 atau 1200 H, tepatnya 9 Muharam dan meninggal dalam usia 86 tahun dalam hitungan kalender hijriyah, 25 Robiul Akhir 1286 di Ambon, setelah pemerintah kolonial Belanda melakukan pengasingan kepadanya Djamil, 2001. Ia adalah putra dari pasangan KH Muhammad Marhum bin Abi Sujak dan Siti Rahmah, ayahnya seorang Penghulu Landerad di Kendal. Rifai kecil banyak diasuh oleh kakaknya, Ibu Rajiyah, 5 Terma Alim-Adil yang biasa diartikan dengan Ulama Akherat, ini merupakan ungkapan pengikut Rifaiyah dan ini diambil dari kitab-kitab Tarajumah. Yang dimaksud dengan kitab-kitab Tarajumah sendiri menunjuk kepada berbagai kitab yang dikarang oleh KH. Ahamad Rifai. Ada sekitar 62-an buah judul kitab rangkuman berbagai soal keagamaan yang diambil dari Al-Qur’an dan Al-Hadits serta kitab-kitab berbahasa Arab yang dikarang oleh ulama-ulama terdahulu, khususnya dari kalangan Mazhab Pii. Penamaan kelompok Alim-Adil juga biasa digunakan oleh pemerintah setelah merdeka. Misalnya dalam Surat Keputusan Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah bernomor 012 Tahun 1982 ketika melakukan larangan terhadap pengikut kelompok ini dengan nama Alim-Adil. Uraian lebih lanjut lihat dalam Djamil 2001.