PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN KONSTRUKSI BANGUNAN DI SMK NEGERI 2 SALATIGA TAHUN AJARAN 2014 2015

(1)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS

TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN KONSTRUKSI BANGUNAN

DI SMK NEGERI 2 SALATIGA TAHUN AJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan Universitas Negeri Semarang

Oleh

RINDU NINGATI NIM5101411026

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015


(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Numbered Heads Together

Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Konstruksi Bangunan Kelas X di SMK Negeri 2 Salatiga Tahun Ajaran 2014/2015” telah disetujui pembimbing untuk diajukan ke sidang Panitia Ujian Skripsi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang, pada :

Hari : Senin

Tanggal : 31 Agustus 2015

Semarang, Agustus 2015

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dra. Sri Handayani, M.Pd. Eko Nugroho Julianto, S.Pd., M.T NIP. 196711081991032001 NIP. 197207021999031002


(3)

iii

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Numbered Heads Together

Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Konstruksi Bangunan di SMK Negeri 2 Salatiga Tahun Ajaran 2014/2015” ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang, pada tanggal 09 September 2015.

Panitia Ujian,

Ketua Sekretaris

Drs. Sucipto, M.T. Eko Nugroho Julianto, S.Pd., M.T.

NIP. 196301011991021001 NIP. 197207021999031002

Penguji I Penguji II Penguji III

Dr. Nur Qudus, M.T. Dra. Sri Handayani, M.Pd. Eko Nugroho Julianto, S.Pd., M.T.

NIP. 196911301994031001 NIP. 196711081991032001 NIP. 197207021999031002

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Teknik UNNES Dr. Muhammad Harlanu, M.Pd.


(4)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sebenar bahwa skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Numbered Heads Together Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Konstruksi Bangunan Kelas X di SMK Negeri 2 Salatiga Tahun Ajaran 2014/2015” benar–benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain yang telah diterbitkan dan disebutkan dalam teks serta dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini. Skripsi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar dalam program sejenis di perguruan tinggi manapun.

Semarang, Agustus 2015 Penulis

Rindu Ningati NIM. 5101411026


(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Don’t say you can’t but still trying and praying until you can.”

PERSEMBAHAN

 Allah SWT atas kesempatan dan karunia yang luar biasa

 Kedua orang tua saya yang selalu mendoakan dan mendidik anak-anaknya.

 Adik saya Cinta Ningtiyas yang selalu memberikan semangat dan keceriaan selama ini.

 Sahabat-sahabat Markutil yang selalu memberikan motivasi dan keceriaan.

 Sahabat saya Nabella Faradilla dan Nora Febriani yang selalu memberikan semangat.

 Teman-teman yang telah membantu penelitian.

 Teman-teman jurusan PTB 2011 dan teman-teman kos yang tidak bisa disebutkan satu persatu.


(6)

vi

ABSTRAK

Rindu Ningati. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Numbered Heads Together Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Konstruksi Bangunan di SMK Negeri 2 Salatiga Tahun Ajaran 2014/2015.Fakulkas Teknik. Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing:Dra. Sri Handayani, M.Pd.,Eko Nugroho Julianto, S. Pd, M.T.

Kata kunci :Hasil belajar; Konstruksi Bangunan; Numbered Heads Together. Penerapan model pembelajaran konvensional masih dilakukan pada mata pelajaran konstruksi bangunan. Hal tersebut tidak sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 yang menuntut siswa untuk menjadi subyek aktif dan mandiri. Sehingga dibutuhkan suatu model pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran konstruksi bangunan untuk memenuhi tuntutan tersebut. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah Numbered Heads Together (NHT). Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah : “Apakah penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran Konstruksi Bangunan Kelas X Teknik Gambar Bangunan di SMK Negeri 2 Salatiga?”

Model penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen dimana subjek penelitian ini adalah siswa pada kelas X TGB A (kelas kontrol) dan X TGB B (kelas eksperimen), dengan hasil belajar sebagai alat untuk mengukur tingkat pemahaman siswa. Untuk mengukur tingkat keaktifan siswa maka digunakan angket keaktifan siswa yang berisi pernyataan-pernyataan positif dan negatif dan diisi oleh responden secara tertutup. Hasil penelitian ini adalah rata-rata keaktifan siswa kelas ekperimen sebesar 90,67% dan keaktifan siswa dalam kelas kontrol sebesar 78,78%. Rata-rata nilai kognitif untuk kelas eksperimen sebesar 90,50 dan kelas kontrol sebesar 84,50. Sedangkan dari aspek psikomotorik, kelas eksperimen mencapai rata-rata sebesar 89,84 dan kelas kontrol sebesar 86,87. Untuk rata-rata nilai akhir kelas eksperimen sebesar 90,45 dan kelas kontrol sebesar 82,99, dengan persentase ketuntasan 100% pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Jika dilihat dari masing-masing aspek, ada beberapa siswa dalam kelas kontrol yang tidak mencapai ketuntasan minimal dari aspek afektif yaitu sebanyak 14 siswa atau sebesar 38,88% dari keseluruhan jumlah siswa kelas kontrol.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut terbukti bahwa model pembelajaran

Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dilihat dari berbagai aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.


(7)

vii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah atas berkat serta hidayah Allah SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Numbered Heads Together Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Konstruksi Bangunan Kelas X Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan Di SMK Negeri 2 Salatiga Tahun Ajaran 2014/2015”.

Keberhasilan dalam menyusun skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini dengan rendah hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang 2. Dr. Muhammad Harlanu, M.Pd., Dekan Fakultas Teknik, Universtas

Negeri Semarang

3. Drs. Sucipto, M.T., Ketua Jurusan Teknik Sipil, Universitas Negeri Semarang.

4. Eko Nugroho Julianto, S.Pd, M.T., Ketua Prodi Pendidikan Teknik Bangunan, Universitas Negeri Semarang, serta sebagai dosen pembimbing yang telah sabar memberi bimbingan,semangat, petunjuk serta pengarahan yang luar biasa selama penulisan skripsi ini.

5. Dra. Sri Handayani M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan semangat dan pengarahan yang luar biasa selama penulisan skripsi.


(8)

viii

6. Dr. Nur Qudus, MT. selaku dosen penguji yang telah memberi masukan dan pengarahan.

7. Drs. Kamaruddin, Kepala Sekolah SMK Negeri 2 Salatiga.

8. Bapak Susilo, S. Pd, Ketua Jurusan Bangunan SMK Negeri 2 Salatiga. 9. Drs. Mahsun, M.T., selaku guru pengampu mata pelajaran Konstruksi

Bangunan di SMK Negeri 2 Salatiga.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan para pembaca.

Semarang, Agustus 2015

Rindu Ningati NIM. 5101411026


(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR GRAFIK ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Batasan Masalah ... 4

1.5. Manfaat dan Kegunaan Penelitian ... 5

1.5.1 Manfaat atau Kegunaan Teoritis ... 5

1.5.2 Manfaat atau Kegunaan Praktis ... 5

1.6. Penegasan Istilah ... 5

1.7. Sistematika Penulisan Skripsi ... 7

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Hasil Belajar ... 9

2.1.1 Pengertian Belajar ... 9

2.1.2 Tujuan Belajar ... 10

2.1.3 Konsep Perencanaan Pembelajaran ... 11


(10)

x

2.1.5 Keaktifan Siswa Dalam Proses Pembelajaran ... 12

2.1.6 Hasil Belajar ... 13

2.1.7 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ... 14

2.2 Mata Pelajaran Konstruksi Bangunan ... 15

2.3 Model Pembelajaran ... 16

2.4 Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) ... 17

2.5 Kerangka Berpikir ... 20

2.6 Hipotesis ... 22

BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian ... 23

Populasi dan Sampel Penelitian ... 24

Variabel Penelitian ... 25

Prosedur Pengumpulan Data ... 26

Instrumen Penelitian ... 28

3.5.1 Instrumen Hasil Belajar ... 28

3.5.2 Instrumen Keaktifan Siswa... 35

Analisis Data... 40

3.6.1 Uji Normalitas ... 40

3.6.2 Uji Kesamaan Dua Varians (Uji Homogenitas) ... 41

3.6.3 Uji Perbedaan Rata-Rata (Uji t) ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa ... 43

Uji t Keaktifan dan Hasil Belajar ... 45

4.2.1 Keaktifan Siswa ... 45

4.2.1.1 Uji Normalitas ... 45

4.2.1.2 Uji Homogentitas ... 46

4.2.1.3 Uji Perbedaan Rata-Rata (uji t) ... 47

4.2.2 Hasil Belajar Siswa ... 48


(11)

xi

4.2.1.2 Uji Homogentitas ... 49

4.2.1.3 Uji Perbedaan Rata-Rata (uji t) ... 50

4.3 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)... 51

4.4 Pembahasan ... 60

BAB V PENUTUP 5.1. Keimpulan ... 64

5.2. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Pola Rancangan Penelitian ... 24

Tabel 3.2. Kisi-Kisi Uji Coba Instrument Penelitian Hasil Belajar Konstruksi Bangunan ... 29

Tabel 3.3. Hasil Analisis Validitas Soal Uji Coba... 31

Tabel 3.4. Daya Pembeda Butir Soal ... 33

Tabel 3.5. Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Uji Coba ... 33

Tabel 3.6. Kriteria Tingkat Kesukaran Soal ... 34

Tabel 3.7. Hasil Analisis Taraf Kesukaran Soal Uji Coba ... 35

Tabel 3.8. Kisi-Kisi Angket Keaktifan Belajar Siswa ... 36

Tabel 3.9. Kriteria Penilaian Keaktifan Siswa... 37

Tabel 3.10. Rincian Skor Angket Keaktifan Siswa ... 37

Tabel 3.11. Hasil Analisis Validitas Butir Angket ... 38

Tabel 4.1. Uji Normalitas Keaktifan Siswa ... 46

Tabel 4.2. Uji Homogenitas ( Kesamaan Dua Varians) Keaktifan Siswa ... 47

Tabel 4.3. Uji Perbedaan Rata-rata (Uji t) Keaktifan Siswa ... 48

Tabel 4.4. Uji Normalitas Hasil Belajar Siswa ... 49

Tabel 4.5. Uji Homogenitas ( Kesamaan Dua Varians) Hasil Belajar Siswa .. 50

Tabel 4.6. Uji Perbedaan Rata-rata (Uji t) Hasil Belajar Siswa ... 51

Tabel 4.7. Nilai Kognitif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 53

Tabel 4.8. Nilai Afektif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 55

Tabel 4.9. Nilai Psikomotorik Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 56

Tabel 4.10 Nilai Rata-Rata Akhir Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 58


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Flow Chart Kerangka Berpikir ... 21 Gambar 4.1. Kegiatan Pembelajaran Di Kelas Eksperimen ... 44 Gambar 4.2. Kegiatan Pembelajaran Di Kelas Kontrol ... 44


(14)

xiv

DAFTAR GRAFIK

Halaman Gambar 4.1. Perbedaan Nilai Kognitif Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 53 Gambar 4.2. Perbedaan Nilai Afektif Kelas Eksperimen dan Kelas ... 55 Gambar 4.3. Perbedaan Nilai Psikomotorik Kelas Eksperimen dan Kontrol... 57 Gambar 4.4. Perbedaan Nilai Rata-rata Akhir Kelas Eksperimen dan Kontrol 59


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Nama Siswa Kelas Uji Coba ... 68

Lampiran 2 Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen ... 69

Lampiran 3 Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol ... 70

Lampiran 4 Silabus Mata Pelajaran ... 71

Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 73

Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 80

Lampiran 7 Kisi-Kisi Soal Uji Coba Instrumen ... 86

Lampiran 8 Soal Uji Coba Instrumen ... 87

Lampiran 9 Kunci Jawaban Soal Uji Coba Instrumen ... 94

Lampiran 10 Soal Kelompok ... 95

Lampiran 11 Analisis Validitas, Daya Pembeda, Tingkat Kesukaran, dan Realibilitas Butir Soal Instrumen ... 96

Lampiran 12 Rekapitulasi Uji Instrument yang Digunakan ... 98

Lampiran 13 Materi... 99

Lampiran 14 Analisis Data Akhir Prestasi Belajar ... 106

Lampiran 15 Data Uji Normalitas Hasil Belajar Siswa ... 107

Lampiran 16 Uji Homogenitas Hasil Belajar Antara Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 109

Lampiran 17 Uji Perbedaan Rata-Rata (Uji t) Hasil Belajar Antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 110

Lampiran 18 Angket Keaktifan Siswa ... 111

Lampiran 19 Analisis Validitas Angket Keaktifan Siswa ... 113

Lampiran 20 Uji Homogenitas Keaktifan Siswa ... 115

Lampiran 21 Uji Normalitas Keaktifan Siswa ... 116

Lampiran 22 Daftar Uji Perbedaan Rata-Rata (Uji t) Keaktifan Siswa Antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 117

Lampiran 23 Surat Ijin Penelitian ... 118


(16)

1

1.1. Latar Belakang Masalah

Kehadiran teknologi informasi dan teknologi dalam pembelajaran merupakan tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan. Tuntutan dalam menjawab globalisasi pendidikan telah hadir di depan mata. Berbagai perangkat komputer beserta koneksinya dapat menghantarkan peserta belajar secara cepat dan akurat apabila dimanfaatkan secara benar dan tepat. Untuk itu, diperlukan sumber daya manusia yang tanggap teknologi dan peserta belajar yang aktif serta mandiri dalam proses pembelajaran.

Metode pembelajaran yang menekankan guru sebagai tokoh sentral dalam proses pembelajaran atau yang lebih dikenal dengan Teacher Centered Learning(TCL) masih menjadi fenomena dalam dunia pendidikan di Indonesia. Melalui metode pembelajaran tersebut, yang terjadi adalah siswa hanya duduk mendengarkan dengan aktifitas yang minimal. Metode tersebut dianggap tidak sesuai dengan tuntutan globalisasi yang mengharuskan siswa mempunyai kompetensi tertentu seperti penguasaan pengetahuan dan teknologi terbaru. Dengan kondisi tersebut tentunya juga mendorong pengajar untuk terus mengembangkan dan menyesuaikan materi pembelajaran dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Sehingga dengan alasan tersebut maka perubahan paradigma dari Teacher Centered Learning (TCL) ke Student Centered Learning (SCL) sangat tepat dilakukan untuk mengakomodasi semua


(17)

kebutuhan tersebut. Karena Student Centered Learning (SCL) merupakan strategi pembelajaran yang menempatkan peseta didik sebagai subyek aktif dan mandiri yang bertanggung jawab penuh atas pembelajaran yang dilakukan. Sehingga pengajar beralih fungsi sebagai mitra belajar/fasilitator.

Proses pembelajaran ideal akan tercipta jika didukung oleh beberapa komponen seperti strategi, metode dan teknik pengajaran. Dengan berbagai komponen pendukung tersebut diharapkan proses pembelajaran menjadi efektif dan efisien. Perencanaan pembelajaran perlu disiapkan oleh seorang guru agar proses pembelajaran yang akan dilakukan menjadi terarah. Perencanaan pembelajaran dapat dilakukan mulai dari strategi, metode dan teknik pengajaran. Dalam kegiatan pembelajaran yang menggunakan media teori maka diperlukan suatu evaluasi yang menggunakan media ketuntasan minimal. Dimana siswa harus mencapai kompetensi untuk menguasai pengetahuan tentang materi yang diberikan serta mencapai aspek psikomotorik dimana siswa harus mampu mengaitkan dan mengaplikasikan pengetahuan yang didapat dalam lingkungan sekitarnya.

Salah satu kegiatan pembelajaran dengan karakteristik teori adalah materi pekerjaan utilitas dalam mata pelajaran Konstruksi Bangunan. Mata pelajaran tersebut merupakan mata pelajaran wajib bagi siswa kelas X Jurusan Teknik Bangunan di SMK Negeri 2 Salatiga. Sistem pembelajaran yang dilakukan dalam mata pelajaran ini adalah memberikan materi teori terhadap siswa dengan cara penyampaian materi yang terpusat oleh guru.


(18)

Sebuah kegiatan pembelajaran ideal memerlukan sebuah model pembelajaran sebagai sarana untuk menyampaikan materi kepada siswa. Model pembelajaran ini harus disesuaikan dengan karakteristik materi dan tujuan yang akan dicapai. Model yang dapat digunakan untuk mengakomodasi semua kebutuhan siswa dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu alternatif jenis model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan berdasarkan karakteristik materi konstruksi bangunan dengan kompetensi dasar mengklasifikasikan dan menalar macam-macam pekerjaan utilitas bangunan adalah Numbered Heads Together (NHT). Model pembelajaran ini melibatkan para siswa dalam mereview bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan bakat keterampilan.

Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah “Penerapan Model Pembelajaran Numbered Heads Together pada Mata Pelajaran Konstruksi Bangunan Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X Teknik Gambar Bangunan di SMK Negeri 2 Salatiga Tahun Ajaran 2014/2015”.


(19)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

“Apakah penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together

(NHT) dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran Konstruksi Bangunan kelas X Teknik Gambar Bangunan di SMK Negeri 2 Salatiga?”

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan penelitian diatas, maka dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut :

Untuk mengetahui apakah dengan penerapan model pembelajaran

Numbered Heads Together dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran konstruksi bangunan kelas X Teknik Gambar Bangunan di SMK Negeri 2 Salatiga.

1.4. Batasan Masalah

Pembatasan masalah pada penelitian ini adalah penelitian pada mata pelajaran konstruksi bangunan kompetensi dasar mengklasifikasikan dan menalar macam-macam pekerjaan utilitas pada bangunan berdasarkan karakteristiknya pada siswa kelas X Teknik Gambar Bangunan semester genap tahun ajaran 2014/2015.


(20)

1.5. Manfaat atau Kegunaan Penelitian 1.5.1. Manfaat atau Kegunaan Teoritis

Sebagai suatu karya ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada khususnya, maupun masyarakat pada umumnya mengenai penerapan model pembelajaran

Numbered Heads Together pada mata pelajaran Konstruksi Bangunan kelas X Teknik Gambar Bangunan di SMK Negeri 2 Salatiga terhadap hasil belajar siswa.

1.5.2 Manfaat atau Kegunaan Praktis

1. Menyebarluaskan informasi mengenai pentingnya penerapan metode mengajar guru terhadap tingkat pemahaman siswa pada semua mata pelajaran kejuruan SMK Negeri 2 Salatiga.

2. Memberikan masukan bagi para pendidik, peserta didik dan masyarakat luas tentang arti pentingnya pemahaman seorang siswa dalam menjalani proses belajar di sekolah.

3. Memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya memperbaiki proses pembelajaran agar lebih baik dan berkualitas.

1.6. Penegasan Istilah

Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran dan untuk mewujudkan kesatuan berfikir pembaca, pada penelitian ini perlu ditegaskan istilah-istilah yang ada, khususnya yang berhubungan dengan judul penelitian.


(21)

a) Model Numbered Heads Together

Numbered Heads Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional.

Numbered Heads Together (NHT) pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

b) Keaktifan Siswa

Keaktifan siswa adalah siswa aktif mengolah informasi yang diterima dan berusaha dengan seluruh anggota badannya untuk mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menentukan fakta, menganalisis, menafsirkan dan menarik kesimpulan.

c) Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktifitas belajar. Perolehan aspek–aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada yang dipelajari. Jika pembelajar mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep.

d) Mata Pelajaran Konstruksi Bangunan

Konstruksi Bangunan merupakan mata pelajaran yang diajarkan kepada siswa kelas X Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan di SMK Negeri 2 Salatiga.


(22)

e) Siswa Kelas X SMK Negeri 2 Salatiga

Siswa kelas X SMK Negeri 2 Salatiga yang dimaksud dalam penelitian adalah peserta didik kelas X Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan yang terdaftar sebagai peserta didik di SMK Negeri 2 Salatiga tahun ajaran 2014/2015. Jadi yang dimaksud dengan penerapan model Numbered Heads Togetherterhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Konstruksi Bangunan kelas X SMK Negeri 2 Salatiga adalah hasil penerapan suatu model pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa terhadap pemahaman siswa kelas X SMK Negeri 2 Salatiga.

1.7. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah para pembaca dalam memahami isi skripsi ini, maka dipandang perlu mengemukakan sistematikanya. Adapun sistematika penyususan skripsi ini adalah sebagaimana uraian berikut ini.

Bab I Pendahuluan

Mencakup latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan tujuan penelitian, manfaat atau kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori

Bab ini berisi tentang teori-teori yang dijadikan acuan untuk mengadakan penelitian, kerangka berfikir dan hipotesis.


(23)

Bab III Metode Penelitian

Berisi tentang model penelitian; Proses pelaksanaan penelitian; populasi, sampel; variabel-variabel penelitian; Metode dan teknik pengumpulan data; Uji validitas dan reliabilitas instrumen; teknik analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Berisi tentang deskripsi data yang mencakup data hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen berserta analisisnya maupun data hasil penelitian, pengujian persyaratan analisis, analisis data dan pengujian hipotesis, serta pembahasan hasil analisis data.

Bab V Kesimpulan dan Saran

Berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran yang diberikan berdasarkan penelitian.


(24)

9

2.1.Hasil Belajar

2.1.1. Pengertian Belajar

Setiap kehidupan manusia dari berbagai jenjang pasti akan mengalami sebuah proses pembelajaran. Setiap individu mulai dari kanak-kanak hingga dewasa pasti akan terus belajar mengenai berbagai hal yang berguna bagi kehidupannya. Hal ini dikarenakan belajar merupakan sebuah kebutuhan makhluk hidup untuk dapat terus beradaptasi dengan lingkungannya.

Menurut Oemar Hamalik, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan perilaku. Sedangkan menurut Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning 1977, belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan serta-merta akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah.

Dengan demikian dapat disimpulkan belajar adalah perubahan tingkah laku pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan,


(25)

keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Jadi, dapat dikatakan bahwa belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga yang menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya. Secara garis besar, belajar merupakan kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap jenjang pendidikan. Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar adalah kegiatan yang paling pokok dan penting dalam keseluruhan proses pendidikan.

2.1.2. Tujuan Belajar

Sistem lingkungan (kondisi) belajar yang kondusif sangat diperlukan dalam usaha pencapaian tujuan belajar. Seorang guru harus mampu menciptakan sistem lingkungan (kondisi) yang kondusif dalam melakukan proses pembelajaran. Sistem lingkungan belajar ini sendiri terdiri atau dipengaruhi oleh berbagai komponen yang masing-masing saling memengaruhi. Komponen-komponen itu misalnya tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, materi yang diajarkan, guru dan siswa yang yang memainkan peranan serta dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan serta sarana prasarana belajar mengajar yang tersedia.

Guru dalam mengajar harus sudah memiliki rencana dan menetapkan strategi belajar-mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Secara garis besar tujuan pembelajaran dibagi menjadi tiga jenis yaitu : a. Untuk mendapatkan pengetahuan


(26)

c. Pembentukan sikap

Pencapaian tujuan belajar berarti akan menghasilkan hasil belajar. Hasil belajar akan bermuara kepada anak didik, maka setelah terjadi proses internalisasi terbentuklah suatu kepribadian yang utuh. Untuk pencapaian semua itu, dibutuhkan sistem lingkungan (kondisi) yang mendukung.

2.1.3. Konsep Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan adalah proses penetapan dan pemanfaatan sumber daya secara terpadu yang diharapkan dapat menunjang kegiatan-kegiatan dan upaya-upaya yang akan dilaksanakan secara efisien dan efektif dalam mencapai tujuan. Pembelajaran adalah proses yang diatur sedemikian rupa menurut langkah-langkah tertentu agar pelaksanaannya mencapai hasil yang diharapkan. Keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat ditentukan oleh rencana yang dibuat guru, oleh karena itu komponen-komponen dalam perencanaan belajar harus disusun atau dikembangkan secara sistematis.

Perencanaan pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu rangkaian yang saling berhubungan dan saling menunjang antara berbagai unsur atau komponen yang ada didalam pembelajaran., atau dengan pengertian lain yaitu suatu proses mengatur, mengkoordinasi, dan menetapkan unsur-unsur atau komponen-komponen pembelajaran. Dalam menyusun perencanaan pembelajaran harus memperhatikan langkah-langkah, karakteristik dan faktor-faktor yang lain.


(27)

2.1.4. Strategi Belajar Mengajar

Strategi belajar mengajar menunjukkan karakteristik tentang rentetan perbuatan antara guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Strategi belajar mengajar merupakan perencanaan yang berisi mengenai rangkaian aktivitas yang dibuat untuk mencapai suatu tujuan yang sudah ditentukan. Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru dan murid supaya tujuan pembelajaran bisa dilakukan secara efektif dan efisien.

Strategi mengajar adalah sebuah cara yang dipakai guru dalam menjalankan proses belajar mengajar agar bisa mempengaruhi peserta didik untuk mencapai tujuan pengajaran dengan lebih efektif dan efisien. Jadi strategi belajar mengajar ada pada proses pelaksanaan yang menjadi tindakan nyata guru pada saat mengajar berdasarkan pada aturan dalam pengajaran. Strategi pembelajaran harus mengandung penjelasan mengenai prosedur dan teknik yang dipakai pada proses pembelajaran.

2.1.5. Keaktifan Siswa Dalam Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktifitas dan kreatifitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Keaktifan belajar siswa merupakan unsur dasar yang penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat


(28)

dipisahkan (Sardiman, 2001:98). Belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktifitas, baik aktifitas fisik maupun psikis.

Salah satu penilaian proses pembelajaran adalah melihat sejauh mana keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Nana Sudjana (2004 : 61) menyatakan keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal : (1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya; (2) Terlibat dalam pemecahan masalah; (3) Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya; (4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah; (5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru; (6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya; (7) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah sejenis; (8) Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang diperoleh dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

2.1.6. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler


(29)

maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris.

a. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

b. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. c. Ranah psikomotoris, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni (a) gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif.

2.1.7. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

Proses pembelajaran berbasis kompetensi adalah proses pembelajaran ketuntasan, yakni ketuntasan pencapaian kompetensi dasar melalui ketuntasan kompetensi indikator, setelah diadakan evaluasi hasil kegiatan pembelajaran melalui penilaian hasil belajar. Tuntas tidaknya suatu penilaian hasil belajar ditentukan oleh standar ukuran pencapaian nilai minimal yang harus dicapai oleh seorang siswa. Ukuran pencapaian nilai minimal dikenal dengan KKM, yakni


(30)

kriteria ketuntasan minimal, dari setiap mata pelajaran. Jadi tuntas tidaknya, hasil belajar ketika pencapaian hasilnya mencapai minimal. Nilai minimal (KKM) ditentukan/dirumuskan oleh tingkat satuan pendidikan.

Kriteria ketuntasan minimal (KKM) berfungsi sebagai pedoman guru untuk melakukan evaluasi bagi peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar yang diikuti. Sedangkan bagi peserta didik, berfungsi sebagai acuan dalam menyiapkan diri mengikuti penilaian mata pelajaran. Setiap kompetensi dasar (KD) dan indikator ditetapkan KKM yang harus dicapai dan dikuasai oleh peserta didik. Peserta didik diharapkan dapat mempersiapkan diri dalam mengikuti penilaian agar mencapai nilai melebihi KKM.

2.2.Mata Pelajaran Konstruksi Bangunan

Mata pelajaran konstruksi bangunan merupakan mata pelajaran yang termasuk ke dalam kurikulum 2013 kelas X di SMK Negeri 2 Salatiga. Konstruksi bangunan merupakan mata pelajaran wajib yang harus dipelajari oleh semua siswa kelas X jurusan teknik bangunan. Jurusan teknik bangunan di SMK Negeri 2 Salatiga mempunyai tiga program studi yang terdiri dari Teknik Gambar Bangunan (TGB), Teknik Konstruksi Batu Beton (TKBB), dan Teknik Konstruksi Kayu (TKK).

Konstruksi bangunan merupakan salah satu mata pelajaran kelas X SMK Negeri 2 Salatiga yang mempelajari tentang berbagai macam bentuk dan fungsi dari konstruksi bangunan. Salah satu kompetensi dasar pada mata pelajaran konstruksi bangunan adalah mengklasifikasi dan menalar macam-macam


(31)

pekerjaan utilitas pada bangunan yang mempunyai materi pokok perancangan sistem plumbing dan jaringan distribusi, pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran, pekerjaan penyambungan pipa, pekerjaan pemasangan pompa dan drainase serta pekerjaan pemasangan tangki air.

2.3. Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan sebuah cara yang dilakukan seorang guru dalam melaksanakan proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Penentuan model pembelajaran ini disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, ketersediaan fasilitas, kondisi peserta didik, dan alokasi waktu yang tersedia. Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga seorang guru diharapkan mampu memodifikasi model pembelajaran yang dipilih agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa diantaranya adalah model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning), pembelajaran langsung

(Direct Instruction), pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Instruction), pembelajaran kontekstual (Contextual Learning), dan sebagainya.

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam mata pembelajaran konstruksi bangunan pada materi pekerjaan utilitas bangunan adalah Numbered Heads Together (NHT). Model pembelajaran ini adalah salah satu model dari model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini


(32)

mendorong siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran NHT melatih siswa untuk bekerja sama, melatih siswa untuk menjadi tutor sebaya, melatih siswa untuk terbiasa tampil di depan kelas serta melatih siswa untuk menemukan informasi secara mandiri dengan cara berdiskusi.

2.4.Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)

Numbered Heads Together adalah suatu model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktifitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006). NHT pertama kali diperkenalkan oleh Spencer Kagan dkk (1993). Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dan struktur kelas tradisional seperti mengacungkan terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana seperti ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti

Menurut Kagan (2007) model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling bertukar informasi, mendengarkan dengan


(33)

cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran. Tipe ini dikembangkan dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :

a. Hasil belajar akademik struktural b. Pengakuan adanya keberagaman c. Pengembangan keterampilan sosial

Dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks NHT:

a. Penomoran

Dalam fase ini guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor 1 sampai 5.

b. Mengajukan pertanyaan

Guru mengajukan suatu pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat sangat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya.

c. Berpikir bersama

Siswa menyatukan pendapatnya terhadap pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota timnya.


(34)

d. Menjawab

Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yag hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000 : 18), antara lain adalah :

a. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi b. Memperbaiki kehadiran

c. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar d. Perilaku menganggu menjadi lebih kecil

e. Konflik antara pribadi berkurang f. Pemahaman yang lebih mendalam

g. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi h. Hasil belajar lebih tinggi

Selain memiliki beberapa kelebihan, model pembelajran kooperatif tipe NHT juga memiliki kekurangan diantaranya:

a. Siswa yang terbiasa dengan metode konvensional sedikit kewalahan. b. Guru harus bisa memfasilitasi siswa


(35)

2.5.Kerangka Berpikir

Apabila dikaji lebih lanjut berdasarkan teori yang telah diuraikan diatas, proses pembelajaran metode konvensional dengan guru sebagai pusat pembelajaran (TCL) menyebabkan siswa pasif. Sehingga diperlukan proses pembelajaran yang berpusat pada siswa (SCL).

Penelitian ini akan dibagi menjadi dua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas kontrol merupakan kelas yang tidak diberikan perlakuan. Proses pembelajaran pada kelas ini menggunakan metode konvensional yang biasa digunakan oleh guru pengampu. Pada kelas ini guru sebagai pusat pembelajaran, sehingga siswa hanya bertugas mendengarkan tanpa melakukan aktifitas apapun. Proses pembelajaran ini mengakibatkan siswa pasif, bosan, dan daya serapnya cepat hilang dikarenakan menghapal. Dengan proses pembelajaran yang demikian, maka hasil belajar siswa pun menjadi tidak optimal.

Kelas eksperimen merupakan kelas yang diberikan perlakuan. Proses pembelajaran pada kelas ini dengan metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT). Proses pembelajaran dengan metode pembelajaran NHT diharapkan dapat meningkatkan keantusiasan siswa karena dirasa menarik dan menegangkan. Model NHT menuntut siswa untuk bertanggung jawab terhadap soal yang diberikan, sehingga memicu siswa menjadi lebih aktif dan mandiri. Ditambah dengan adanya pengembangan media pembelajaran audiovisual yang digunakan, diharapkan mampu mendorong minat siswa. Dengan proses pembelajaran tersebut, diharapkan mampu meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.


(36)

Berdasarkan kerangka berpikir diatas dengan penerapan metode pembelajaran Numbered Heads Together diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa lebih dari 85% dalam mempelajari konstruksi bangunan khusunya pada pokok bahasan mengklasifikasikan dan menalar macam-macam pekerjaan utilitas pada bangunan. Sehingga diperlukan beberapa data yang berkaitan dengan keaktifan dan hasil belajar siswa.

Berikut skema/gambaran dari jalan pemikiran diatas :

Gambar 2.1. Flow Chart Kerangka Berpikir

Post test (m2) Post test (m1)

Dibandingkan m1 ≥ m2 Pembelajaran dengan

model Numbered Heads Together

Pembelajaran tanpa model Numbered Heads

Together(m2)

Diharapkan terjadi peningkatan hasil belajar Diharapkan terjadi

peningkatan hasil belajar

Perlakuan

Hipotesis

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Pre test Pre test


(37)

2.6.Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya masih harus diuji. Berdasarkan permasalahan dan teori yang dikumpulkan maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

“Siswa akan lebih aktif dan hasil belajar meningkat lebih dari 85% dengan penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) pada mata pelajaran konstruksi bangunan kelas X teknik gambar bangunan di SMK Negeri 2 Salatiga”.


(38)

23

3.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan suatu penyelidikan ilmiah yang menuntut peneliti memanipulasi dan mengendalikan satu atau lebih variabel bebas serta mengamati variabel terikat, untuk melihat perbedaan yang sesuai dengan manipulasi variabel-variabel bebas tersebut (Arief Furchan, 2007:39). Metode penelitian eksperimen dibedakan menjadi 2 yaitu, desain eksperimen sejati (true experimental) dan eksperimental semu (quasi experimental).

Pada penelitian ini akan digunakan penelitian Eksperimental-Semu (Quasi Experimental Designs). Menurut Arief Furchan (2007:394) penelitian ekperimental-semu adalah disain penelitian yang dapat memberikan pengendalian sebanyak mungkin dalam situasi yang ada. Dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimental/coba dan kelompok pengendali/kontrol. Kelompok pengendali/kontrol merupakan kelompok dengan perlakuan seperti biasa (umum). Sedangkan kelompok eksperimental/coba adalah kelompok dengan perlakuan berbeda dari biasanya.

Rancangan penelitian yang digunakan yaitu desain eksperimen dengan melihat perbedaan keaktifan dan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.


(39)

Kelompok Pre Test Perlakuan Post Test

Eksperimen KE1 m1 KE2

Kontrol KK1 m2 KK2

Keterangan ;

KE 1 : simbol tes awal untuk kelompok eksperimen KE 2 : simbol tes akhir untuk kelompok eksperimen KK 1 : simbol tes awal untuk kelompok kontrol KK 2 : simbol tes akhir untuk kelompok kontrol

m1 : simbol untuk keaktifan dan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran NHT

m2 : simbol untuk keaktifan dan hasil belajar siswa tanpa model pembelajaran NHT

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013:80).

Jadi populasi bukan hanya orang tapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek


(40)

oleh populasi tersebut (Sugiyono,2013:118).

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X Teknik Gambar Bangunan semester 2 yang berjumlah 72 siswa yang terdiri dari 36 siswa kelas X Teknik Gambar Bangunan A dan 36 siswa kelas X Teknik Gambar Bangunan B. Berdasarkan uraian diatas maka sampel yang dipilih pada penelitian adalah seluruh siswa kelas X Teknik Gambar Bangunan semester 2 yang berjumlah 72 siswa yang terdiri dari 36 siswa kelas X Teknik Gambar Bangunan A dan 36 siswa kelas X Teknik Gambar Bangunan B. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik total sampling.

3.3. Variabel Penelitian

Seorang peneliti akan selalu berhubungan dengan variabel penelitian karena variabel inilah yang mengungkapkan penelitian tersebut. Menurut Sugiyono (2013:60) mengemukakan bahwa variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan. Dalam buku yang sama menurut Hatch dan Farhady (1981) yang dikutip oleh Sugiyono (2013:60) menyebutkan bahwa variabel sebagai atribut seseorang atau objek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek lain.

Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah hasil belajar siswa.Hasil belajar dalam penelitian ini yang diteliti adalah hasil tes pada mata pelajaran Konstruksi Bangunan kompetensi dasar mengklasifikasikan dan menalar


(41)

siswa kelas X Teknik Gambar Bangunan A dan X Teknik Gambar Bangunan B semester genap tahun ajaran 2014/2015. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas X Teknik Gambar Bangunan di SMK Negeri 2 Salatiga pada mata pelajaran Konstruksi Bangunan.

3.4. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Menentukan subyek penelitian.

2) Menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

3) Menyeimbangkan kedua kelompok untuk memastikan bahwa kedua kelompok memulai pembelajaran dari titik awal yang sama yaitu dengan cara mencari homogenitasnya.

4) Menyusun kisi-kisi untuk tes

5) Dalam pembelajaran kelas, kelas kontrol diberi pembelajaran ceramah dan tugas-tugas seperti biasa, untuk pembelajaran kelas eksperimen diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together.

6) Kedua kelompok diberi tes yang sama pada akhir pembelajaran kelas. Langkah-Langkah Penelitian:

1) Penelitian menggunakan teknik random sampling, dengan menentukan sampel penelitian yaitu siswa kelas X Teknik Gambar Bangunan A sebagai


(42)

eksperimen.

2) Membuat instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian. 3) Menyusun kisi-kisi tes.

4) Penyusunan instrumen tes uji coba berdasarkan kisi-kisi tes yang ada.

5) Mengujicobakan instrumen tes uji coba yang nantinya tes tersebut digunakan sebagai tes penentuan hasil belajar siswa terhadap materi kompetensi dasar yang diberikan.

6) Menganalisis hasil data uji coba tes untuk mengetahui tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas dan reabilitas.

7) Menentukan soal-soal yang memenuhi syarat dalam poin “6” untuk selanjutnya digunakan untuk soal pre test dan post test pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

8) Melaksanakan tes awal yaitu pre test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

9) Menyampaikan langkah-langkah pembelajaran kelas menggunakan metode pembelajaran Numbered Heads Together pada kelas eksperimen.

10) Melaksanakan kegiatan pembelajaran pada kelas kontrol diberi pembelajaran ceramah dan tugas-tugas seperti biasa, untuk pembelajaran kelas eksperimen diberi pembelajaran menggunakan metode pembelajaran Numbered Heads Together.

11) Melaksanakan pos test yang merupakan tes hasil belajar pada kelas kontrol dan eksperimen.


(43)

13) Menyusun hasil penelitian.

3.5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Di dalam penyusunan instrumen penelitian diperlukan sebuah kisi-kisi instrumen yang sesuai dengan indikator yang harus dicapai. Dalam penelitian ini digunakan dua instrumen penelitian, yaitu instrumen penelitian tes hasil belajar dan instrumen penelitian keaktifan siswa. 3.5.1. Instrumen Hasil Belajar

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa dalam penelitian ini menggunakan metode tes. Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan (Arikunto,2013:67). Metode tes yang digunakan adalah pre test dan post test, pre test diberikan sebelum penerapan pembelajaran dengan metode Numbered Heads Togetherpada kelas eksperimen serta sebelum penerapan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Sedangkan post test diberikan sesudah penerapan pembelajaran dengan metode Numbered Heads Togetherpada kelas eksperimen serta sesudah penerapan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.

Untuk penyusunan instrumen hasil belajar yang lebih sistematis, diperlukan penyusunan item-item sesuai dengan indikator yang dibentuk dalam


(44)

untuk pre test dan post test dapat dilihat pada tabel 3.2. di bawah ini.

Tabel 3.2. Kisi-kisi uji coba instrumen penelitian hasil belajar konstruksi bangunan

Pokok bahasan Sub pokok bahasan No. item soal Jumlah

soal

 Perancangan Sistem Plumbing Air Bersih dan jaringan distribusi

a. Pengertian sistem plumbing 1, 2 2 b. Perencanaan sistem air bersih 3, 4, 5 3 c. macam- macam sistem dan

peralatan penyediaan air bersih 6, 7, 8 3  Perancangan

Sistem plumbing Air Kotor dan jaringan distribusi

a. Pengertian air buangan 9, 10 2 b. macam- macam sistem dan

peralatan penyediaan air kotor 11, 12, 13, 14 4 c. Perencanaan sistem air kotor 15, 16, 17, 18 4  Perancangan

Sistem plumbing Air Hujan dan

jaringan distribusi a. Perencanaan sistem air hujan 19, 20, 21

3

 Pekerjaan pemasangan pompa

a. Klasifikasi dan pemasangan

pompa air 22, 23, 24, 25 4

 Pekerjaan pemasangan

tangki air a. Klasifikasi tangki air 26, 27 2  Pencegahan dan

Penanggulangan Bahaya Kebakaran bangunan dan lingkungan perumahan

a. Klasifikasi dan perencanaan fire

protection 28, 29, 30 3

Jumlah soal 30

Setelah dilakukan penyusunan kisi-kisi instrumen, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji coba instrumen penelitian hasil belajar siswa. Uji coba instrumen digunakan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda soal. Uji coba instrumen dilaksanakan sebelum pre test dan post


(45)

kelas XI Teknik Konstruksi Batu Beton di SMK Negeri 2 Salatiga, kelas tersebut menjadi uji coba instrumen dikarenakan kelas ini telah mendapatkan materi pelajaran mata pelajaran konstruksi bangunan dengan kompetensi dasar mengklasifikasikan dan menalar macam-macam pekerjaan utilitas pada bangunan. Setelah diketahui hasil uji instrumennya maka akan dipilih soal yang akan digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa.

Berikut beberapa cara pengujian instrumen hasil belajar yang dilakukan dalam penelitian ini :

a. Validitas Tes

Validitas soal adalah suatu ukuran yang menunjukkan valid atau tidaknya suatu instrumen. Suatu alat ukur dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang hendak diukur. Untuk mengetahui validitas item soal digunakan rumus:

(1)

Keterangan:

rxy = nilai korelasi skor butir soal dengan skor total X = jumlah skor butir soal

Y = jumlah skor total soal N = jumlah subjek atau siswa

XY = jumlah perkalian antara skor butir soal dan skor total soal X2 = jumlah kuadrat skor butir soal


(46)

moment. Soal dikatakan valid apabila rphis mempunyai korelasi lebih besar dari nilai rtable dengan taraf signifikasi 5% maka soal dikatakan valid dan jika rphis< rtabel maka soal dikatakan tidak valid.

Berdasarkan uji coba dari 30 butir soal, hasil analisis validitas soal uji coba dapat dilihat pada tabel 3.3. di bawah ini:

Tabel 3.3. Hasil Analisis Validitas Soal Uji Coba

Kriteria Nomor Soal Jumlah

Soal

Valid 2, 4, 5, 6, 7, 9, 10 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18,

19, 20, 22, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 30 25 Tidak

Valid 1, 3, 8, 21, 24 5

Sumber : Analisis Data Penelitian

Memperhatikan hasil uji validitas dari tabel 3.3. diatas, soal tes menunjukkan bahwa 5 soal tidak valid dan 25 soal valid yang dapat digunakan dalam pre test dan post test.

b. Reliabilitas

Menurut Arikunto (2010:221) “Reliabilitas digunakan untuk menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik”. Rumus yang digunakan sebagai berikut:

r11 kk

-1 1

-M(k-M)


(47)

M Banyaknya siswaJumlah skor total

Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen k = Banyaknya butir soal M = Rata-rata soal

Vt = Varians soal

Berdasarkan hasil analisis soal uji coba didapat harga r11 diperoleh nilai r11 = 0,882. Sedangkan nilai rtabel dengan taraf signifikan 5% dengan n = 30 adalah 0,361. Karena nilai r11> rtabel (0,882 > 0,361) maka dapat disimpulkan bahwa soal instrumen tersebut reliabel.

c. Daya Pembeda Butir Soal Tes

Analisis daya pembeda butir soal adalah kemampuan sebuah soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dan siswa yang tidak pandai. Dalam penelitian ini menggunakan rumus daya pembeda belah dua.

Untuk mengukur daya beda digunakan rumus daya beda belah dua sebagai berikut :

DP =

(3)


(48)

JBA = jumlah yang benar pada butir soal kelompok atas JBB = jumlah yang benar pada butir soal kelompok bawah JSA = banyaknya siswa pada kelompok atas

Kriteria soal-soal yang dapat yang dapat dipakai sebagai instrumen berdasarkan daya pembedanya diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 3.4. Daya Pembeda Butir Soal

DP Kualifikasi

0,00<DP<0,20 Jelek 0,20<DP<0,40 Cukup 0,40<DP<0,70 Baik 0,70<DP<1,00 Baik Sekali

Negatif Tidak Baik,harus dibuang

Berdasarkan hasil soal uji coba diperoleh daya pembeda butir soal dapat di lihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.5. Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Uji Coba

Kriteria Nomor Soal Jumlah Soal

Jelek 12, 21 2

Cukup 1, 3, 5, 7, 8, 9, 10, 13,

23, 24, 27, 28, 29, 30 14 Baik 2, 4, 11, 14, 15, 17,

18, 19, 20, 22, 25, 26 12 Baik

Sekali 6, 16 2

Sumber : Analisis Data Penelitian


(49)

banyaknya subjek peserta tes yang dapat mengerjakan dengan betul (Arikunto, 2009:176). Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Untuk menghitung tingkat kesukaran digunakan rumus sebagai berikut:

IK =

(4)

Keterangan:

IK = indeks kesukaran

JBA = jumlah yang benar pada butir soal kelompok atas JBB = jumlah yang benar pada butir soal kelompok bawah JSA = banyaknya siswa pada kelompok atas

JSB = banyaknya siswa pada kelompok bawah

Tabel 3.6. Kriteria Tingkat Kesukaran Soal

Interval IK Kriteria

IK = 0,00 Terlalu sukar

0,00 <IK ≤ 0,30 Sukar 0,30< IK ≤ 0,70 Sedang 0,70< IK ≤ 1,00 Mudah

IK = 1 Terlalu mudah

Berdasarkan hasil analisis soal uji coba taraf kesukaran butir soal dapat dilihat pada tabel 3.7. di bawah ini:


(50)

Kriteria Nomor Soal Jumlah Soal Sukar 3, 8, 11, 14, 18, 21, 25, 28 8 Sedang 1, 4, 5, 6, 9, 15, 17, 20, 22,

24, 27, 29 12

Mudah 2, 7, 10, 12, 13, 16, 19, 23,

26, 30 10

Sumber : Analisis Data Penelitian

Berdasarkan tabel rekapitulasi (lampiran 12) perhitungan yang telah dilakukan pada penelitian ini didapat 25 butir soal yang dapat digunakan untuk mengambil data pada penelitian ini 25 butir soal tersebut adalah 2, 4, 5, 6, 7, 9, 10 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 30. Selanjutnya soal ini digunakan untuk soal pre test dan post test pada kegiatan penelitian di kelas kontrol maupun kelas eksperimen.

3.5.2. Instrumen Keaktifan Siswa

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur keaktifan siswa dalam penelitian ini menggunakan metode kuesioner/angket. Kuesioner/angket dibuat untuk mendapatkan informasi atau data dengan mengajukan daftar yang berisi pernyataan-pernyataan yang sudah disiapkan sebelumnya dan kemudian masing-masing responden mengisi kuesioner tersebut. Kuesioner diajukan bersifat tertutup, dimana responden telah diberikan jawaban dan responden tinggal memilih jawaban yang menurutnya sesuai. Kisi-kisi instrumen angket keaktifan siswa yang di gunakan dapat di lihat pada tabel 3.8. di bawah ini.


(51)

1

Keaktifan Siswa Selama Pembelajaran

Kegiatan Visual Membaca materi 1, 15 8, 22 4

2 Kegiatan Lisan

Bertanya

2, 16, 29 9, 23, 34 6 Mengemukakan

ide/pemikiran Diskusi

3 Kegiatan

Mendengarkan

Mendengarkan materi pelajaran

3, 17, 30 10, 24 5 Mendengarkan

presentasi

4 Kegiatan Menulis

Membuat ringkasan

4, 18, 31 11, 25 5 Mengerjakan latihan

Aktif mengumpulkan ide dan mencatat hasil penelitian

5 Kegiatan Motorik

Ikut dalam kegiatan mengamati diluar kelas

5, 19, 33 12, 26 5 Mengamati berbagai

pekerjaan utilitas di sekitar sekolah

6 Kegiatan Mental

Memecahkan masalah

6, 20 13, 27 4 Menganalisis soal

Mengambil keputusan

7 Kegiatan

Emosional

Bersemangat

7, 21 14, 28, 32 5 Berani

Bosan Gugup Takut

Jumlah item yang valid 18 16 34

Dalam menentukan skor angket keaktifan siswa di gunakan skala likert dengan 4 pilihan jawaban yaitu Sangat sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak sesuai (TS) dan


(52)

3, 2, dan 1. Sedangkan untuk pernyataan negatif 1, 2, 3, dan 4. Tabel 3.9. Kriteria penilaian keaktifan siswa

Pilihan Jawaban

Skor untuk item positif

Skor untuk item negatif

SS 4 1

S 3 2

TS 2 3

STS 1 4

Berdasarkan kriteria penilaian angket keaktifan siswa, maka di dapat skor tertinggi dengan jumlah skor 124 dan skor terendah adalah 78. Adapun rincian skor yang di peroleh dapat di lihat dalam tabel 3.10. di bawah ini.

Tabel 3.10. Rincian Skor Angket Keaktifan Siswa

Skor Skor Tertinggi Skor Terendah

Frekuensi Jumlah (Skor x Frekuensi)

Frekuensi Jumlah (Skor x Frekuensi)

4 22 88 6 24

3 12 36 8 24

2 - - 10 20

1 - - 10 10

Skor

total 124 78

Sumber : Analisis Data Penelitian

Berikut beberapa cara pengujian instrumen keaktifan siswa yang dilakukan dalam penelitian ini :

a. Validitas Butir

Validitas butir adalah suatu ukuran yang menunjukkan valid atau tidaknya suatu butir kuesioner/angket. Suatu alat ukur dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang hendak diukur. Untuk mengetahui validitas butir digunakan rumus:


(53)

rxy = nilai korelasi skor butir angket dengan skor total X = jumlah skor butir angket

Y = jumlah skor total angket N = jumlah subjek atau siswa

XY = jumlah perkalian antara skor butir soal dan skor total soal X2 = jumlah kuadrat skor butir soal

Y2 = jumlah kuadrat skor total soal

Selanjutnya nilai rphis yang diperoleh dikonsultasikan dengan tabel product moment. Butir dikatakan valid apabila rphis mempunyai korelasi lebih besar dari nilai rtable dengan taraf signifikasi 5% maka butir dikatakan valid dan jika rphis< rtabel maka butir dikatakan tidak valid.

Berdasarkan hasil uji coba dari 34 butir angket dapat dilihat pada tabel 3.11. di bawah ini:

Tabel 3.11. Hasil Analisis Validitas Butir Angket

Kriteria Nomor Butir Angket Jumlah Butir

Valid

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25,

26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34

34

Tidak

Valid - 0

Sumber : Analisis Data Penelitian

Memperhatikan hasil uji validitas butir angket dari tabel 3.11. diatas, soal tes menunjukkan bahwa 34 butir angket yang dapat digunakan untuk mengungkap keaktifan siswa dalam mengikuti proses pebelajaran Konstruksi Bangunan.


(54)

bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik”. Rumus yang digunakan sebagai berikut:

r11 kk

-1 1

-M(k-M)

k t (Arikunto 2010:232) (6) dimana,

M Banyaknya siswaJumlah skor total

Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen k = Banyaknya butir soal M = Rata-rata soal

Vt = Varians soal

Berdasarkan hasil analisis soal uji coba didapat harga r11 diperoleh nilai r11 = 2,002. Sedangkan nilai rtabel dengan taraf signifikan 5% dengan n = 34 adalah 0,329. Karena nilai r11> rtabel (2,002 > 0,361) maka dapat disimpulkan bahwa butir angket tersebut reliabel.

3.6. Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji t-. Teknik uji t- digunakan untuk membandingkan antara dua kelompok pada penelitian


(55)

ini dibagi menjadi dua yaitu analisis data untuk hasil belajar siswa dan analisis data untuk keaktifan siswa.

3.6.1 Uji Normalitas

Uji normalitas data dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Langkah-langkah uji normalitas sebagai berikut :

1. Menentukan hipotesis :

Ho : sampel berasal dari populasi berdistribusi normal Ha : sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal

2. Menentukan

3. Menentukan kriteria penerimaan hipotesis

Ho diterima jika : χ2hitung <χ2(1-

);(k-3), dengan k = banyak kelompok

4. Menghitung X2hitung

k

i i

i i hirung

E E O X

1

2 2

(Sudjana,2005 : 273) (7)

Keterangan:

hitung

X2 : harga chi kuadrat


(56)

k : banyaknya kelompok 5. Menentukan simpulan.

3.6.2 Uji Kesamaan Dua Varians (Uji Homogenitas)

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok mempunyai varians yang homogen atau tidak.

Langkah-langkah

1. Menentukan hipotesis

Ho : m1m2 (varians homogen)

Ha : m1m2 (varians tidak homogen)

2. Menentukan

3. Menentukan kriteria penerimaan Ho Ho diterima jika Fhitung< F1/2

(n1-1, n2-1)

4. Menghitung F

il iansterkec

terbesar Varians

F

var

 (Sudjana, 2005: 250) (8)

3.6.3 Uji Perbedaan Rata-Rata (Uji t)

Uji hipotesis penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil akhir penelitian. Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui perbedaan keaktifan dan perbedaan peningkatan hasil belajar siswa yang menggunakan metode pembelajaran Numbered

Heads Together (NHT) dengan siswa yang menggunakan metode pembelajaran

konvensional. Uji yang digunakan adalah uji satu pihak dengan hipotesis sebagai berikut:


(57)

eksperimen lebih rendah atau sama dengan kelompok kontrol

Ha (Hipotesa Alternatif) = Peningkatan keaktifan dan hasil belajar kelompok eksperimen lebih tingi daripada kelompok kontrol.

Karena jumlah sampel n1 = n2 dan varians homogen = maka digunakan uji t dengan rumus:

̅̅̅̅ ̅

dengan

s =

Sudjana (2005:239) (9)

keterangan: t = uji t

̅̅̅ = rata-rata kelompok eksperimen ̅̅̅ = rata-rata kelompok kontrol

= simpangan baku

= varians kelompok eksperimen = varians kelompok kontrol

n1 = banyaknya sampel kelompok eksperimen n2 = banyaknya sampel kelompok control


(58)

64

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan yaitu :

1. Penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together dapat memaksimalkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran dilihat dari segi kognitif, afektif, dan psikomotorik.

2. Terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik dengan penerapan model pembelajaranNumbered Heads Together dan penggunaan model pembelajaran konvensional pada Mata Pelajaran Konstruksi Bangunan pada kompetensi dasar mengklasifikasikan dan menalar macam-macam pekerjaan utilitas pada bangunan diSMK Negeri 2 Salatiga pada Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan Kelas X dengan rata-rata hasil belajar peserta didik yang diajar dengan model pembelajaran Numbered Heads Together lebih tinggi yaitu 90,45 dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar peserta didik yang diajar menggunakan model pembelajaran konvensional dengan nilai rata-rata yaitu 83,01. Ketuntasan belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama-sama mencapai 100%. Namun jika ditinjau dari tiap kriteria penilaian, ada 14 siswa atau sebesar 38,88% dari kelas kontrol memiliki nilai afektif dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Hal tersebut menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together lebih efektif meningkatkan


(59)

Konstruksi Bangunan.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah :

1. Guru dapat melakukan variasi dalam pembelajaran salah satunya dengan menerapkan model pembelajaranNumbered Heads Together pada mata pelajaran Konstruksi Bangunan atau pada mata diklat lain yang memiliki karakteristik materi yang sama.

2. Penggunaan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran sangat diperlukan untuk memaksimalkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata diklat Konstruksi Bangunan khususnya kompetensi dasarmengklasifikasikan dan menalar macam-macam pekerjaan utilitas pada bangunan


(60)

66

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 2009. Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Mata Kuliah Medan Elektromagnetik. Jurnal Edukasi@Elektro. 5(1): 12-14.

Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Baskoro, Febri. 2013. Upaya Peningkatan Aktivitas Dan Prestasi Belajar Dengan Model Pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) Dilengkapi LKS Pada Materi Termokimia Siswa Kelas Xi Ipa-3 Sma Negeri 6 Surakarta. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK). 2(2) :85-91

Daryanto. 2012. Media Pembelajaran. Bandung: Satu Nusa.

Furchan, Arif. 2007. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Ibnu, Trianto. 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif Dan Kontekstual. Jakarta : Prenadamedia Group.

Ibrahim. 2000. Kelebihan Numbered heads together. http://blogibrahim.html. 20 Mei 2015 (12 : 17).

Karyadi., Widodo, Joko., Dan Muhsin. 2012. Keefektifan Metode Pmebelajran

Numbered Heads Together (NHT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa Pada Kompetensi Dasar Mendeskripsikan Fungsi Konsumsi dan Fungsi Tabungan. Jurnal UNNES EEAJ. 1(1): 2-5

Khasanah, Arifatun. 2013. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Dilengkapi Kartu Soal Untuk Meningkatkan Kekatifan dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA MA Ali Maksum.


(61)

Mayasari, Retno, 2015. Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Konstruksi Bangunan Kelas X Program Keahlian Teknik Konstruksi Batu Beton Di SMK Negeri 1 Magelang Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Pratama, Yudika. 2012. Upaya Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajr Melalui Metode Pemecahan Masalah Tentang Soal Cerita Pada Pengerjaan Operasi Hitung Campuran Pada Siswa Kelas Iii Sdn I Kapencar Kabupaten Wonosobo. Skripsi. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga.

Rahayu. 2006. Numbered Heads Together.

http://rahayu_numberedheadstogether(NHT)blogulum.html. 20 Mei 2015 (11:49).

Sardiman A.M. 2007. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Sudjana. 2005. Metoda statistika. Bandung : PT. Tarsito.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Ulum, Bakhrul. 2013. Keaktifan Belajar Siswa. http://blogulum.html. 7 Maret 2015 (04:03).


(62)

Lampiran 1 :

No. Nama Kode No. Nama Kode

1 ADEN WAHRUL MUBAROH UC1 14 HAYI PRAST YO UT OMO UC14

2 ADI RIYANT O UC2 15 LINT ANG T IMUR UC15

3 AGUS AGUNG PRIHANT ORO UC3 16 LUKMAN ARIF BUDIYANT O UC16

4 AHMAD FAHAM UC4 17 MUHAMAD KAMUD WIBISONO UC17

5 ANDI AHMAD SAPUT RA UC5 18 MUHAMAD URIP SUBRON J UC18 6 ANGGA MAULANA SANT OSA UC6 19 MULYA ABADI SAT YAWAN UC19

7 ARI KRIST IAWAN UC7 20 NAZILA MAULIDA UC20

8 ARIES EKO ROBIYANT O UC8 21 NUR HIDAYAH UC21

9 ARIYA FERDIAN NALENDRA UC9 22 PRADIPT A BAMBANG M UC22

10 ARUNG SAMODRA UC10 23 RAMLI AHMAD UC23

11 BUSAERI UC11 24 SUSIWI T YAS SAPUT RI UC24

12 DWI SULIST YO UC12 25 SYAT ILA DANIS FARZANA UC25 13 FAHRIZAL JOKO KURNIANT O UC13 26 WAHYU T RI PRABOWO UC26


(63)

Lampiran 2 :

DAFTAR SISWA KELAS EKSPERIMEN

No. Nama Kode No. Nama Kode

1 ABIMANYU SETYA WIBOWO E1 19 LARASATI DEVI KUMALA E19

2 AGUNG SETYA BUDI E2 20 LEONARDO CALISTRO MAGNO E20

3 AINAYA FEBRIYANI E3 21 MAHARDIKA AJI WIBISONO E21

4 APRILLIA TIRTASARI E4 22 MARTINUS IVANKA NOVA K E22

5 BAGAS ADI SAPUTRO E5 23 MIFTACHUL CHUSNA ANNISA E23

6 CAHYO AJI PRASETYO E6 24 MUHAMAD ALVIN CAHYO N E24

7 CERIA NUR FAJRULLOH E7 25 MUHAMMAD AJI SAPUTRO E25

8 DESTY AVIANI SAPUTRI E8 26 MUHAMMAD IMRON HIDAYAT E26

9 DEWI SETYA PUTRI E9 27 NATASHA JESSICA PUTRI E27

10 DHELA WAHYU RISTANTY E10 28 RATNASARI DEWI E28

11 DICKI WAHYU ADI LAKSONO E11 29 RIANA ISNA DEWI E29

12 DITHA MALASARI E12 30 RIZKI AYU LESTARI E30

13 FIRA FITRIANA E13 31 RUDI HERMAWAN E31

14 FITRIA FEBRIANI E14 32 SENLI ARNANTIA SEVIRA P E32

15 HAFID ABBAS E15 33 UMAILA MUSFARINA E33

16 INDAH NOVITA SARI E16 34 WAHYU AGUNG SAPUTRA E34

17 INTAN VIDIASTATIK E17 35 WIDYA EMILIA E35


(64)

Lampiran 3 :

DAFTAR SISWA KELAS KONTROL

No. Nama Kode No. Nama Kode

1 AGUS FIRHAN ALI K1 19 KRISTINA BUDI SETIATI K19

2 AHMAD HENDRI SUSILO K2 20 KURNIA HANNYDA UMAMY K20

3 AJENG ARDHIA SAPUTRI K3 21 LIANI K21

4 AKBAR SYAIFUL JIHAD K4 22 MUHAMAD IKHSAN K22

5 ANITA VENDA SARI K5 23 MUHAMMAD CHOIRIL AZIZ K23

6 ARMAN RIVAI K6 24 MUHAMMAD FANNANY HAMID K24

7 AUDINDA HERSA VINAKA DANELA K7 25 MUHAMMAD NUR FAKHRIZAL K25

8 BUNGA NUR SETIYANINGSIH K8 26 NINA K26

9 DENY ADI SAPUTRO K9 27 OKITA KUMALA RESTU K27

10 DEWI ANGGRENI SETIORINI (P) K10 28 OTNIEL EDWARD WIBISONO K28

11 EKO SUPRIYANTO K11 29 RAKA FERNANDO K29

12 EVI DINIARYANI K12 30 RENDI LAKSONO K30

13 FACHRI FATKHUR RIZAL K13 31 RIYAN FEBRIYANTO K31

14 FEBRINING PINUJI K14 32 SELLA WARDHANI K32

15 FIRYAL AMALYA SALSABILA K15 33 SYIVA ALYA FAERUZI K33

16 HANNA MEIHERAWATI K16 34 YUDI GAUTAMA K34

17 IKA WIDYANINGSIH K17 35 YUDIS TRIANTO K35


(65)

Lampiran 4 :

SILABUS MATA PELAJARAN

Satuan Pendidikan :SMK

Mata Pelajaran : Konstruksi Bangunan Kelas /Semester :X/1 dan 2

Kompetensi Inti

KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

KI 2 :Menghayati dan Mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI 3 :Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah.

KI 4 :Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.


(66)

Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran 3.11 Mengklasifikasi

macam-macam pekerjaan utilitas pada bangunan 4.11 Menalar macam pekerjaan utilitas pada bangunan

 Perancangan Sistem Plumbing Air Bersih dan jaringan distribusi

 Perancangan Sistem plumbing Air Kotor dan jaringan distribusi

 Perancangan Sistem plumbing Air Hujan dan jaringan distribusi

 Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran bangunan dan

lingkungan perumahan

 Listrik Untuk Bangunan dan lingkungan

kerumahan

 Sistem pengolahan sampah lingkungan

 Pengkondisian Udara

 Pekerjaan Penyambungan Pipa  Pekerjaan pemasangan pompa dan drainase  Pekerjaan

pemasangan tangki air

Mengamati :

 Membaca bahan bacaan terkait dengan utilitas pada bangunan  Mengamati berbagai

utilitas pada bangunan Menanya :

 Mengkondisikan siswa untuk secara aktif bertanya tentang topik yang berkaitan dengan utilitas pada bangunan Mengeksplorasi :

 Melakukan

pengumpulan data tentang utilitas pada bangunan Mengasosiasi : Mengkatagorikan data/informasi dan menentukan hubungannya, selanjutnyanya disimpulkan dengan urutan dari yang sederhana sampai pada yang lebih kompleks terkait dengan utilitas pada bangunan

Mengkomunikasikan : Mempresentasikan hasil pengamatan tentang berbagai utilitas pada bangunan


(67)

66

Lampiran 5 :

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP ) KELAS EKSPERIMEN

Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Kejuruan Mata Pelajaran : Konstruksi Bangunan

Kompetensi Dasar : 3.11. Mengklasifikasi macam-macam pekerjaan utilitas pada bangunan

4.11. Menalar macam-macam pekerjaan utilitas pada bangunan Kelas/Semester : X TGB / 2

Prog.Studi Keahlian : Teknik Gambar Bangunan

Alokasi Waktu : 14 x 45 menit (2 pertemuan @ 7 x 45 menit)

A. Kompetensi Inti :

A. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

B. Menghayati dan Mengamalkan perilaku jujur, disiplin,tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

C. Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah.


(68)

D. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator

3.1 Menyadari sempurnanya konsep Tuhan tentang benda-benda dengan fenomenanya untuk dipergunakan sebagai aturan perancangan sistem plumbing.

3.2 Mengamalkan nilai-nilai ajaran agama sebagai tuntunan dalam perencanaan dan perancangan sistem plumbing dalam bangunan. 2.1 Mengamalkan perilaku jujur, disiplin, teliti, kritis, rasa ingin tahu, inovatif dan tanggung jawab dalam menerapkan aturan sistem plumbing dalam bangunan.

2.2 Menghargai kerjasama, toleransi, damai, santun, demokratis, dalam menyelesaikan masalah perbedaan konsep berpikirdan cara merancang serta merencanakan sistem plumbing pada bangunan.

2.3 Menunjukkan sikap responsif, proaktif, konsisten, dan berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam melakukan tugas merancang serta merencanakan sistem plumbing pada bangunan.

3.11 Mengklasifikasikan macam-macam pekerjaan :

a. Perancangan Sistem Plumbing Air bersih dan jaringan distribusi, b. Perancangan Sistem plumbing Air Kotor dan jaringan Distribusi c. Perancangan Sistem plumbing Air Hujan dan jaringan distribusi d. Pekerjaan Pemasangan Pompa Air

e. Pekerjaan Pemasangan Tangki Air . 4.11 Menalar gambar dalam pekerjaan :

a. Perancangan Sistem Plumbing Air bersih dan jaringan distribusi, b. Perancangan Sistem Plumbing Air Kotor dan jaringan distribusi c. Perancangan Sistem Plumbing Air Hujan dan jaringan distribusi d. Pekerjaan Pemasangan Pompa Air


(69)

C. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari peserta didik dapat mengklasifikasikan dan menalar berbagai macam pekerjaan :

a. Perancangan Sistem Plumbing Air bersih dan jaringan distribusi, b. Perancangan Sistem Plumbing Air Kotor dan jaringan distribusi c. Perancangan Sistem Plumbing Air Hujan dan jaringan distribusi d. Pekerjaan Pemasangan Pompa Air

e. Pekerjaan Pemasangan Tangki Air

D. Materi Pembelajaran

a. Perancangan Sistem Plumbing Air bersih dan jaringan distribusi b. Perancangan Sistem Plumbing Air Kotor dan jaringan Distribusi c. Perancangan Sistem Plumbing Air Hujan dan jaringan distribusi d. Pekerjaan Pemasangan Pompa Air

e. Pekerjaan Pemasangan Tangki Air

E. Metode Pembelajaran

1. Pendekatan : Scientific (ilmiah)

2. Metode : NHT (Numbered Heads Together) 3. Model : Student Center Learning

F. Media, Alat, Sumber Pembelajaran

1. Media : Lectora, LCD

2. Alat : Papan Tulis, Spidol, Penghapus, Meja Gambar, Komputer/laptop


(1)

(2)

(3)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN KONSTRUKSI BANGUNAN

DI SMK NEGERI 2 SALATIGA TAHUN AJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan Universitas Negeri Semarang

Oleh RINDU NINGATI NIM5101411026

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015


(4)

PENGESAHAN

“kripsi de ga judul Penerapan Model Pembelajaran Numbered Heads Together Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Konstruksi Bangunan di SMK Negeri 2 Salatiga Tahu Ajara / i i telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang, pada tanggal 09 September 2015.

Panitia Ujian,

Ketua Sekretaris

Drs. Sucipto, M.T. Eko Nugroho Julianto, S.Pd., M.T.

NIP. 196301011991021001 NIP. 197207021999031002

Penguji I Penguji II Penguji III

Dr. Nur Qudus, M.T. Dra. Sri Handayani, M.Pd. Eko Nugroho Julianto, S.Pd., M.T. NIP. 196911301994031001 NIP. 196711081991032001 NIP. 197207021999031002

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Teknik UNNES Dr. Muhammad Harlanu, M.Pd.


(5)

ABSTRAK

Rindu Ningati. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Numbered Heads Together Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Konstruksi Bangunan di SMK Negeri 2 Salatiga Tahun Ajaran 2014/2015.Fakulkas Teknik. Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing:Dra. Sri Handayani, M.Pd.,Eko Nugroho Julianto, S. Pd, M.T.

Kata kunci :Hasil belajar; Konstruksi Bangunan; Numbered Heads Together.

Penerapan model pembelajaran konvensional masih dilakukan pada mata pelajaran konstruksi bangunan. Hal tersebut tidak sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 yang menuntut siswa untuk menjadi subyek aktif dan mandiri. Sehingga dibutuhkan suatu model pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran konstruksi bangunan untuk memenuhi tuntutan tersebut. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah Numbered Heads Together (NHT). Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah : Apakah pe erapa odel pe belajaran Numbered Heads Together dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran Konstruksi Bangunan Kelas X Tek ik Ga bar Ba gu a di “MK Negeri “alatiga?

Model penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen dimana subjek penelitian ini adalah siswa pada kelas X TGB A (kelas kontrol) dan X TGB B (kelas eksperimen), dengan hasil belajar sebagai alat untuk mengukur tingkat pemahaman siswa. Untuk mengukur tingkat keaktifan siswa maka digunakan angket keaktifan siswa yang berisi pernyataan-pernyataan positif dan negatif dan diisi oleh responden secara tertutup. Hasil penelitian ini adalah rata-rata keaktifan siswa kelas ekperimen sebesar 90,67% dan keaktifan siswa dalam kelas kontrol sebesar 78,78%. Rata-rata nilai kognitif untuk kelas eksperimen sebesar 90,50 dan kelas kontrol sebesar 84,50. Sedangkan dari aspek psikomotorik, kelas eksperimen mencapai rata-rata sebesar 89,84 dan kelas kontrol sebesar 86,87. Untuk rata-rata nilai akhir kelas eksperimen sebesar 90,45 dan kelas kontrol sebesar 82,99, dengan persentase ketuntasan 100% pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Jika dilihat dari masing-masing aspek, ada beberapa siswa dalam kelas kontrol yang tidak mencapai ketuntasan minimal dari aspek afektif yaitu sebanyak 14 siswa atau sebesar 38,88% dari keseluruhan jumlah siswa kelas kontrol.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut terbukti bahwa model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dilihat dari berbagai aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.


(6)

Dokumen yang terkait

Penerapan model cooperative learning teknik numbered heads together untuk meningkatkan hasil belajar akutansi siswa ( penelitian tindakan kelas di MAN 11 jakarta )

0 6 319

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep fluida dinamis

0 8 192

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together terhadap Hasil Belajar Fiqih dalam pokok bahasan Riba, Bank, dan Asuransi. (Kuasi Eksperimen di MA Annida Al Islamy, Jakarata Barat)

0 13 150

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR KONSTRUKSI BANGUNAN SISWA KELAS X TEKNIK GAMBAR BANGUNAN SMK N 1 LUBUK PAKAM.

0 2 31

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER PADA MATA PELAJARAN PKN KELAS VII DI SMP NEGERI 16 MEDAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015.

0 3 18

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN KORESPONDENSI DI SMK 2 YAPIM MEDAN T.P 2014/2015.

0 2 20

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Numbered Heads Together Pada Siswa Kelas V SDNPekuwon Tahun Ajaran 2013/ 2014.

0 2 17

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI.

0 3 53

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS Penerapan Model Pembelajaran Numbered Heads Together Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Ekonomi Pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 2 Mantingan Tahun Ajaran 2011/2012.

0 2 17

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS Penerapan Model Pembelajaran Numbered Heads Together Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Ekonomi Pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 2 Mantingan Tahun Ajaran 2011/2012.

0 0 18