Penularan secara heteroseksual lebih tinggi pada perempuan, hal ini terkait dengan fisiologi organ reproduksi perempuan lebih rentan tertular HIV dibandingkan
organ reproduksi laki-laki karena berada di bagian dalam tubuh. Bagian dalam vagina berselaput lendir dan memiliki lipatan-lipatan yang membuat penampang
vagina menjadi lebih luas sehingga lebih rentan terinfeksi HIV dibandingkan organ reproduksi laki-laki. Hubungan seksual melalui vagina disertai kekerasan lebih
berpotensi menimbulkan luka pada organ reproduksi perempuan. Luka itu menjadi pintu masuk bagi HIV yang berada dalam cairan sperma laki-laki yang telah
terinfeksi HIV ke tubuh perempuan. Statistik memperlihatkan, perempuan 2-4 kali lebih rentan tertular HIVAIDS dibandingkan laki-laki.
36
6.2.4. Status Perkawinan Berdasarkan Faktor Risiko
Status perkawinan penderita HIVAIDS di Puskesmas Tanjung Morawa Agustus 2006-Mei 2010 berdasarkan faktor risiko dapat dilihat pada gambar di
bawah ini :
Universitas Sumatera Utara
Gambar 6.13. Diagram Bar Proporsi Status Perkawinan Berdasarkan Faktor Risiko Pada Penderita HIVAIDS di Puskesmas Tanjung
Morawa Agustus 2006-Mei 2010
Dari gambar 6.13. diatas dapat dilihat bahwa proporsi penderita HIVAIDS dengan faktor risiko melalui hubungan seksual lebih tinggi pada penderita dengan
status kawin 69,7 dan proporsi penderita HIVAIDS dengan faktor risiko non seksual lebih tinggi pada penderita dengan status belum kawin 58,6.
Berdasarkan hasil analisa statistik dengan uji Chi Square terdapat 2 sel 33,3 yang nilai harapannya kurang dari 5 sehingga analisa dengan menggunakan
uji ini tidak dapat digunakan.
6.2.5. Pekerjaan Berdasarkan Faktor Risiko
Pekerjaan penderita HIVAIDS di Puskesmas Tanjung Morawa Agustus 2006-Mei 2010 berdasarkan faktor risiko dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Universitas Sumatera Utara
Gambar 6.14. Diagram Bar Proporsi Pekerjaan Berdasarkan Faktor Risiko Pada Penderita HIVAIDS di Puskesmas Tanjung Morawa
Agustus 2006-Mei 2010
Berdasarkan hasil analisa statistik dengan uji Chi Square diperoleh nilai p0,05, artinya ada perbedaan proporsi yang bermakna antara pekerjaan berdasarkan
faktor risiko. Proporsi penderita HIVAIDS dengan faktor risiko baik melalui hubungan seksual maupun non seksual secara bermakna 65,7 dan 90,5 lebih
tinggi pada penderita dengan status bekerja. Banyaknya penderita HIVAIDS baik dengan faktor risiko penularan seksual
maupun non seksual pada kategori bekerja, berkaitan dengan jenis pekerjaan dan perilaku seksual penderita. Dalam penelitian ini diperoleh bahwa jenis pekerjaan
tertinggi adalah wiraswasta 46,0 namun tidak dijelaskan jenis wiraswasta yang dimaksud sehingga tidak dapat dipastikan apakah pekerjaan tersebut lebih berisiko
untuk tertular HIVAIDS.
Universitas Sumatera Utara
Mayoritas penderita HIVAIDS dengan faktor risiko baik melalui hubungan seksual maupun non seksual memiliki status bekerja hal ini diasumsikan bahwa
penderita HIVAIDS di Puskesmas Tanjung Morawa tergolong pada kelompok usia produktif kerja 15-64 tahun
9
. Hal ini dapat dilihat dari proporsi usia penderita
HIVAIDS paling tinggi adalah pada kelompok umur 26-30 tahun 39,2 yang mana kelompok umur tersebut merupakan kelompok usia produktif.
Selain itu, rentang usia 26-30 tahun merupakan kelompok umur dewasa muda dimana pada usia ini terdapat proporsi pengguna IDU tertinggi dan merupakan masa
seksual aktif sehingga memungkinkan penderita HIVAIDS lebih banyak terdapat pada kelompok umur tersebut.
17
Penderita HIVAIDS dengan status tidak bekerja tertinggi terdapat pada kelompok dengan faktor risiko penularan seksual, hal ini dikarenakan penderita
dengan jenis pekerjaan ibu rumah tangga termasuk kedalam kelompok tidak bekerja dan mayoritas faktor risiko penularan HIVAIDS kepada ibu rumah tangga adalah
melalui hubungan seksual.
6.2.6. Umur Berdasarkan Infeksi Opurtunistik