lebih mungkin terinfeksi HIV daripada perempuan yang berasal dari Kota Bengal Barat dengan Odds Ratio OR 7,35. Hal ini dikarenakan Kota Karnataka dan
Maharashtra merupakan daerah dengan prevalensi HIV yang tinggi. Jadi perempuan korban perdagangan seks yang berasal dari daerah dengan prevalensi HIV yang tinggi
kemungkinan untuk telah terinfeksi HIV sebelumnya lebih besar.
29
2.4. Transmisi HIVAIDS
Transmisi HIVAIDS terjadi melalui cairan tubuh yang mengandung virus HIV yaitu melalui hubungan seksual, baik homoseksual maupun heteroseksual, jarum
suntik pada pengguna narkotika, transfusi komponen darah dan dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayi yang dilahirkannya. Oleh karena itu kelompok risiko tinggi
terhadap HIVAIDS dapat diketahui, misalnya pengguna narkotika, pekerja seks komersial dan pelanggannya, serta narapidana.
21
2.4.1. Transmisi Seksual
Transmisi HIV secara seksual terjadi ketika ada kontak antara sekresi cairan vagina atau cairan preseminal seseorang dengan rektum, alat kelamin, atau membran
mukosa mulut pasangannya. Hubungan seksual reseptif tanpa pelindung lebih berisiko daripada hubungan seksual insertif tanpa pelindung, dan risiko hubungan
seks anal lebih besar daripada risiko hubungan seks biasa dan seks oral. Kekerasan seksual secara umum meningkatkan risiko penularan HIV karena pelindung
umumnya tidak digunakan dan sering terjadi trauma fisik terhadap rongga vagina yang memudahkan transmisi HIV.
15
Universitas Sumatera Utara
Cara hubungan seksual ano-genital merupakan perilaku seksual dengan risiko tertinggi bagi penularan HIV, khususnya bagi mitra seksual yang pasif menerima
ejakulasi semen dari seorang pengidap HIV. Hal ini disebabkan karena tipisnya mukosa rektum sehingga mudah sekali mengalami perlukaan saat berhubungan
seksual ano-genital. Risiko perlukaan ini semakin bertambah apabila terjadi perlukaan dengan tangan fisting pada anusrektum. Tingkat risiko kedua adalah
hubungan oro-genital termasuk menelan semen dari mitra seksual pengidap HIV. Tingkat risiko ketiga adalah hubungan genito-genitalhetero seksual, biasanya terjadi
pada hubungan suami istri yang salah seorang telah mengidap HIV.
27
2.4.2. Transmisi Non Seksual
HIV dapat menular melalui transmisi parenteral yaitu akibat penggunaan jarum suntik dan alat tusuk lainnya seperti alat tindik yang terkontaminasi HIV.
Penggunaan jarum suntik yang berganti-gantian menyebabkan tingginya kasus HIVAIDS pada kelompok pengguna napza suntik IDU.
27
Pada umumnya, ibukota dan kota-kota metropolitan mempunyai jumlah pengguna napza suntik yang besar.
8
Di negara berkembang, cara ini juga terjadi melalui jarum suntik yang dipakai oleh petugas kesehatan.
27
Berbagi dan menggunakan kembali jarum suntik yang mengandung darah yang terkontaminasi merupakan penyebab sepertiga dari semua
infeksi baru HIV.
15
Transmisi parenteral lainnya adalah melalui donortransfusi darah yang mengandung HIV. Risiko tertular infeksi HIV lewat transfusi darah adalah 90,
artinya bila seseorang mendapat transfusi darah yang terkontaminasi HIV maka dapat
Universitas Sumatera Utara
dipastikan orang tersebut akan menderita HIV sesudah transfusi itu.
27
Di negara maju resiko penularan HIV pada penerima transfusi darah sangat kecil, hal ini dikarenakan
pemilihan donor yang semakin bertambah baik dan pengamatan HIV telah dilakukan. Namun demikian, mayoritas populasi dunia tidak memiliki akses terhadap darah yang
aman. Transmisi HIV dari ibu ke anak dapat terjadi melalui rahim in utero selama masa perinatal, yaitu minggu-minggu terakhir kehamilan dan saat persalinan.
15
HIV tidak menular melalui peralatan makanan, pakaian, handuk, sapu tangan, toilet yang dipakai secara bersama-sama, ciuman pipi, berjabat tangan, hidup
serumah dengan penderita HIV yang bukan mitra seksual dan hubungan sosial lainnya. Air susu ibu pengidap HIV, salivaair liur, air mata, urin serta gigitan
nyamuk belum terbukti dapat menularkan HIVAIDS.
16
2.5. Diagnosis