Peneliti akan berusaha keras dalam melakukan penelitian ini. Usaha yang keras dan maksimal diharapkan akan membuahkan hasil yang maksimal juga.
Peneliti berharap penelitian ini akan dapat berjalan dengan lancar dan sukses. Sehingga masalah dalam penelitian ini dapat terkuak dan menjadikan penelitian
ini sebagai penelitian baru yang diharapkan mampu menambah penelitian- penelian lainnya dalam suatu bidang kajian ilmu sosiopragmatik serta dapat
bermanfaat bagi pembacanya. Oleh karena itu, penelitian ini benar-benar diarahkan dengan menggunakan metodologi penelitian yang sangat rinci dan jelas.
75
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini diuraikan tiga hal, yaitu 1 deskripsi data, 2 hasil analisis data, dan 3 pembahasan temuan.
4.1 Deskripsi Data
Teori kesantunan berbahasa mengkaji bentuk-bentuk tuturan yang santun yang dituturkan oleh partisipan tutur saat proses komunikasi terjadi. Teori ini
sangat penting untuk digunakan karena dengan menggunakan teori ini, kita akan dapat melihat dan memahami tuturan mana yang santun dan tuturan mana yang
tidak santun. Ketika kita tengah melakukan percakapan dengan orang lain, kita juga harus mempertimbangkan perasaan orang lain yang tengah kita ajak
berkomunikasi. Dengan memperhatikan perasaan itulah, komunikasi yang terjalin akan lancar. Hal ni termasuk dalam tingkat kesantunan berbahasa dalam
berkomunikasi dengan tidak mempermalukan pihak penutur dan pihak mitra tutur. Tentu dalam berkomunikasi, kita harus memperhatikan konteks kita dalam
berkomunikasi. Konteks bisa berupa siapa yang kita ajak berkomunikasi, tempat kita berkomunikasi, waktu kita berkomunikasi, dan sebagainya. Konteksnya harus
jelas adanya karena tanpa adanya konteks ini sudah jelas bahwa komunikasi pasti tidak akan berhasil. Selain dengan mempertimbangkn perasaan, kesantunan juga
harus ditujukkan dengan ekspresi wajah atau yang biasa disebut dengan konsep muka. Dengan melihat ekspresi muka tersebut, maka kita dapat melihat
bagaimana tanggapan atau respon mitra tutur yang tengah kita ajak berkomunikasi.
Dalam komunikasi, kesantunan berbahasa juga ditinjau dari segi sosiolinguistik yang mendasar pada sapaan, alih kode, dan campur kode.
Penggunaan sapaan, alih kode, dan campur kode kadang disalahgunakan dalam meneliti tingkat kesantunan berbahasa. Memang tidak ada salahnya ketika dalam
berkomunikasi aspek-aspek sosiolinguistik itu dipakai, namun hal tersebut juga harus diperhatikan agar tuturan yang dituturkan oleh penutur kepada mitra tutur
menjadi santun dan tidak merugikan kedua belah pihak, baik penutur maupun mitra tutur.
Pemakaian bahasa secara santun belum banyak mendapat perhatian. Maka, sangat wajar apabila kita sering menemukan pemakaian bahasa yang baik ragam
bahasanya dan benar tata bahasanya, tetapi nilai rasa yang terkandung di dalamnya menyakitkan hati pendengarnya. Hal ini dapat kita lihat pada tuturan
para pedagang “perko” trotoar Malioboro Yogyakarta yang menggunakan tuturan yang seadanya tanpa melihat apakah tuturan tersebut santun atau tidak. Bagi
sesama pedagang, tuturan yang dituturkan kepada para pembeli itu sudah biasa digunakan dan pasti sudah santun. Namun pada kenyataannya dapat dilihat ketika
ada seorang pembeli yang tiba-tiba langsung pergi begitu saja tanpa mengucapkan salam atau suatu ucapan terima kasih kepada pedagang. Komunikasi yang terjalin
sudah pasti tidak berjalan dengan baik dan pedagang menggunakan tuturan yang dapat merugikan pembeli, sehingga pembeli langsung pergi begitu saja. Begitu
pula sebaliknya dengan pembeli. Ada kenyataan ketika pembeli yang mencoba