penelitian ini merupakan sumber pengambilan sampel yang pastinya menyeluruh dan benar-benar akurat. Sumber data penelitian ini berasal dari tuturan pedagang
penjual dengan pembeli yang semuanya diambil secara natural dan terarah. Data diperoleh dari tuturan masing-masing pedagang dan pembeli. Hal ini
dilakukan karena dirasa para pedagang seringkali menggunakan bahasa yang kurang santun dalam konteks percakapan jual-beli, begitu juga dengan pembeli.
Sedangkan sampelnya adalah sebagian pedagang “perko” yang ada di trotoar Malioboro Yogyakarta dan sebagian pembeli yang akan menjadi objek penelitian
ini, begitu pula sebaliknya.
3.3 Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti yang memiliki bekal pengetahuan mengenai bidang kajian ilmu sosiolinguistik, pragmatik, dan
sosiopragmatik beserta teori-teorinya. Namun tidak hanya terfokus pada teori- teori umumnya saja, melainkan terfokus secara khusus mengenai teori kesantunan
berbahasa. Setelah fokus penelitian ini sudah tampak jelas adanya, maka kemungkinan besar akan dikembangkan instrumen penelitian yang sederhana. Hal
ini dilakukan supaya dapat melengkapi data-data serta membandingkannya dengan data-data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara
Sugiyono, 2012:223-224. Peneliti sudah sangat jelas dengan konteks jual-beli yang ada di daerah pusat perbelanjaan ternama di kota Yogyakarta, yaitu
Malioboro. Pen eliti telah melihat bagaimana kehidupan para pedagang “perko”
trotoar Malioboro Yogyakarta di setiap harinya hanya untuk menjajakan
dagangannya pada para pembeli. Hal ini diharapkan dapat memudahkan peneliti dalam mengupayakan hasil dari instrumen penelitian untuk mencapai tingkatan
yang maksimal. Jadi, peneliti harus benar-benar fokus pada penelitian ini guna mendapatkan hasil yang maksimal, jelas, teliti, dan terperinci.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan dua metode, yakni metode yang pertama adalah metode observasi partisipatif dan metode yang kedua adalah metode
simak-catat. Peneliti mengumpulkan tuturan dari hasil percakapan antara pedagang “perko” dengan pembeli di trotoar Malioboro Yogyakarta. Tuturan
diperoleh dari penggunaan dua metode tersebut di atas. Metode pertama yaitu metode observasi partisipatif. Berawal dari definisi
observasi. I stilah observasi berasal dan bahasa Latin yang berarti ”melihat”,
“mengamati”, dan “memperhatikan”. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan
mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan
mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu obyek dalam suatu periode tertentu dan mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal tertentu
yang diamati. Observasi partisipan adalah observasi yang melibatkan peneliti atau observer secara langsung dalam kegiatan pengamatan di lapangan. Jenis teknik
observasi partisipan umumnya digunakan orang untuk penelitian yang bersifat eksploratif. Untuk menyelidiki satuan-satuan sosial yang besar seperti masyarakat
suku bangsa karena pengamatan partisipatif memungkinkankan peneliti dapat berkomunikasi
secara akrab dan leluasa dengan observer, sehingga
memungkinkan untuk bertanya secara lebih rinci dan detail terhadap hal-hal yang akan diteliti. Dengan menggunakan metode ini, tuturan antara pedagang dengan
pembeli dapat diperoleh secara jelas. Di dalam tuturan antara kedua partisipan tersebut pasti terdapat bentuk-bentuk kesantunan berbahasa yang mengandung
makna linguistik maupun nonlinguistik. Selain bentuk-bentuk kesantunan, penggunaan kata sapaan juga pasti terlihat dalam percakapan tersebut. Hal ini juga
tidak dapat dipungkiri akan terjadi peristiwa alih kode dan campur kode. Metode yang kedua adalah metode simak-catat. Tuturan diperoleh dengan
memperhatikan metode simak-catat, yakni menyimak pertuturan langsungan di dalam aktivitas jual-beli yang di dalamnya terdapat bentuk-bentuk kesantunan
bahasa yang mengandung makna linguistis maupun nonlinguistis. Teknik yang digunakan terhadap metode tersebut adalah dengan mencatat dan merekam tuturan
dalam aktivitas jual-beli di trotoar Malioboro Yogyakarta. Catatan dan rekaman tuturan itulah yang kemudian diteliti oleh peneliti terhadap tingkat kesantunan
berbahasa pedagang “perko” trotoar Malioboro Yogyakarta dalam aktivitas jual- beli.
Peneliti menggunakan dua metode tersebut karena melihat kedua metode di atas dirasa sudah tepat digunakan untuk mencari data tuturan baik tuturan
penjual maupun tuturan pembeli yang ada di “perko” trotoar Malioboro Yogyakarta. Dengan menggunakan metode yang pertama yakni metode observasi
partisipatif, peneliti dapat meneliti dengan mudah karena peneliti ikut terjun