sebuah dorongan untuk membeli, dan disaat konsumen merasakan perasaan ini maka akan terjadi suatu perilaku pembelian impulsif.
b. Aspek Kognitif Verplanken dan Herabadi 2001 menyatakan bahwa aspek
kognitif yang dimaksud adalah tidak adanya pertimbangan dan perencanaan serta alasan untuk melakukan pembelian suatu barang.
Dengan kata lain, konsumen melakukan pembelian tidak dipertimbangkan dan direncanakan terlebih dahulu.
Aspek kognitif selain berkaitan dengan kurang adanya perencanaan juga berkaitan dengan kurang adanya pemikiran secara
lebih mendalam ketika melakukan pembelian. Rock 1987 menjelaskan bahwa pihak konsumen kurang adanya evaluasi dalam melakukan
pembelian. Selain itu, dalam proses pembelian impulsif konsumen cenderung memproses informasi yang diterima dengan waktu yang
sangat cepat sehingga kuantitas dan kualitas dari informasi yang diterima konsumen sangatlah sedikit, sertatidak adanya evaluasi
terhadap konsekuensi dalam waktu jangka panjang Lee dan Kacen, 2008 dalam
Činjarević 2010. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa aspek
dari pembelian impulsif adalah aspek afektif yang berkaitan dengan kecenderungan konsumen melakukan pembelian karena ada rasa senang,
gembira, dan adanya kepuasan saat melakukan pembelian, serta adanya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
aspek kognitif yang berkaitan dengan kecenderungan konsumen yang kurang melakukan pertimbangan dan perencanaan dalam melakukan
pembelian. Jadi kedua aspek pembelian impulsif yang ada dalam penelitian ini, yaitu aspek afektif dan kognitif akan dijadikan sebgai acuan dalam
skala kecenderungan pembelian impulsif.
3. Faktor-Faktor Pembelian Impulsif
Youn dan Faber 2000 dalam Dawson dan Kim, 2009 mengatakan bahwa seseorang dapat mengalami pembelian impulsif karena dua faktor,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. a.
Faktor Internal Rook dan Hoch 1985 menekankan bahwa pembelian impulsif
dimulai dengan sensasi dan persepsi konsumen yang kemudian didorong oleh stimulus eksternal dan diikuti oleh dorongan tiba-tiba untuk
membeli saya melihat, saya ingin membeli. Sneath et al. 2009 dalam Muruganantham dan Bhakat, 2013 berpendapat bahwa perilaku
pembelian impulsif akibat dari individu yang depresi dan berupaya untuk meningkatkan mood. Banyak peneliti telah menunjukkan
hubungan antara perilaku pembelian impulsif dan suasana hati konsumen atau keadaan emosional, citra diri, kesejahteraan subjektif,
faktor demografi seperti usia dan jenis kelamin, serta harga diri Činjarević 2010.
Loudon dan Bitta 1993 menyatakan bahwa perilaku pembelian impulsif dipengaruhi oleh demografi, karakteristik sosial ekonomi,
kepribadian dan konsep diri. Secara khusus penelitian yang dilakukan oleh Engel 1994 memaparkan bahwa perbedaan perilaku yang terjadi
pada konsumen adalah karena perbedaan konsep diri konsumen. Konsep diri terbagi menjadi beberapa bagian, salah satu bagian
dari konsep diri terdiri dari body image, yaitu sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan
perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan dimodifikasi
dengan pengalaman baru setiap individu Stuart dan Sundeen, 1995.
b. Faktor Eksternal
Konsumen yang berada didalam toko akan menerima berbagai rangsangan baik langsung maupun tidak langsung. Hoyer dan Macinner
1999 dalam Muruganantham dan Bhakat, 2013 menjelaskan bahwa lingkungan toko sangat merangsang pembelian impulsif. Hal ini
dikarenakan atmosfer toko dipengaruhi oleh atribut sepertipencahayaan, tata letak, presentasi barang dagangan, perlengkapan, penutup lantai,
warna, suara, bau, dan pakaiandan perilaku penjualandan tenaga pelayanan Muruganantham dan Bhakat, 2013. Pada penelitian
sebelumnya, penampilan produk dan penambahan latar belakang musik PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI