Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
Dengan perhitungan yang sama, maka nilai OEE mesin Mixer Batching Plant sampai periode April 2009 dapat dilihat pada Tabel 5.14.
Tabel 5.14. Perhitungan Overall Equipment Effectivenes OEE Mesin Mixer Batching Plan Periode November 2008 – April 2009
Bulan Availability
Performance Effeciency
Rate of Quality
Product Overall
Equipment Effectiveness
November 93,38
78,68 97,41
71,57
Desember 92,80
81,76 97,31
73,83
Januari 93,19
79,32 99,33
87,97
Februari 92,75
75,87 98,41
69,25
Maret 94,40
87,40 98,51
81,27
April 91,73
85,38 97,44
76,31
Sumber : Hasil Pengolahan Data
5.2.6. Perhitungan OEE Six Big Losses 5.2.6.1. Downtime Losses
Downtime adalah waktu yang seharusnya digunakan untuk melakukan proses produksi akan tetapi karena adanya gangguan pada mesin equipment
failures mengakibatkan mesin tidak dapat melaksanakan proses produksi sebagaimana mestinya. Dalam perhitungan overall equipment effectiveness
OEE, equipment failures dan waktu setup and adjustment dikategorikan sebagai kerugian waktu downtime downtime losses
1. Equipment Failures Breakdowns
Kegagalan mesin melakukan proses equipment failure atau kerusakan breakdown yang tiba-tiba dan tidak diharapkan terjadi adalah penyebab kerugian
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
yang terlihat jelas, karena kerusakan tersebut akan mengakibatkan mesin tidak menghasilkan output.
Besarnya persentase efektivitas mesin yang hilang akibat faktor breakdowns loss dapat dihitung dengan menggunakan rumusan sebagai berikut :
100 ×
= Time
Loading time
Breakdown Total
Loss Breakdowns
Dengan menggunakan rumusan di atas, maka diperoleh perhitungan breakdowns loss sebagai berikut :
Mesin Mixer Batching Plan Bulan November 2008 memiliki breakdown losess sebesar :
Breakdowns Loss = 2
, 352
17 ,
3 x 100 = 0,975
Dengan cara perhitungan yang sama maka nilai persentase breakdown loss mesin Mixer Batching Plan sampai Bulan April 2009 dapat dilihat pada Tabel
5.15.
Tabel 5.15. Breakdown Loss pada Mesin Mixer Batching Plan Periode November 2008 - April 2009
Bulan Total Breakdown
jam Loading Time
jam Breakdown Losess
November 3,17
325,2 0,975
Desember 3,58
306,5 1,168
Januari 3,08
280,5 1,098
Februari 3,67
306,7 1,197
Maret 2,50
316,4 0,790
April 4,75
303,3 1,566
Jumlah 20,75
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
2. Setup dan Adjustment
Penggantian suku cadang yang mengalami kerusakan pada mesin maupun pemeliharaan mesin secara keseluruhan akan mengakibatkan mesin tersebut harus
dihentikan terlebih dahulu. Sebelum mesin difungsikan kembali akan dilakukan penyesuaian terhadap fungsi mesin tersebut yang dinamakan dengan waktu setup
dan adjustment mesin. Dalam perhitungan setup dan adjustment loss dipergunakan data waktu setup mesin yang mengalami kerusakan dan
pemeliharaan mesin secara keseluruhan di mesin Mixer Batching Plan. Untuk mengetahui besarnya persentase downtime loss yang
diakibatkan oleh waktu setup dan adjustment tersebut digunakan rumusan sebagai berikut
100 ×
= time
Loading time
ustment Setupadj
Total Loss
stment SetupAdju
Untuk Mesin Mixer Batching Plan bulan November 2008 memiliki nilai Set up dan Adjustment Losess sebesar :
Setup dan Adjustment Loss = 2
, 325
36 ,
18 = 5,646
Dengan cara yang sama dilakukan untuk periode berikutnya dan dapat dilihat pada Tabel 5.16.
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
Tabel 5.16. Set Up and Adjustment Losessdi Mesin Mixer Batching Plan Bulan
Set up Time Jam
Loading Time jam
Set Up and Adjustment Losess
November 18,36
325,2 5,646
Desember 18,48
306,5 6,029
Januari 16,02
280,5 5,711
Februari 18,56
306,7 6,052
Maret 15,22
316,4 4,810
April 20,33
303,3 6,703
Jumlah 106,97
Sumber : Hasil Pengolahan Data
5.2.6.2. Speed Loss
Speed loss terjadi pada saat mesin tidak beroperasi sesuai dengan kecepatan produksi maksimum yang sesuai dengan kecepatan mesin yang
dirancang. Faktor yang mempengaruhi speed losses ini adalah idling and minor stoppages dan reduced speed.
1. Idling dan Minor Stoppages
Idling dan minor stoppages terjadi jika mesin berhenti secara berulang- ulang atau mesin beroperasi tanpa menghasilkan produk.
Jika idling dan minor stoppages sering terjadi maka dapat mengurangi efektivitas mesin. Untuk mengetahui besarnya factor efektivitas yang hilang
karena factor idling dan minor stoppages digunakan rumusan sebagai berikut : 100
× =
time Loading
time ive
Nonproduct stoppages
minor and
Idling Nonproductive time = Operation time – Actual Production time
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
Mesin Mixer Batching Plan Bulan November 2008 memiliki Idling and Minor Stoppages sebesar :
Nonproductive time = 303,67 – 301,76 = 1,91 Idling and Minor Stoppages =
2 ,
325 91
, 1
x 100 = 0,587 Dengan cara perhitungan yang sama maka nilai persentase breakdown loss
mesin Mixer Batching Plan sampai Bulan April 2009 dapat dilihat pada Tabel 5.17.
Tabel 5.17. Idling and Minor Stoppages Di Mesin Mixer Batching Plan Bulan
Operation Time
jam Actual
Production Time
jam Non
Productive Time
Jam Loading
Time Jam
Idling and Minor
Stoppages
November 303,67
301,76 1,91
325,2 0,587
Desember 284,44
278,08 6,36
306,5 2,075
Januari 261,40
259,20 2,20
280,5 0,784
Februari 284,47
281,60 2,87
306,7 0,936
Maret 298,68
292,16 6,52
316,4 2,061
April 278,22
274,56 3,66
303,3 1,207
Jumlah 23,52
Sumber : Hasil Pengolahan Data
1. Reduced Speed