Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
Tabel 6.3. Usulan Penyelesaian Masalah Reduced Speed Losess No
Faktor-faktor Penyelesaian Masalah
1 Manusiaoperator
- Kurang responsif
- Kurang teliti
a. Pelatihan operator dilakukan
secara berkala stahun dua kali b.
Pengawasan terhadap operator lebih ditingkatkan
2 Mesinperalatan
- Mesin tidak bertenaga
- Mesintidak stabil
a. Perawatan mesin secar berkala
selama empat kali sebulan b.
Penggantian mesin peralatan 3
Lingkungan - Kebersihan
a. Membersihkan mesin dan area
kerja sebelum atau sesudah proses operasi
4 Metode
- Pemeliharaan tidak standar b.
Menentukan standar pelaksanaan setting tools
5 Bahan
- Standar ukuran bahan c.
Membuat standar ukuran bahan yang sesuai
6.4.2. Penerapan Total Productive Maintenance TPM
Perbedaan total productive maintenance TPM dengan planned Maintenance PM yang utama adalah kegiatan pemeliharaan mandiri
autonomous maintenance dan kunci kesuksesan TPM juga tergantung pada kesuksesan program autonomous maintenance. Kegiatan autonomous
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
maintenance ini melibatkan seluruh karyawan mulai dari pimpinan sampai dengan operator.
Dengan adanya kegiatan autonomous maintenance ini maka setiap operator akan terlibat dalam perawatan dan penanganan setiap masalah yang
terjadi pada mesinperalatan mereka sendiri di bagian produksi. Sistem pelaksanaan kegiatan maintenance yang diterapkan oleh PT.
WIKA BETON merupakan sistem pemeliharaan terencana, mulai dari perencanaan sampai dengan penggantian. Penanganan kerusakan mesinperalatan
yang terjadi Pada mesin Mixer Btaching Plan merupakan tanggung jawab pada bagian departemen Maintenance. Rendahnya efektivitas mesin juga dipengaruhi
oleh karena keahlian dari operator yang rendah sehingga tidak cepat tanggap terhadap masalah yang timbul pada mesin yang dioperasikan yang dapat dilihat
pada analisa diagram sebab akibat terhadap faktor six big losses yang dominan. Penerapan pemeliharaan mandiri dilakukan dengan tujuan agar pola pikir
operator yang berpikir bahwa operator hanya menggunakan peralatan dan orang lain yang akan memperbaikinya dapat diubah sehingga perawatan mesin dan
peralatan di perusahaan ini dapat berjalan dengan baik dan kerusakan dapat dicegah. Agar hal tersebut dapat tercapai maka dibutuhkan waktu dan usaha untuk
melatih operator agar kemampuan dan keahlian yang dibutuhkan untuk melaksanakan autonomous maintenance dapat ditingkatkan. Kegiatan-kegiatan
pemeliharaan mandiri yang dapat dilakukan oleh operator sebagai usaha peningkatan efektivitas mesin produksi sesuai dengan prinsip TPM adalah :
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
8. Membersihkan dan memeriksa pada mesin Mixer Batching Plan untuk
membersihkan debu dan kotoran pada permukaan mesin dan melakukan pelumasan dan pengencangan mur yang longgar.
9. Menghilangkan sumber masalah dan area yang tidak terjangkau dengan
menemukan cara yang tepat untuk membersihkan pada bagian-bagian yang
sukar dijangkau
10. Membuat standar pembersihan dan pelumasan yang tepat sehingga dapat
mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk membersihkan dan memeriksa
dengan tahapan yang teratur.
11. Melaksanakan pemeriksaan meyeluruh sesuai dengan instruksi yang terdapat
pada petunjuk pemeriksaan pada mesin Mixer Batching Plan yang diperoleh
pada bagian teknik
12. Pemeliharaan mandiri secara penuh fully autonomous maintenance yaitu
pengembangan kebijakan dan tujuan perusahaan untuk meningkatkan kegiatan pengembangan secara teratur dan melakukan proses perbaikan pada proses
mesin yang memiliki six big losess yang paling besar yaitu : proses idling and minor stoppages dan set up and adjustment losess dengan menggunakan
metode perbaikan fishbone yang terlihat pada gambar 6.2 dan 6.3. VI-9
I-95
Mesinoperator Mesinperalatan
Lingkungan Bahan
Metode
Kurang tanggap Kurang teliti
Kurang disiplin Kurang terlatih dan berhati-hati
Mesin memiliki Tenaga yang rendah
Tergesa-gesa Mesin tidak
stabil Keausan pada
mesin Mesin obsolances
Setting tidak standar
Tidak berpatokan pada standar Yang telah ditetapkan
Kebersihan mesin kurang
Jarang dibersikan Ukuran bahan
Tidak ideal
Gambar 6.2. Proses Perbaikan dengan Menggunakan Metode Fishbone pada Proses Reduced Speed Losses
VI-10
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-96
Mesinoperator Mesinperalatan
Lingkungan Bahan
Metode
Kurang tanggap Kurang teliti dan
detail
Kurang mematuhi peraturan Operator memiliki skill
Yang rendah Kurangnya
perawatan Tidak teratur
Waktu yg lama utk menaikkan
suhu tekanan
Maintanance process Tidak standar
Metode dibawah standar Kebersihan mesin
kurang Jarang dibersihkan
Tidak adanya ukuran
standar bahan Pemburukankeausan
Gambar 6.3. Proses Perbaikan dengan Menggunakan Metode Fishbone pada
Proses Set up and Adjustment Losess
VI-11
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-97
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN