Peyiapan dan Penyajian Makan

sendiri dengan pendampingan. Hal ini perlu dilakukan karena hal tersebut merupakan proses belajar bagi anak Muharyani, 2012. Dua hal yang perlu diperhatikan dalam mengolah makanan untuk anak adalah keamanan pangan dan keutuhan zat-zat gizi Almatsier, 2011. Menurut Almatsier 2011 beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu : 1. Makanan hendaknya digunakan dari bahan yang bermutu dan seimbang. 2. Alat pengolahan dan alat-alat lain yang digunakan hendaknya dalam keadaan bersih. 3. Sayur dan buah dicuci, sesudah itu dimasak dengan air secukupnya sampai lunak. 4. Bila makanan tidak segera dimakan, makanan dibungkus dan disimpan dalam lemari pendingin atau lemari pembeku. 5. Makanan yang dibekukan, bila hendak dimakan maka dicairkan terlebih dahulu ke lemari pendingin. Salah satu sumber penularan penyakit dan penyebab terjadinya keracunan adalah makanan atu minuman yang tidak memenuhi syarat higiene. Higienenya makanan atau minuman dapat dipenagruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah higiene alat masak dan makan yang digunakan dalam proses penyediaan makan atau minuman tersebut. Alat makan menjadi salah satu faktor dalam hal penularan penyakit, hal ini disebabkan karena alat makan yang tidak bersih dan mengandung mikroorganisme Cahyaningsih dkk, 2009. Selain kebersihan peralatan memasak dan makan, kebersihan individu juga perlu diperhatikan karena merupakan salah satu faktor penyebab timbulanya penyakit pada anak Tjukarni dkk, 2011. Kebersihan individu yang dimaksud seperti mencuci tangan dengan sabun sebelum menyiapkan makanan untuk anak. Penggunaan sabun saat mencuci tangan sebelum makan akan membantu mengurangi jumlah kuman penyakit yang masuk ke dalam tubuh dengan cara melarutkan lemak dan menurunkan tegangan partikel kotoran yang menempel di kulit Sandy dkk, 2015. Penyimpanan makanan salah satu faktor yang perlu diperhatikan dengan baik. Penyimpanan makanan yang kurang baik dapat menjadi sumber penyakit dengan berkembang biaknya bakteri dalam makanan tersebut. Bakteri berkembang biak dengan membelah diri menjadi 2 bagian. Pada temperatur 30 ˚ sampai 40˚ Celcius jumlahnya akan bertambah 2 kali lipat setiap 15 menit dan dalam waktu 5 jam dapat mencapai 1 juta. Bakteri akan berhenti berkembang biak pada suhu diatas 74 ˚ dan dibawah 4˚ Celcius. Bakteri patogen berkembang biak pada suhu 37 ˚ Celcius sama dengan suhu tubuh manusia. Bakteri ini dapat ditularkan melalui makanan yang tersentuh oleh tangan kotor, lap kotor dan berdebu, meja ataupun peralatan dapur yang kotor Prihastuti, 2013. Pengambilan data terkait penyiapan dan penyajian makanan dilakukan dengan cara wawancara mendalam dan observasi. Instrumen yang digunakan yaitu pedoman wawancara mendalam dan pedoman observasi.

2.2.4 Praktik Kesehatan Dasar

Orang tua dapat mencegah anak-anaknya menderita penyakit dengan cara menjaga kebersihan rumah, memberikan imunisasi atau vaksinasi, membawa anak yang sakit ke puskesmas, menimbang anak secara teratur untuk mengetahui kekurangan gizi sedini mungkin CORE, 2003. Praktik kesehatan bagi anak dapat berupa upaya preventif seperti pemberian imunisasi. Imunisasi adalah cara meningkatkan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dan sehingga apabila seseorang terpapar penyakit tersebut ia tidak menjadi sakit Matondang dkk, 2011. Dalam rangka menurunkan kejadian penyakit pada anak, Departemen Kesehatan melakukan program pengembangan imunisasi. Program ini dilakukan dengan memberikan 1 kali imunisasi BCG, 3 kali DPT, 4 kali imunisasi polio, 1 kali imunisasi campak dan 3 kali imunisasi hepatitis B Luciasari dkk 2011. Imunisasi memiliki pengaruh tidak langsung terhadap status gizi namun berkaitan penyakit infeksi Mulyati dkk, 2008. Imunisasi mempunyai peran meningkatkan daya tahan tubuh anak terhadap penyakit infeksi. Anak yang tidak mendapatkan imunisasi akan lenbih mudah terkena penyakit. Anak yang terkena penyakit dapat mengalami kehilangan nafsu makan sehingga berakibat terhadap status gizinya Luciasari dkk, 2011. Dari hasil analisis data Riskesdas, dapat dilihat bahwa balita yang diimunisasi lebih banyak yang sehat jika dibandingkan dengan balita yang tidak pernah diimunisasi Hidayat dan Jahari, 2012. Imunisasi diberikan oleh orang perorang atau ibu yang membawa anaknya untuk diberikan imunisasi. Tindakan seorang ibu dalam memberikan imunisasi merupakan bentuk tanggung jawab terhadap keluarga untuk melindungi anaknya dari serangan penyakit menular Achmadi, 2006. Bagi seorang ibu, memberikan imunisasi kepada anak merupakan hal biasa, namun memiliki makna yang mulia. Dengan membawa anaknya untuk imunisasi seorang ibu telah memberikan sumbangan bagi kekebalan kelompok. Dengan kata lain, imunisasi memiliki dimensi tanggung jawab ganda, yaitu memberikan perlidungan kepada anak agar tidak terkena penyakit menular juga telah berkontribusi sosial yang tinggi, yaitu anak yang telah diberikan imunisasi dan mendapat kekebalan maka akan menghambat perkembangan penyakit di masyarakat Achmadi, 2006. Diare dan ISPA merupakan penyakit yang sering diderita oleh balita dalam waktu yang lama jika tidak segera diobati. Timbulnya masalah stunting bukan hanya terjadi karena makan

Dokumen yang terkait

DETERMINAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK BALITA USIA 12-36 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RANDUAGUNG KABUPATEN LUMAJANG

4 21 22

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH GIZI DAN KONSUMSI MAKANAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK BALITA USIA 6-24 BULAN (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Randuagung Kabupaten Lumajang Tahun 2014)

7 30 193

Gambaran Pola Asuh Makan Pada Baduta Gizi Kurang di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamulya Tahun 2012

17 271 140

Hubungan Pola Asuh Gizi dengan Status gizi pada Balita Usia 4–12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Medang Kabupaten Blora tahun 2006

2 7 86

Hubungan Pola asuh makan dan Status gizi dengan Perkembangan anak usia 6-24 bulan di Wilayah kerja Puskesmas Plus, Kecamatan Sape, Kabupaten Bima.

0 0 4

DETERMINAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 12-59 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUUWATU KOTA KENDARI TAHUN 2016

0 0 12

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia 24-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Kecamatan Padang Timur Kota Padang Tahun 2018

1 5 10

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 24-59 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WONOSARI I SKRIPSI

0 0 13

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 6-24 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PATTINGALLOANG KECAMATAN UJUNG TANAH KOTA MAKASSAR TAHUN 2010

0 0 102

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DENGAN KEJADIAN STUNTING ANAK USIA 24-59 BULAN DI POSYANDU ASOKA II WILAYAH PESISIR KELURAHAN BAROMBONG KECAMATAN TAMALATE KOTA MAKASSAR TAHUN 2014

0 0 113