Penyiapan dan Penyimpanan Makanan

makanan berupa ikan goreng dengan sayur labu siam yang dicampur dengan jagung. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada informan utama, didapatkan hasil bahwa memang benar sebagian besar informan memberikan menu yang berbeda setiap harinya. Menu makanan yang diberikan kepada anak umumnya berupa nasi, sayur-mayur dan lauk-pauk. Namun, anak lebih sering makan dengan 1 jenis makanan seperti sayur sop dengan nasi atau nasi dengan telur. Berikut kutipannya: ―Menu makannya sehari hari sayur, lauk pauk, tahu, tempe, gitu aja, ini mah lagi ga masak, tiap hari ganti-ganti, contohnya sayur asem, terus sayur apa....sayur kangkung...yang paling sering sop-sopan ama tempe... .‖ Informan utama Nh ―Sering telur, ikan, tahu, tempe kadang dikecapin‖. Informan utama Yu “Yaitu tadi nasi, nasi jenis sayur sop, bayem, telor, ya sukanya itu variasinya itu lagi, ya sering kadang kadang sih paling banyak saya buatin telor dadar kan karna itukan ga ngabisin waktu, ama kecap telor dadar ma kecap masaknya dirumah sebelum saya dagang ‖ Informan pendukung Rh Berdasarkan hasil observasi, dalam hal cara makan, seluruh anak sudah makan dengan piringnya sendiri, namun 3 anak terlihat disuapi dan 1 anak lainnya makan sendiri. Anak yang disuapai karena masih berumur 13 bulan, sedangkan anak yang sudah makan sendiri berumur diatas satu setengah tahun. Pengolahan makanan yang dilakukan seluruh informan utama umumnya sama dimana makanan sebelumnya dicuci terlebih dahulu dengan air kemudian baru dimasak sampai matang. Dalam hal penyajian makanan, makanan hanya ditaruh biasa diatas piring atau mangkuk tanpa adanya hiasan atau model-model makanan agar anak lebih tertarik makan. Selain itu, mengenai kebersihan peralatan masak atau makan seluruh informan mencuci peralatan tersebut dengan sabun sebelum digunakan. Berdasarkan hasil wawancara mendalam kepada informan utama didapatkan hasil yang sama dengan observasi dimana mengenai cara makan anak, seluruh informan mengatakan anak makan dengan piringnya sendiri, namun 3 anak masih disuapi dan 1 anak hanya mau makan sendiri. Sedangkan dalam hal pengolahan makanan, seluruh informan mengatakan kalau sebelumnya makanan dicuci bersih kemudian dimasak sampai matang, walaupun terdapat 1 informan yang hanya memasak 1 minggu sekali. Proses penyajian yang dilakukan ibu terhadap anak berdasarkan hasil wawancara mendalam yaitu, makanan hanya ditaruh biasa saja diatas piring atau mangkuk tanpa ada hiasan untuk menarik anak agar lebih mudah makan. Namun 1 informan mengatakan kalau kadang pernah menghias makanan untuk anaknya agar lebih tertarik. Selanjutnya untuk kebersihan peralatan masak dan makan, seluruh informan mengatakan kalau sebelumnya peralatan tersebut dicuci bersih pakai sabun. Diantara 4 informan utama tersebut, ada 1 informan yang selalu merebus botol susu anaknya dengan alasan untuk membunuh kuman yang menempel. Berikut kutipannya : ―Paling dia juga suka pengennya makan sendiri, pengennya megang sendiri, cuman diacak-acak. Sekarang masih disuapi, nanti kalo udah bisa baru... Cara mengolah makanan ya dicuci dulu, udah gitu baru dimasak sampai mateng. Menyajikanya ya biasa sih, ada sih cetakannya, paling entar cetakan buat ini kan dapetnya lagi itu beli dari mama lemon dulu kan , kita dapet cetakan nasi buat gambar ini. Kalo lagi iseng ya suka kita cetakin, kalo engga mah biasa. Peralatan makan ya dicuci pakai cling, punya dia pakai cling, kalo punya saya pakai mama lemon. Botol susu apa, habis itu kan direbus botol susunya.Informan utama Sh Mengenai kebersihan ibu sebelum menyiapkan makanan, Berdasarkan hasil observasi didapatkan gambaran bahwa seluruh informan terlihat tidak mencuci tangan sebelum memberikan makan anak. Untuk perilaku menyimpan makanan, ibu menaruhnya di dalam rak ataupun ditaruh diatas meja. Makanan harus dihabiskan hari itu juga karena takut menjadi basi. Berdasarkan wawancara kepada informan utama, terdapat kesamaan mengenai perilaku penyimpanan makanan dengan hasil observasi. Namun, Untuk perilaku mencuci tangan sebelum makan, terlihat adanya perbedaan dimana seluruh informan mengatakan kalau sebelumnya tangan dicuci terlebih dahulu walaupun 2 dari 4 informan mengatakan kadang tidak mencuci tangan karena pakai sendok. Dari 4 informan, 2 diantaranya mengatakan mencuci tangan pakai sabun, sedangkan 2 informan lainnya hanya terkadang saja pakai sabun. Berikut kutipannya : ―Ya kalo masak saya bersih dulu, cuci tangannya pake sabun, ya biar ga kena kuman gitu, mao masak cuci tangan dulu, kasih makan anak cuci tangan...Meyimpannya dalam bupet, bupet itu yang ada tutupnya, tempat sayur ada tutupnya terus taro dalem bupet....makanan langsung dihabiskan dala m hari itu, soalnya takut basi.‖ Informan utama Nh ―Kalo cuci tangan sih....soalnya kan ambil makanannya pake sendok, cuci tangan, ya cuci tangan aja diluar, terus dilap sampe bersih. Kalo nyimpen makanan sih taro aja diatas sini, ditutupin.‖ Informan utama Y Perilaku terakhir yang diteliti dalam penyiapan dan penyajian makanan adalah kebiasaan ibu memberikan makanan dari luar. Ketika observasi berlangsung peneliti tidak pernah melihat ibu membelikan makanan dari luar karena sudah memasak sendiri. Hal ini disebabkan karena biasanya ibu tidak memasak ketika hari sabtu atau minggu, sedangkan observasi dilakukan diluar kedua hari tersebut. Namun berdasarkan hasil wawancara mendalam kepada ibu baduta, diketahui bahwa 3 dari 4 informan sering memberikan makanan dari luar seperti lauk dan sayur untuk makan. Ada yang masih diberikan bubur organik karena umurnya baru 13 bulan dan ada yang dibelikan lauk dan sayur untuk anak makan. Ketika wawancara dengan salah satu informan pendukung, didapatkan keterangan bahwa anak sudah tidak mau diberikan bubur, sekarang sudah diberikan nasi saja. Sedangkan 1 informan lainnya mengatakan bahwa jarang sekali membeli makanan dari luar karena lebih memilih masak sendiri. Berikut kutipannya : ―Ya bubur juga bubur organik sih, bukan kaya bubur ayam biasa, bubur organik gitu, bubur balita sehat. Nih kalo misalkan saya ga masak tuh ya, beli, beli 9000, beli 3 tempat gitu buat 3 kali makan, ya kalo bubur mah kalo kita ga masak jadi sering, tergantung kitanya kalo kita lagi males masak ya saya beli bubur gitu , ya paling kalo ga masaknya itu hari sabtu, minggu hari yang itu aja‖Informan utama Sh ―Kadang kadang makan beli aja, saya suka beli mateng aja, masak kadang kadang , masak sendiri seminggu 1 kali, kan saya kerja, makanan yg sering sendiri itu sayur sop sayur bayam ‖ Informan pendukung Rh ―Ga pernah dibeliin dari luar, soalnya kan masak, masak sendiri soalnya, ga ada alasan lain sih, Cuma karena masak aja.‖Informan utama Y. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan pendukung, didapatkan sedikit perbedaan dari 1 informan yang mengatakan kalau anaknya sering dibelikan lauk dari luar. Hal tersebut juga didukung oleh hasil observasi dimana anak jarang diberikan makanan oleh ibunya. Ketika makan anak lebih sering diberi atau disuapi oleh bibi yang berada di belakang atau samping rumahnya. Berikut kutipannya: ―Dia sering beli, ee dia mah sering beli, buat anaknya kadang kesini, kalau ibunya jarang masakin....Kalo yang kecil mah dari sini aja kita masakin .‖Informan utama Yu

5.3.4. Praktik Kesehatan Dasar

Pola asuh kesehatan dasar dalam penelitian ini meliputi upaya preventif yang dilakukan pengasuh berupa pemberian imunisasi, dan bagaimana praktik ibu ketika anak sedang sakit atau mencegah anak terkena penyakit. Pengambilan informasi dilakukan dengan cara wawancara mendalam kepada informan utama dan informan pendukung, melihat data hasil pemberian imunisasi yang tercatat dalam buku seperti KIA. Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan hasil bahwa Penyakit yang paling sering dan umum dialami oleh baduta penderita stunting adalah diare dan panas, selain itu ada penyakit lain seperti batuk, asma dan gatal-gatal yang sering baduta alami beberapa waktu terakhir. Berikut kutipannya: ―Gitu doang batuk pilek, panas dia mah udah gitu doang, eh ama mencret sering mencret dia mah.‖Informan utama Sh ―Penyakit yg sering dialami sesak napas, gatel gatel, batuk, diare, akhir-akhir ini diare .‖Informan Rh Berdasarkan wawancara dengan informan keluarga dan kader posyandu, didapatkan informasi yang sama bahwa penyakit yang sering dialami anak adalah panas, batuk, dan diare serta terdapat 1 anak yang memilki penyakit asma . Untuk imunisasi anak, didapatkan hasil bahwa semua baduta diimunisasi lengkap sebelum usia 1 tahun, tetapi, untuk imunisasi tambahan yang dilakukan sekitar usia satu setengah dan dua tahun, semua anak belum diimunisasi atau terlewat waktu melakukan imunisasi karena tidak bisa datang ke posyandu. Berikut kutipannya : ―Imunisasi anak Alhamdulillah kumplit, kumplit, lengkap. Entar kan setahun tiga bulan eh setahun lima bulan ada eee apa yah kata bidan Nur yah?? Katanya umur setahun setengah sama 2 tahun disuntik lagi, suntik tambahan katanya‖ Informan utama Sh Berdasarkan wawancara dengan informan pendukung yang berasal dari keluarga terdekat pengasuh utama dan 3 orang kader posyandu, didapatkan hasil yang sama bahwa semua baduta diimunisasi lengkap sebelum usia 1 tahun. Namun, ketika peneliti meminta untuk melihat buku KIA yang dimiliki, 3 dari 4 informan tidak bisa memberikan buku itu dengan alasan bukunya sudah tidak ada, ditinggal di posyandu, dan ditaruh di kampung dan tidak bisa diambil. Setelah dilihat, informan yang memberikan buku KIA memang telah melakukan imunisasi dengan lengkap. Berdasarkan hasil observasi, didapatkan gambaran bahwa 3 anak dibiarkan main tanpa pengawasan dalam keadaan sedikit

Dokumen yang terkait

DETERMINAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK BALITA USIA 12-36 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RANDUAGUNG KABUPATEN LUMAJANG

4 21 22

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH GIZI DAN KONSUMSI MAKANAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK BALITA USIA 6-24 BULAN (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Randuagung Kabupaten Lumajang Tahun 2014)

7 30 193

Gambaran Pola Asuh Makan Pada Baduta Gizi Kurang di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamulya Tahun 2012

17 271 140

Hubungan Pola Asuh Gizi dengan Status gizi pada Balita Usia 4–12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Medang Kabupaten Blora tahun 2006

2 7 86

Hubungan Pola asuh makan dan Status gizi dengan Perkembangan anak usia 6-24 bulan di Wilayah kerja Puskesmas Plus, Kecamatan Sape, Kabupaten Bima.

0 0 4

DETERMINAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 12-59 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUUWATU KOTA KENDARI TAHUN 2016

0 0 12

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia 24-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Kecamatan Padang Timur Kota Padang Tahun 2018

1 5 10

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 24-59 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WONOSARI I SKRIPSI

0 0 13

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 6-24 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PATTINGALLOANG KECAMATAN UJUNG TANAH KOTA MAKASSAR TAHUN 2010

0 0 102

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DENGAN KEJADIAN STUNTING ANAK USIA 24-59 BULAN DI POSYANDU ASOKA II WILAYAH PESISIR KELURAHAN BAROMBONG KECAMATAN TAMALATE KOTA MAKASSAR TAHUN 2014

0 0 113