Hasil Wawancara Hasil Nontes Siklus I

95 pembelajaran. Suasana pembelajaran juga akan lebih kondusif. Pada akhirinya, apa yang menjadi tujuan dari pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Oleh karena itu, dalam pengambilan data pada siklus II peneliti akan lebih memotivasi siswa untuk menghilangkan hal-hal yang kurang mendukung dalam pembelajaran, lebih komunikatif, dan lebih memperhatikan kondisi kelas.

4.1.2.2.2 Hasil Wawancara

Dalam siklus I ini, untuk memperoleh data nontes peneliti juga menggunakan instrumen wawancara. Wawancara tidak dilakukan kepada semua siswa, tetapi dilakukan kepada tiga siswa, yaitu satu siswa yang memperoleh nilai tertinggi, satu siswa yang memperoleh nilai sedang dan satu siswa yang memperoleh nilai terendah. Ketiga siswa tersebut mewakili siswa satu kelas. Wawancara dilakukan tiap akhir siklus dan di luar jam pelajaran melalui tatap muka langsung dengan siswa. Tercatat 5 butir pertanyaan dalam instrumen wawancara ini. Pertanyaan tersebut meliputi 1 apakah siswa berminat dengan pelajaran bercerita, 2 pendapat siswa terhadap pembelajaran bercerita selama ini, 3 kesulitan yang dihadapi siswa ketika mengikuti pembelajaran bercerita, 4 pendapat siswa dengan pembelajaran bercerita menggunakan media film kartun, dan 5 harapan siswa terkait dengan pembelajaran bercerita menggunakan media film kartun. Berdasarkan analisis data wawancara pada siklus I diuraikan tidak semua siswa senang dengan pembelajaran bercerita. Secara tidak langsung hal ini mengakibatkan pembelajaran bercerita kurang berjalan sesuai harapan peneliti. 96 Hal ini pula yang menjadi pekerjaan peneliti untuk dikerjakan pada pertemuan siklus berikutnya. Untuk pertanyaan pertama yaitu, “Selama ini apakah kalian siswa berminat dengan pembelajaran bercerita?” Dua siswa yaitu satu siswa yang mendapat nilai tinggi R20 dan satu siswa yang mendapat nilai sedang R1 menjawab lumayan berminat dengan alasan karena sulit mengekspresikan suasana dan kurang percaya diri, berikut kutipannya. Siswa yang mendapat nilai tinggi menjawab pertanyaan pertama dengan singkat, yaitu “Ya saya berminat dengan pembelajaran bercerita, karena memang saya senang dengan pelajaran bercerita” Berikutnya siswa yang mendapat nilai sedang mejawab lumaya berminat. Satu siswa dengan nilai rendah R25 menjawab, “Enggak Karena saat bercerita saya tidak PD.” Menurutnya ketidaksukaanya dengan pembelajaran bercerita lantaran rasa tidak percaya diri ketika diminta untuk tampil bercerita, terlebih lagi ketika pembelajaran bersama pihak yang belum dikenal, dalam hal ini adalah peneliti. Jawaban tersebut sekaligus menjawab pertanyaan ketiga yaitu terkait kesulitan siswa yang dihadapi ketika bercerita. Akan tetapi, ketika mereka diberikan pertanyaan terkait pendapat siswa dengan pembelajaran bercerita yang dilakukan, ketiga siswa tersebut menjawab dengan jawaban yang sama yaitu menyenangkan karena menggunakan media film kartun yang membuat siswa tidak jenuh dan mudah untuk dimengerti. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, kesulitan yang dihadapi siswa ketika bercerita tidak jauh dari rasa percaya diri dan kesulitan berekspresi. Perasaan grogi mengakibatkan siswa sulit mengekspresikan suasana cerita dengan 97 baik. Untuk mengatasi hal ini tindakan yang perlu dilakukan adalah dengan meningkatkan intensitas siswa tampil dan distimulasi dengan permainan- permainan menyenangkan yang menggugah keberanian berekspresi dan memberi kesempatan lebih banyak bagi siswa untuk bicara meskipun hanya sekadar mengajukan pertanyaan dan memberi usulan. Hal tersebut secara tidak langsung akan mempengaruhi keberanian siswa mengeksplor diri dan berekspresi. Pendapat siswa tentang pembelajaran yang disajikan peneliti yaitu pembelajaran bercerita menggunakan media film kartun direspons baik oleh siswa. Menurut mereka film kartun membuat mereka lebih mudah mengerti dan sesuai dengan usia siswa kelas VII. Siswa merasa terbantu ketika harus bercerita dengan runtut dan lebih memahami suasana cerita dan tokoh-tokoh dalam cerita dengan pemutaran film kartun. Selain itu, siswa juga memberikan harapan agar pembelajaran bercerita dengan media film kartun dapat memberi kesenangan bagi siswa untuk belajar bercerita seperti yang diungkapkan oleh R1 berikut, “Semoga siswa menjadi senang dan mudah memahami cerita karena baru pertama kali mendapat pembelajaran menggunakan media film kartun.” Harapan senada juga diucapkan R25 yang memberi usulan bahwa cerita film kartun pertemuan berikutnya durasi film diperpanjang agar siswa lebih mendalami cerita yang diputarkan, sedangkan R20 mengharapkan semoga pembelajaran bercerita dengan media film kartun dapat menumbuhkan minat dan keinginan bercerita. Berdasarkan uraian analisis data wawancara, peneliti mendapat pekerjaan rumah yang harus diatasi pada siklus berikutnya khususnya untuk siswa-siswa yang masih mengalami kendala bercerita seperti intonasi, kurang percaya diri, dan 98 ekspresi sehingga dapat menimbulkan minat dan kesenangan siswa terhadap kegiatan bercerita dan mampu tampil lebih baik lagi.

4.1.2.2.3 Hasil Jurnal

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI TEKNIK CERITA BERANGKAI DENGAN MEDIA WAYANG GOLEK SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 KUDUS

6 73 260

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA MENGGUNAKAN MEDIA FILM KARTUN DENGAN METODE TALKING STICK PADA SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 1 BANJARHARJO BREBES

0 4 184

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA DENGAN URUTAN YANG BAIK MELALUI MEDIA GAMBAR SERI SISWA Peningkatan Kemampuan Bercerita Dengan Urutan Yang Baik Melalui Media Gambar Seri Siswa Kelas VII F SMP Negeri 1 Karangmalang Kabupaten Sragen.

11 21 16

PENDAHULUAN Peningkatan Kemampuan Bercerita Dengan Urutan Yang Baik Melalui Media Gambar Seri Siswa Kelas VII F SMP Negeri 1 Karangmalang Kabupaten Sragen.

0 1 7

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA DENGAN URUTAN YANG BAIK MELALUI MEDIA GAMBAR SERI SISWA Peningkatan Kemampuan Bercerita Dengan Urutan Yang Baik Melalui Media Gambar Seri Siswa Kelas VII F SMP Negeri 1 Karangmalang Kabupaten Sragen.

0 1 14

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS 1V SD NEGERI 2 Peningkatan Kemampuan Bercerita Menggunakan Media Gambar Pada Siswa Kelas 1V SD Negeri 2 Beteng Klaten Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 1 10

(ABSTRAK) PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA MENGGUNAKAN MEDIA FILM KARTUN SISWA KELAS VII F SMP NEGERI 1 MANDIRAJA, BANJARNEGARA.

0 0 2

(ABSTRAK) PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA WAYANG KARTUN PADA SISWA VII A SMP NEGERI I KANGKUNG KABUPATEN KENDAL TAHUN PELAJARAN 2008/2009.

0 0 3

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA WAYANG KARTUN PADA SISWA VII A SMP NEGERI I KANGKUNG KABUPATEN KENDAL TAHUN PELAJARAN 2008/2009.

0 0 218

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA MENGGUNAKAN MEDIA KARTU BERGAMBAR UNTUK SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 2 PRAMBANAN KLATEN.

0 0 198