Jurnal Guru Hasil Jurnal

100 ketika bercerita di depan orang banyak, saya grogi karena tidak terbiasa bercerita di depan orang banyak.” Selain itu, diperoleh juga jawaban bahwa mereka merasa kesulitan dalam merangkai dalam kata dan kalimat yang tepat meskipun mereka hafal jalan ceritanya. Walaupun, terkendala oleh perasaan mereka yang takut atau malu berekspresi, tetapi sebagian besar siswa sepakat bahwa proses pembelajaran bercerita menggunakan media film kartun menyenangkan dan menghibur. Seperti salah satu kutipan jawaban R13 berikut, ”Kesan saya sangat senang, apalagi sebelum pelajaran diadakan kuis, saya merasa sangat senang sekali dan juga kegiatan ini sangat menyenangkan.” Ketika menjawab pertanyaan mengenai saran apa yang dapat mereka berikan agar pembelajaran bercerita menggunakan media filam kartun berikutnya lebih baik, hampir seluruh siswa menjawab sebaiknya media film kartun yang diputarkan berganti-ganti dan lucu agar perasaan jenuh tidak muncul dalam proses pembelajaran.

4.1.2.2.3.2 Jurnal Guru

Jurnal guru merupakan hasil pengamatan guru terhadap suasana kelas dan proses pembelajaaran yang berlangsung. Dalam jurnal guru memuat beberapa hal yang menjadi bahan pengamatan guru, diantaranya ialah pengamatan guru terhadap keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran bercerita menggunakan media film kartun, tingkah laku siswa peristiwa khusus yang terjadi ketika pembelajaran berlangsung, respons siswa terhadap media film kartun, suasana pembelajaran, hambatan yang dialamai peneliti selama proses pembelajaran, dan harapan guru pada proses pembelajaran bercerita berikutnya. 101 Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti dengan bantuan peneliti pembantu, keaktifan siswa selama mengikuti pembelajaran bercerita menggunakan media film kartun dapat dilihat dari aktifitas siswa bertanya dan berkomentar. Siswa mulai berani bertanya atau berkomentar setelah peneliti memberikan masukan mengenai bercerita yang dimulai dari latihan berani berbicara seperti mengajukan pendapat atau pertanyaan. Akan tetapi, dari keseluruhan responden hanya 15 siswa atau 46,87 yang aktif bertanya. Jumlah tersebut tergolong kategori gagal jika melihat persentasenya yang jauh dari 70. Tidak ada peristiwa khusus yang ditimbulkan siswa ketika pembelajaran berlangsung. Siswa mengikuti pembelajaran dengan baik. Siswa juga tampak tertib ketika pembetukan kelompok dan diskusi kelompok. Respons siswa terhadap pembelajaran terbilang baik, hal tersebut sangat tampak ketika pemutaran film kartun berlangsung. Hampir tidak ada yang berisik dan asyik sendiri dengan teman. Semua pandangan tertuju pada film kartun yang diputarkan. Suasana yang tercipta kondusif dan terkendali. Siswa cukup aktif dalam memperhatikan penjelasan guru, tertib dalam pembentukan kelompok, dan aktif dalam diskusi kelompok. Namun, kelas menjadi riuh beberapa saat ketika mereka diminta untuk bercerita di depan secara individu dan lepas teks. Beberapa mengatakan mereka tidak siap dan malu. Untuk mengatasi hal tersebut, peneliti memotivasi siswa dengan mengadakan kompetisi bercerita. Dengan begitu, siswa berlomba untuk menampilkan yang terbaik. Suasana menjadi bersemangat ketika kegiatan kompetisi tersebut dimulai. 102 Selama pelaksanaan penelitian siklus I, peneliti masih mengalami beberapa hambatan. Hambatan tersebut berkaitan langsung dengan kondisi siswa dan suasana belajar seperti siswa masih belum dapat menuangkan cerita kartun dalam rangkaian kalimat yang dibuatnya sendiri, kemudian siswa merasa bingung ketika harus mengidentifikasi cerita dalam diskusi kelompok. Selian itu, ada beberapa siswa yang merasa kurang percaya diri, merasa tidak bisa bercerita, malu, tidak hafal ceritanya jika harus lepas teks. Hambatan yang peneliti temui dalam adalah ketika harus membangkitkan semangat dan percaya diri siswa ketika harus tampil bercerita di depan. Namun, hal itu dapat sedikit teratasi dengan kegiatan berkompetisi cerita tersebut untuk mendapatkan sebuah hadiah reward. Harapan peneliti untuk kegiatan pembelajaran bercerita mengguanakan media film kartun selanjutnya adalah siswa dapat bercerita dengan lebih baik dan lebih antusias ketika tiba gilirannya bercerita di depan kelas. Selain itu, dapat terciptanya suasana belajar yang kondusif dan komunikatif.

4.1.2.2.4 Hasil Dokumentasi

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI TEKNIK CERITA BERANGKAI DENGAN MEDIA WAYANG GOLEK SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 KUDUS

6 73 260

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA MENGGUNAKAN MEDIA FILM KARTUN DENGAN METODE TALKING STICK PADA SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 1 BANJARHARJO BREBES

0 4 184

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA DENGAN URUTAN YANG BAIK MELALUI MEDIA GAMBAR SERI SISWA Peningkatan Kemampuan Bercerita Dengan Urutan Yang Baik Melalui Media Gambar Seri Siswa Kelas VII F SMP Negeri 1 Karangmalang Kabupaten Sragen.

11 21 16

PENDAHULUAN Peningkatan Kemampuan Bercerita Dengan Urutan Yang Baik Melalui Media Gambar Seri Siswa Kelas VII F SMP Negeri 1 Karangmalang Kabupaten Sragen.

0 1 7

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA DENGAN URUTAN YANG BAIK MELALUI MEDIA GAMBAR SERI SISWA Peningkatan Kemampuan Bercerita Dengan Urutan Yang Baik Melalui Media Gambar Seri Siswa Kelas VII F SMP Negeri 1 Karangmalang Kabupaten Sragen.

0 1 14

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS 1V SD NEGERI 2 Peningkatan Kemampuan Bercerita Menggunakan Media Gambar Pada Siswa Kelas 1V SD Negeri 2 Beteng Klaten Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 1 10

(ABSTRAK) PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA MENGGUNAKAN MEDIA FILM KARTUN SISWA KELAS VII F SMP NEGERI 1 MANDIRAJA, BANJARNEGARA.

0 0 2

(ABSTRAK) PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA WAYANG KARTUN PADA SISWA VII A SMP NEGERI I KANGKUNG KABUPATEN KENDAL TAHUN PELAJARAN 2008/2009.

0 0 3

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA WAYANG KARTUN PADA SISWA VII A SMP NEGERI I KANGKUNG KABUPATEN KENDAL TAHUN PELAJARAN 2008/2009.

0 0 218

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA MENGGUNAKAN MEDIA KARTU BERGAMBAR UNTUK SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 2 PRAMBANAN KLATEN.

0 0 198