85
Tabel 28. Hasil Uji-T Nilai Siswa
Sumber df
T
hitung
T
tabel
Signifikansi Kesimpulan
Nilai Siswa 54
5,635 2,00488
0,000 Ha diterima
Melihat dari perhitungan tersebut diperoleh t
hitung
sebesar 5,635 dan signifikansi 0,000. sehingga dalam penelitian ini taraf signifikansi hitung lebih
kecil dari pada nilai taraf signifikansi α = 0,05 p0,05, maka dapat disimpulkan
bahwa ada perbedaan pencapaian kompetensi antara kedua kelas tersebut. Berdasarkan perbandingan nilai rata-rata, ketuntasan, dan hasil uji T dapat
disimpulkan bahwa pencapaian kompetensi pada kelas eksperimen mendapatkan hasil yang lebih baik dari pada kelas kontrol, sehingga hipotesis penelitian dapat
diterima yaitu terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap pencapaian kompetensi pembuatan saku passepoille siswa kelas X SMK
Negeri 1 Pengasih.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pencapaian Kompetensi Membuat Saku Passepoille Siswa Kelas X SMK
N 1 Pengasih Pada Kelas Kontrol tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD
Pencapaian kompetensi dapat dilihat dari hasil pembelajaran berdasarkan berbagai kriteria yang telah ditetapkan. Pencapaian kompetensi membuat saku
passepoille di SMK N 1 Pengasih pada kelas kontrol yang diikuti oleh 28 siswa terdapat pada kategori tuntas sebanyak 19 siswa 67,9 dan kategori belum
tuntas sebanyak 9 siswa 32,1.
86
Kelas kontrol ini menggunakan pembelajaran yang biasa dilakukan di SMK N 1 Pengasih yaitu pembelajaran langsung yang biasa digunakan oleh guru
mata pelajaran dimana menggunakan metode ceramah, diskusi, tanya jawab, demonstrasi, dan pemberian tugas. Berdasarkan pemaparan penilaian pencapaian
kompetensi membuat saku passepoille pada kelas X di SMK N 1 Pengasih untuk kelas kontrol, masih terdapat siswa yang belum tuntas di bawah KKM. Hal ini
dikarenakan pembelajaran dengan model pembelajaran langsung ini kurang memberikan hasil yang maksimal pada kompetensi membuat saku passepoille.
Pembelajaran ini berpusat pada guru, ketika guru menyajikan materi didapat siswa kurang aktif. Siswa hanya duduk, diam, dan mendengarkan sehingga sebagian
besar dari siswa merasa jenuh dalam menerima materi pelajaran bahkan ada pula yang asyik mengobrol sendiri dengan temannya. Hal tersebut menyebabkan
motivasi siswa menjadi rendah dimana siswa merasa malas untuk menanyakan materi yang belum mereka pahami sehingga nilai yang diperoleh siswa kurang
maksimal. Berdasarkan observasi dalam pembelajaran praktik membuat saku
passepoille juga ditemukan kesulitan apabila hanya menggunakan metode demonstrasi, karena guru harus berulang-ulang melakukan demonstrasi lagi
ditengah praktik pembuatan saku passepoille dikarenakan terdapat siswa yang lupa langkah-langkah yang telah dijelaskan di awal. Kondisi seperti ini membuat
guru harus lebih dalam menjelaskan kepada seluruh siswa supaya seluruh siswa paham. Siswa juga bekerja lamban walaupun tahu pekerjaannya harus
87
dikumpulkan yang pada akhirnya 50 siswa belum selesai dalam praktik membuat saku passepoille, sehingga siswa hanya mengumpulkan apa adanya. Hal
tersebut dikarenakan mereka tidak memiliki motivasi yang tinggi dalam pembelajaran.
2. Pencapaian Kompetensi Membuat Saku Passepoille Siswa Kelas X SMK