Kegiatan Pembelajaran 6
98
Dalam bidang legislasi DPD hanya berwenang untuk mengajukan dan ikut membahas Rancangan Undang-undang RUU yang berkaitan dengan
otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber
daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan antara pusat dan daerah pasal 22D ayat 2 dan 2UUD Negara RI Tahun 1945.
Kewenangan bidang pengawasan yang diberikan kepada DPD hanya terbatas pada pengawasan atas undang-undang yang terkait dengan jenis undang-
undang yang ikut dibahas dan atau diberikan pertimbangan oleh DPD dalam pembahasannya.
e. BPK Badan Pemeriksa Keuangan
BPK memiliki posisi strategis dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. BPK diatur dalam satu bab tersendiri dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945, yaitu bab VIIIA, 3 pasal dan tujuh ayat. Pasal 23E mengatur tentang kewenangan BPK memeriksa pengelolaan dan tanggung tentang keuangan
negara ayat 1 yang hasilnya diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai kewenangannya ayat 2 dan ditindaklanjuti oleh lembaga
perwakilanatau badan lain sesuai undang-undang ayat 3. Penambahan kata pengelolaan pada ayat 1 dimaksudkan untuk menegaskan bahwa BPK
memeriksa pengelolaan keuangan negara dan dalam pengelolaan itu terkandung tanggung jawab tentang keuangan negara.
Menurut UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 hasil pemeriksaan BPK, selain disampaikan kepada DPR juga disampaikan kepada DPD dan DPRD.
Disampaikan ke DPD dikarenakan DPD juga melakukan pengawasan atas APBN. Disampaikan ke DPRD karena BPK juga memeriksa pengelolaan
keuangan daerah dalam APBD. Hasil Pemeriksaan itu selanjutnya dipelajari oleh DPR, DPD, serta DPRD. Jika ditemukan adanya penyimpangan, DPR,
DPD, atau DPRD dapat menindaklanjutnya dalam bentuk penggunaan hak- hak dewan atau disampaikan untuk ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum.
Jika BPK menemukan adanya tindak pidana, dapat diserahkan langsung kepada instansi penegak hukum.
PPKn SMP KK B
99
f. Mahkamah Agung MA
MA adalah salah satu lembaga negara yang melakukan kekuasaan kehakiman yaitu kekuasaan yang menyelenggarakan peradilan untuk menegakkan hukum
dan keadilan pasal 24 ayat 1. Kewenangan MA adalah 1 mengadili perkara pada tingkat kasasi, yaitu pembatalan atau pernyataan tidak sah terhadap
putusan hakim karena tidak sesuai dengan UU; 2 menguji peraturan perundang-undangan di bawah UU; serta 3 memberikan pertimbangan
kepada presiden, jika presiden akan memberikan grasi dan rehabilitasi. Mengingat tugas, sebagai pengawal dan penjaga keadilan, Hakim Agung
harus memiliki integritas dan kepribadian tidak tercela, adil, profesional, dan berpengalaman di bidang hukum.
Dengan demikian NKRI memiliki empat lingkungan peradilan yaitu lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer,
dan lingkungan peradilan tata usaha negara. Walaupun pengadilan yang ada dalam empat lingkungan peradilan itu berada di bawah Mahkamah Agung
bukan berarti MA dapat mempengaruhi putusan badan peradilan di bawahnya. Kedudukan badan-badan peradilan di bawah Mahkamah Agung itu adalah
independen. Mahkamah Agung hanya dapat membatalkan atau memperbaiki putusan badan peradilan di bawahnya dalam tingkat kasasi. Sedangkan
badanbadan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam undang-undang Pasal 24 ayat 3UUD Negara RI Tahun 1945.
Badan-badan lain yang dimaksud dalam ketentuan ini adalah misalnya kejaksaan, kepolisian, advokatpengacara dan lain-lain.
g. Komisi Yudisial KY
Pembentukan Komisi Yudisial oleh UUD Negara Republik Indonesia 1945 dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa kekuasan kehakiman yang merdeka
tidak bisa dibiarkan menjadi sangat bebas tanpa dapat dikontrol dan diawasi, walaupun pengawasan itu sendiri dalam batas-batas tertentu. Itulah sebabnya
dibentuk Komisi Yudisial dimaksudkan untuk menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran, martabat serta perilaku hakim serta mengusulkan
pengangkatan hakim agung. Zoelva, 2002.