Hukum Perkawinan KAJIAN TEORITIS TENTANG PERKAWINAN

17 melakukannya juga tidak akan menelantarkan istri. Perkawinan orang tersebut hanya didasarkan untuk memenuhi kesenangan bukan dengan tujuan menjaga kehormatan agamanya dan membina keluarga sejahtera. Hukum mubah ini juga ditujukan bagi orang yang antara pendorong dan pnghambatan untuk kawin itu sama, sehingga menimbulkan keraguan orang yang akan melakukan kawin, seperti mempunyai keinginan tetapi belum mempunyai kemampuan, mempunyai kemauan untuk melakukan tetapi belum mempunyai kemauan yang kuat.

C. Rukun dan Syarat Sah Perkawinan

Rukun adalah sesuatu yang harus ada, yang menentukan sah dan tidaknya suatu pekerjaan ibadah dan sesuatu itu termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu.Sedangkan syarat adalah sesuatu yang harus ada yang menentukan sah dan tidak sahnya suatu pekerjaan ibadah, tetapi sesuatu itu tidak termasuk dalam rangkain pekerjaan itu, selain itu sah adalah suatu pekerjaan ibadah yang memenuhi rukun dan syarat. Menurut jumhur ulama rukun perkawinan ada lima dan masing-masing rukun itu memiliki syarat-syarat tertentu. Adapun rukun dan syarat sahnya perkawinan antara lain sebagai berikut: 1. Calon suami, syarat-syaratnya: a. Beragama Islam b. Laki-laki c. Jelas orangnya 18 d. Dapat memberikan persetujuan e. Tidak terdapat halangan perkawinan 2. Calon istri, syarat-syarat: a. Beragama, meskipun Yahudi atau Nasrani b. Perempuan c. Jelas orangya d. Dapat dimintai persetujuannya e. Tidak terdapat halangan perkawinan 3. Wali nikah, syarat-syarat: a. Laki-laki b. Dewasa c. Mempunyai hak perwalian d. Tidak terdapat halangan perwaliannya. 21 4. Saksi nikah, syarat-syarat: a. Minimal dua orang lai-laki b. Hadir dalam ijab qabul c. Dapat mengerti maksud akad d. Islam dewasa. 5. Ijab qabul, syarat-syarat: a. Adanya pernyataan mengawinkan dari wali b. Adanya pernyataan penerimaan dari calon mempelai c. Memakai kata-kata nikah, tazwij atau terjemahan dari kedua kata tersebut 21 Amir Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2004, hal.62-63. 19 d. Antara ijab dan qabul bersambungan e. Antara ijab dan qabul jelas maksudnya f. Orang yang terkait dengan ijab dan qabul tidak sedang ihram haji atau umroh g. Majlis ijab dan qabul itu harus dihadiri minimum empat orang yaitu mempelai atau wakilnya, wali dari mempelai wanita dan dua orang saksi. 22 Sedangkansyarat-syarat perkawinan yang diatur dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1974 meliputi: a. Syarat-syarat materiil 1. Syarat-syarat materiil secara umum adalah sebagai berikut: a Harus ada persetujuan dari kedua belah pihak calon mempelai. Arti persetujuan yaitu tidak seorangpun dapat memaksa calon mempelai perempuan dan calon mempelai laki-laki, tanpa persetujuan kehendak yang bebas dari mereka. Persetujuan dari kedua belah pihak calon mempelai adalah syarat yang relevan untuk membina keluarga. b Usia calon mempelai laki-laki sekurang-kurangnya harus sudah 19 tahun dan pihak calon mempelai wanita harus sudah berumur 16 tahun. c Tidak terikat tali perkawinan dengan orang lain. 23 22 Amir Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2004, hal.63. 23 Asmin, Status Perkawinan Antar Agama Ditinjau Dari Undang-undang No. 1 Tahun 1974, Jakarta: PT. Dian Rakyat, 1986, hal. 22-24.