Kondisi obyektif Kelurahan Pamenang meliputi keadaan

12 Adapun pengertian ta’rif perkawinan menurut Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam adalah perkawinan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaaqaan ghaalizhan untuk mentaati perintah Allah SWT dan melaksanakannya merupakan ibadah.Maksudnya melakukan perbuatan ibadah berarti melaksanakan ajaran Agama.Perkawinan salah satu hukum yang dapat dilaksanakan oleh mukallaf yang memenuhi syarat. Menurut istilah Hukum Islam, terdapat beberapa definisi, diantaranya adalah: 9 Artinya: “Perkawinan menurut syara‟ yaitu akad yang ditetapkan syara‟ untuk membolehkan bersenang-senang antara laki-laki denganperempuan dan menghalalkan bersenang-senang perempuan dengan laki- laki”. Menurut Hanafiyah, kawin adalah akad yang memberi faedah untuk melakukan mut’ah secara sengaja, artinya kehalalan seorang laki-laki untuk beri stimta’ dengan seorang wanita selama tidak ada faktor yang menghalangi sahnya perkawinan tersebut secara syar’i.Selain itu, menurut Hanabilah kawin adalah akad yang menggunakan lafaz nikah yang bermakna tazwij dengan maksud mengambil manfaat untuk bersenang-senang. 10 Golongan Ulama S yafi’iyah berpendapat bahwa kata nikah itu berarti akad dalam arti yang sebenarnya hakiki, dapat berarti juga untuk hubungan 9 Abdur Rahman Al Ghazaly, Fiqih Munakat, Bogor : Kencana, 2003, hal. 7-8. 10 Abdurrahman al-Jaziri, Kitab „ala madzahib al-Arba‟ah, t.tp: Dar Ihya al-Turas al- Arabi, 1986, Juz IV, hal.3. 13 kelamin, namun dalam arti sebenarnya arti majazi. Penggunaan kata untuk bukan arti sebenarnya itu memerlukan penjelasan di luar kata itu sendiri. Ulama golongan Syafi’iyah ini memberikan definisi sebagaimana disebutkan di atas melihat kepada hakikat dari akad itu bila dihubungkan dengan kehidupan suami istri yang berlaku sesudahnya, yaitu boleh bergaul sedangkan sebelum akad tersebut berlangsung di antara keduanya tidak boleh bergaul. 11 Muhammad Abu Zahrah di dalam kitabnya al-ahwal al-syakhsyiyyah, mendefinisikan nikah sebagai akad yang menimbulkan akibat hukum berupa halalnya melakukan persetubuhan antara laki-laki dengan perempuan, saling tolong menolong, serta menimbulkan hak dan kewajiban diantara keduanya. 12 Dengan redaksi yang berbeda, imam Taqiyyudin di dalam Kifayat al-Akhyar mendefinisikan nikah sebagai, ibarat tentang akad yang masyhur yang terdiri dari rukun dan syarat, serta yang dimaksud dengan akad adalah al- wat’ bersetubuh. 13 Definisi yang diberikan oleh ulama-ulama fikih di atas bernuansa biologis.Nikah dilihat hanya sebagai akad yang menyebabkan kehalalan melakukan persetubuhan.Hal ini semakin tegas karena menurut al-Azhari makna asal kata nikah bagi orang Arab adalah al- wat‟ persetubuhan. 14 11 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan, Jakarta: Kencana, 2007, hal. 37. 12 Muhammad Abu Zahrah, al-Ahwal al-Syakhsyiyyah, Qohirah: Dar al-Fikr al-Arabi, 1957, hal. 19. 13 Taqiyyudin Abu Bakar bin Muhammad al-Husaini, Kifaratul Akhyar Juz II, Jakarta: Dar al- Kutub al-Islamiyah, 2004, hal. 35. 14 Amir Nuruddin dan Azhari akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia: Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam Dari Fikih, UU No. 11974 sampai KHI, Jakarta: Prenada Media Group, 2006, hal. 39-40.