Sanitasi di Dermaga Pendaratan

7 KONDISI SANITASI DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

7.1 Sanitasi di Dermaga Pendaratan

Sanitasi di dermaga pendaratan PPN Palabuhanratu, berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan masih terlihat kurang bersih. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya limbah berupa ikan utuh yang rusak, potongan-potongan tubuh ikan yang tercecer dan genangan darah bercampur lendir di dermaga pendaratan; disebabkan karena adanya aktivitas pendaratan hasil tangkapan oleh nelayan yang dilakukan belum sebagaimana mestinya. Seharusnya dalam melakukan aktivitas tersebut, nelayan menangani hasil tangkapan dengan hati-hati dan tidak ceroboh, sehingga tidak banyak ikan utuh yang rusak jatuh di lantai dermaga pendaratan. Aktivitas pendaratan hasil tangkapan yang dilakukan oleh nelayan PPN Palabuhanratu masih belum memperhatikan aspek kebersihan. Pada proses pemindahan hasil tangkapan dari dek kapal ke dermaga pendaratan, nelayan menggunakan wadah hasil tangkapan yang kurang bersih. Sebagai contoh wadah keranjang bambu yang digunakan oleh nelayan bagan tidak dibersihkan dengan baik. Masih banyak sisa darah dan sisik ikan yang menempel dalam wadah tersebut. Menurut Lubis 2005, seharusnya setelah pemakaian wadahbasket langsung dibersihkan agar ikan yang dimasukan tidak terkontaminasi dengan bakteri subbab 2.2. Pemindahan hasil tangkapan oleh nelayan juga masih belum benar, mereka memindahkan wadah berisi hasil tangkapan secara tidak hati-hati; yang berakibat sedikit banyak hasil tangkapan yang berjatuhan di lantai dermaga pendaratan. Pengamatan peneliti di lapangan, memperlihatkan bahwa nelayan di PPN Palabuhanratu dalam aktivitas pencucian hasil tangkapan masih menggunakan air dari kolam pelabuhan; dimana air tersebut sudah tercemar oleh limbah oli kapal, sampah plastik dan lain-lain subbab 5.4. Hal ini secara langsung dapat menurunkan mutu hasil tangkapan. Air bersih yang disediakan oleh pihak PPN Palabuhanratu dimanfaatkan nelayan hanya untuk kebutuhan logistik melaut saja. Proses pencucian ikan di dermaga pendaratan nelayan tidak dapat memanfaatkan fasilitas air bersih, karena instalasi pipaslang air bersih dalam keadaan rusak. 57 Kondisi sanitasi dan kebersihan yang kurang terjaga di dermaga pendaratan juga disebabkan oleh kurangnya kesadaran nelayan. Hal ini dapat lihat dari banyaknya limbah non ikan seperti puntung rokok dan sampah plastik di dermaga pendaratan. Selain itu, banyak juga nelayan yang membuang ludah sembarangan di dermaga pendaratan. Akibat yang ditimbulkan dari kondisi ini adalah kebersihan dan kenyamanan di dermaga pendaratan menjadi terganggu. Apabila dilihat dari kondisi fasilitas dermaga pendaratan itu sendiri, khususnya dermaga pendaratan satu yang berada dekat TPI. Kondisinya sudah banyak lubang-lubang, sehingga menimbulkan genangan air dari sisa pencucian ikan dan darah yang bercampur lendir. Kondisi sanitasi seperti di dermaga pendaratan PPN Palabuhanratu terjadi juga di lingkungan dermaga pendaratan Pelabuhan Perikanan Samudra Jakarta PPSJ Rusmali, 2004 dan di Pangkalan Pendaratan Ikan PPI Muara Angke Jakarta Faubiany, 2007. Selanjutnya Rusmali menyebutkan bahwa, kebersihan dan sanitasi di lantai dermaga PPSJ terlihat kurang bersih, banyak terdapat limbah padat dan cair seperti potongan tubuh ikan yang tercecer, sampah plastik, kertas, botol air mineral bekas, puntung rokok dan sebagainya. Faubiany 2007 mengatakan bahwa, sanitasi yang kurang bersih di PPI Muara Angke Jakarta adalah adanya limbah seperti potongan tubuh ikan, ikan utuh yang rusak dan ceceran darah bercampur lendir ikan. Menurut Rusmali 2004 dan Faubiany 2007, kondisi tersebut dipengaruhi oleh banyaknya jumlah kapal yang melakukan pendaratan, jumlah hasil tangkapan yang didaratkan dalam kondisi rusak, cara penurunan ikan yang tidak benar dan kesadaran para pelaku yang masih kurang untuk menjaga kebersihan di dermaga pendaratan Penyebab terjadinya kondisi sanitasi yang tidak bersih tersebut diatas di PPN Palabuhanratu adalah karena cara penanganan ikan di dermaga pendaratan kurang baik. Pada saat proses pendaratan dan pengangkutan di dermaga cara penanganan, penurunan dan pengangkutan ikan belum dilakukan dengan benar dan tidak hati-hati. Sebagai contoh pada proses penyortiran, ikan dipilih berdasarkan jenis dan ukuran relatif, kemudian ikan yang disortir “dilempar” satu per satu ke keranjang masing-masing dengan cepat dan tergesa-gesa. Kecerobohan dalam menyortir ikan ini mengakibatkan sedikit banyak 58 menimbulkan limbah potongan tubuh ikan, darah dan lendir ikan di lantai dermaga, sedangkan penyebab limbah non-ikan diakibatkan oleh masih kurangnya kesadaran akan pentingnya kebersihan oleh pedagang non-ikan dan pengunjung yang membuang sampah sembarangan di dermaga pendaratan.

7.2 Sanitasi di Tempat Pelelangan Ikan TPI